Berawal dari sahabatnya yang fans sekali dengan seorang Gus muda hingga mengadakan seminar yang akan diisi oleh Gus yang sedang viral dikalangan muda mudi itu.
Dari seminar itulah, Annisa menemukan sosok yang selama ini dikagumi oleh banyak orang salah satunya Bunga, sahabatnya sendiri.
Awalnya, menolak untuk menganggumi tapi berakhir dengan menjilat air ludah sendiri dan itu artinya Annisa harus bersaing dengan sahabatnya yang juga mengagumi Gus muda itu.
Lantas gus muda itu akan berakhir bersama Annisa atau Bunga?
Ketika hati telah memilih siapa yang dia cintai tapi takdir Allah lebih tau siapa yang pantas menjadi pemilik sesungguhnya.
Aku mencintai dia, sedangkan dia sudah bertemu dengan takdir cintanya dan aku masih saja menyimpan namanya didalam hati tanpa tau bagaimana cara untuk menghapus nama itu.
Bukan hanya aku yang mengejar cinta, tapi ada seseorang yang juga tengah mengejar cinta Allah untuk mendapatkan takdir cinta terbaik dari yang maha cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebuah Kata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesempatan
Sesampai diruangan milik Bisma, gadis itu masuk tanpa mengetuk pintu, "Dimana lo?".tanyanya saat sudah sampai didalam ruangan.
Mata gadis itu memutar menelusuri ruangan, mencari keberadaan Bisma, "Woi, Bisma, lo dimana? Ngak usah ngerjain gue deh, buruan keluar!" teriaknya.
"C-cha, gue disini," lirihnya.
Annisa mencoba mencari tahu asal suara, dan saat dirinya menemui keberadaan pria itu, sontak saja Annisa menghampiri Bisma yang sudah tergeletak dilantai kamar mandi, "Lo kenapa? Kok bisa tiduran disinu?" tanyanya.
"Lo mau bantuin gue atau mau jadi wartawan, nanya-nanya mulu."
Gadis itu membantu Bisma berdiri, dan membawanya menuju sofa, "Bantu ganti lo dimana?" tanyanya.
Bisma menunjuk kearah pintu yang berada disebelah kiri kamar mandi, "Gue ambil baju ganti dulu, lo tunggu disini." ucapnya berlalu menuju pintu yang ditunjuk Bisma.
Setelah mendapatkan baju yang pas, Annisa kembali menghampiri Bisma, "Lo bisa ganti baju sendiri, kan?"
Bisma mengangguk, "Bisa, makasih ya."
Annisa mengangguk, "Kalau gitu gue tunggu diluar dulu, kalau udah selesai panggil gue aja." Annisa melangkah menuju pintu keluar, dia tidak mungkin menunggu Bisma didalam, apalagi pria itu hendak mengganti baju.
"Cha, masuk! Gue udah selesai." panggil Bisma dengan nada serak.
Mendengar pimpinanya memanggil dirinya, Annisa pun kembali memasuki ruangan dan menghampiri Bisma yang sedang berbaring diatas sofa dengan wajah yang amat teramat pucat. Sebenarnya Annisa tak kuasa melihat kondisi pimpinannya hanya saja gadis itu terlalu gensian untuk memberi perhatian kepada Bisma.
"Gue panggil dokter ya?" tawarnya yang dibalas dengan gelengan oleh Bisma.
"Kenapa? Lo pucet loh."
"Ada lo disini aja udah bikin gue mendingan, bentar lagi sembuh kok."
"Bis, apa lo yakin dengan perasaan lo untuk gue?"
Bisma mengangguk tanpa membuka mata, "Sampai kapanpun semuanya akan tetap sama Cha."
Annisa menatap wajah pusat pria itu, apa.ini saatnya Annisa membuka hati dan mencoba menerima Bisma menjadi bagian dalam hidupnya? Jika dilihat, Bisma cukup sempurna untuk dijadikan imam rumah tangga, ditambah lagi dengan perubahan Bisma yang semakin lebih baik, dan Bisma juga sudah menghafal dua juz selama beberapa bulan terakhir ini.
Bukankah perjuangan Bisma menuju hijrah sudah baik? Apa yang membuat Annisa susah untuk membuka hati untuk pria sebaik Bisma?
Annisa memejamkan mata, "Bis, bikin gue cinta sama lo, gue mau memberikan kesempatan buat lo." ujarnya yang sontak membuat Bisma bangkit dari tidurnya dan duduk menghadap Annisa yang sedang duduk disofa berhadapan dengan dirinya.
Bisma menatap gadis itu dengan mata yang berkaca-kaca, dirinya tidak tau ekspresi apa yang harus dia tunjukan untuk merespon ucapan Annisa, sedangkan gadis itu hanya menunduk dengan menautkan jemarinya, "Kamu serius?" tanyanya yang sudah merubah panggilan lo dengan 'aku kamu'.
Annisa mengangkat kepalanya melihat wajah Bisma yang terlihat sangat bahagia dengam mata yang berkaca-kaca, "Gue yakin, gue juga yakin jika lo bisa menjadi takdir untuk gue." balasnya kembali membuat Bisma tersenyum haru.
"Cha, ini maksudnya apa? Kita gak mungkin pacaran dulu kan? Kita sama-sama tahu jika itu dilarang dalam agama, jadi bagaimana cara untuk aku membuatmu jatuh cinta? Sedangkan cinta bisa tumbuh karena terbiasa." ucap Bisma panjang lebar.
Annisa mengangguk, "Datanglah kerumah, temui Ayah dan Ibu, katakan niatmu pada mereka."
Bisma membulatkan matanya sempurna, kali ini air matanya tak bisa ditahan lagi, cairan bening itu lancang membasahi pipi tampan milik pria itu, "A-alhamdulillah, terima kasih ya rabb, engkau mengabulkan doa hambamu ini." lirihnya dengan air mata yang semakin deras keluar membasahi pipi sembari menengadah keatas seolah melihat sang kuasa ikut bahagia atas keputusan Annisa.
Annisa terharu melihat kebahagiaan yang Bisma tunjukan untuk dirinya, gadis itu merasa sangat dicintai oleh seseorang, mungkin yang Bisma rasakan saat ini akan dirasakan setiap orang yang bisa bersatu dengan pujaan hatinya tak hayal dirinya dengan Habibi.
Lupakan itu, saat ini Annisa sudah mengubur mimpinya yang berangan ingin mengabiskan masa tua bersama Habibi. Annisa juga sudah memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama Bisma. Mungkin, Bisma adalah jawaban terbaik tuhan untuknya. Gadis itu hanya perlu waktu untuk mencinta Bisma.
Hidup bersama orang yang mencintai kita lebih baik daripada hidup dengan rasa sakit.
Bisma menatap Annisa sambil menghapus air matanya, "Menikah? Apakah kamu mau menikah dengan ku? Aku hanya punya satu niat didalam hati ini, Cha, dan itu adalah menikahimu. Apa kamu mau menjadi penyempurna agamaku, menjadi sumber pahala dan ibu bagi anak-anakku kelak?" tanya Bisma penuh harap.
Gadis itu mengangguk, jawaban dari shalat malam dan doanya adalah ini, mungkin kebaikan untuk kedepannya adalah hidup bersama Bisma, dan mencoba menata kehidupan yang samawa.
Melihat reaksi gadis itu membuat Bisma kembali melakukan sujud syukur, dirinya amat teramat bahagia saat ini. Semua perjuangan dan doa kerasnya akhirnya terbayarkan.
Doa yang dia langitkan dan Habibi langitkan bertarung diatas sana hingga Bisma lah yang menjadi pemenang atas takdir cinta Annisa. Kebahagiaan yang tak dapat diukur oleh apapun adalah hidup bersama dengan orang yang kita cintai.
Note : Usahakan apa yang bisa kamu usahakan sampai sesuatu itu menjadi takdirmu, karena setiap usaha yang kita lakukan tidak akan mengecewakan kita. Terkadang, sesuatu yang ingin kita dapatkan perlu keyakinan untuk bisa kita miliki dengan terus berusaha dan berdoa hingga sesuatu yang awalnya bukan takdir bisa menjadi takdir karena kekuatan doa.
"Secepatnya aku akan ke rumahmu, aku tidak akan melewatkan kesempatan ini." lanjut Bisma yang dibalas dengan anggukan haru oleh Annisa.
Ternyata begitu indah jika kita bisa membuka hati untuk dia yang memiliki rasa cinta yang besar terhadap kita.
"Terima kasih, Cha."
-----
Jam sudah menunjukan pukul enam sore, dimana saat ini semua karyawan sudah pulang kerumah mereka begitu pun dengan Annisa.
Gadis itu awalnya menolak pulang sendiri, dirinya masih ingin memastikan jika Bisma benaran sampai dirumah dengan selamat. Namun, hal itu ditolak oleh Bisma dengan alasan dirinya sudah membaik semejak gadis itu memberikan kesempatan kepada dirinya.
Dan alhasil Annisa kini berada dirumah setelah Bisma mengantarnya pulang sedangkan Bisma kembali melanjutkan kegiatannya menuju apotik untuk membeli obat lambung. Selesai membeli obat, pria itu berhenti didepan minimarket yang tak jauh dari gang rumahnya.
Bisma membeli beberapa cemilan yang bisa dimakan nanti malam ketika Ia malas untuk turun kedapur dan hal itu tak lepas dari saran calon istrinya. Iya calon istri, karena sebentar lagi Bisma akan mempersunting pujaan hatinya.
Dengan binar kebahagiaan Bisma melangkah menuju mobil yang terpakir didepan minimarket namun langkahnya terhenti saat seseorang memanggilnya, "Bis, ini benaran kamu kan?" tanya gadis itu dan sudah berdiri dihadapan Bisma, menghadang Bisma memasuki mobilnya.
Bisma memutar bola matanya malas, pria itu sangat muak dengan keberadaan gadis yang akhir-akhir ini mengganggunya, "Ngapain? Kenapa lo ada disini?" tanyanya ketus.
Gadis itu tersenyum, "Ingin menemuimu, dan ingin melihatmu patah, karena sebentar lagi gadis yang kamu cintai dipinang oleh pujaan hatinya." ledek gadis itu membuat Bisma ingin memukulnya hingga lebam.
Bisma tersenyum miring, "Tau dari mana lo?"
"Aku tau semuanya karena dia tidak mungkin membalas cintamu, Bis maka dari itu menikahlah bersamaku, aku mencintaimu jauh dari apapun." ucapnya.
Rahang Bisma mengeras mendengar ucapan gadis itu, semenja gadis itu mengungkapkan cintanya kepada Bisma, membuat pria itu semakin jijik akan gadis yang terlalu agresif terhadapnya.
"Cih, sampai kapanpun gue gak akan pernah menikah dengan lo! Dan satu lagi, jangan lupa datang keacara nikahan gue yang mungkin akan digelar dalam bulan ini." tukasnya berlalu bergi menyingkirkan gadis itu dengan sedikit kasar membuat mata sang gadis berkaca-kaca dan menatap tajam punggung Bisma.
"Aku gak akan biarkan kamu dan istrimu bahagia!" ancamnya penuh penekanan.
Bisma melajukan mobilnya menuju rumah, selama perjalanan pria itu memikirkan cara agar hubungannya dan Annisa tidak diganggu, dan gadis tadi tidak bisa menemui Annisa.
Bisma takut, jika gadis itu menemui Annisa maka akan terjadi hal buruk pada pujaan hatinya.
Sesampai dirumah, Bisma segera memasuki rumah dengan sedikit tergesa-gesa dan menemui dua malaikat tak bersayap yang sedang makan. Bisma menghampiri orang tuanya dan menyalami keduanya.
Bisma duduk disebrang dengan menatap kedua orang tuanya yang masih terlihat awet muda, "Kamu kenapa sayang?" tanya Dian---mami Bisma.
"Mi, Pi, aku mau nikah." spontannya membuat Dian menatap suaminya.
"Kamu mau nikah sama siapa? Bukannya kamu menunggu Annisa?" tanya Andre ---- Papi Bisma yang direspon anggukan oleh Dian.
Kedua orang tua Bisma mengetahui jika putranya sangat mencintai gadis yang bernama Annisa, bahkan Dian kerap kali menggoda Bisma untuk cepat menikahi Annisa.
Bisma mengangguk, "Mami sama Papi bantuin aku ya." mohonnya.
"Iya, tapi sama siapa dulu?" tanya Dian ragu.
"Annisa, sama Icha mi, dia udah nerima aku." balas Bisma membuat Andre dan Dian merespon dengan ucapan Alhamdulillah.
Dian dan Andre ikut bahagia saat putra semata wayangnya bisa meluluhkan hati pujaan hati yang selama ini susah sekali untuk didapati.
Memang usaha tidak pernah mengkhianati hasil.