Brittany Moon tidak pernah menduga pernikahannya dengan tunangannya Ralph Smith akan batal karena Ralph lebih memilih bersama Clara William yang jatuh sakit disebabkan kelelahan sehingga dirawat di rumah sakit daripada memenuhi janji suci mereka dalam ikatan pernikahan.
Saat hati Brittany terluka akan sikap Ralph yang membatalkan acara pernikahan mereka demi Clara, dihari itulah Brittany tak sengaja dipertemukan dengan seseorang yang juga sedang kesulitan dikarenakan kekasihnya meninggalkannya dihari pernikahan mereka.
Nama pria itu adalah Adam Bennet, seorang pengusaha kaya raya yang merupakan pemilik perusahaan distributor jam mewah diberbagai penjuru dunia.
Lantas bagaimana kelanjutan cerita ini, saksikan terus disetiap babnya ya 🤝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Tak Kuasa Menerimanya
Brittany berlari cepat keluar gedung rumah sakit.
Hatinya teriris sembilu ketika melihat kenyataan bahwa Ralph bersama dengan Clara disatu ruangan kamar pasien.
Dan dia melihatnya dengan kedua matanya sendiri kebersamaan Ralph dan Clara.
Brittany terus melajukan langkah kakinya, dan berlari tanpa henti.
Air matanya tumpah berderai-derai, membasahi wajahnya saat dia berlari.
Pikirannya kalut, tidak fokus ketika harus menerima kenyataan bahwa Ralph memang dekat dengan Clara.
Brittany harus menelan pil pahit kehidupan ini dan berlapang dada untuk melepaskan Ralph Smith dengan sikap tegasnya.
Tidak mungkin baginya, untuk mempertahankan hubungan mereka lagi seperti dulu, setelah Ralph dengan sengaja membatalkan pernikahan mereka.
...***...
Dirumah...
Brittany menangis tersedu-sedu sembari menelungkupkan badannya ke atas tempat tidurnya.
Air matanya jatuh berderai-derai, tangisannya pecah tiada henti-hentinya.
Brittany masih tak percaya akan melihat Ralph bersama Clara didalam kamar rumah sakit yang sepi, meski dia belum mendapatkan bukti perselingkuhan Ralph tapi sikap mantan tunangannya itu yang membatalkan pernikahan mereka, memperjelas bahwa Ralph tidak setia pada Brittany.
Kling..., suara pesan terkirim ke ponsel pribadinya.
Brittany melirik sekilas ke arah layar ponsel lalu duduk sembari mengusap kedua matanya.
"Dari Adam Bennet...", ucapnya.
Pesan dibaca oleh Brittany, dan dia segera terkejut seusai membaca isi pesan yang terkirim.
"Kapan kamu mengirimkan undangan gala dinner itu ? Sejak tadi aku menunggunya...", tulisan pesan dari Adam lewat pesan singkat yang terbaca oleh Brittany.
Brittany langsung melompat turun dari atas tempat tidurnya, berjalan cepat ke arah meja riasnya, diambilnya tas miliknya lalu dikeluarkannya undangan gala dinner yang urung terkirim kepada Adam Bennet.
"Tuhan, aku melupakannya..., besok saja aku akan mengirimkan kartu undangan gala dinner ini sebelum berangkat kerja...", kata Brittany.
Brittany segera membalas pesan dari Adam Bennet dan memberitahukan pada laki-laki itu bahwa undangan gala dinner akan dikirim besok pagi.
Adam Bennet membalas pesan dari Brittany yang mengejutkan Brittany sendiri.
"Apa dia akan datang ke rumah ? Bagaimana dia tahu alamat rumahku ?" tanya Brittany terpana tak percaya.
Brittany segera bersiap-siap menyambut kedatangan Adam Bennet ke rumahnya, tak lupa membalas pesan dari Adam dengan menanyakan darimana mendapatkan alamat rumah Brittany.
Namun, Adam tidak membalas pesan dari Brittany, hampir sepuluh menit, Brittany menunggu lama balasan pesan Adam.
...***...
Sejam kemudian...
Terdengar suara bel rumah berbunyi keras dari arah lantai bawah.
Brittany segera berlari menuruni tangga rumahnya ke arah ruangan tamu.
"Ya, sebentar...", ucap Brittany sembari berjalan cepat.
"Siapa ?" tanya ibu yang muncul dari arah ruangan tengah rumah ketika Brittany melewati ruangan itu menuju ke pintu utama.
"Teman...", sahut Brittany sembari berlalu cepat.
"Teman !?" tanya ibu sedikit heran.
Ibu terus mengawasi Brittany dari arah dia berdiri disisi luar ruangan tengah rumah.
Tampak Brittany membuka pintu utama dengan tergesa-gesa.
"Selamat malam, tuan Bennet...", sapa Brittany ketika dia membukakan pintu untuk laki-laki itu.
"Selamat malam, nona Brittany Moon, apa kabarmu ?" sahut Adam sembari mengangguk hormat.
"Silahkan masuk !" ucap Brittany.
"Terimakasih...", sahut Adam dengan wajah ramah.
Adam melangkah masuk ke dalam rumah Brittany sembari mengedarkan pandangannya ke arah sekitar mereka.
"Rumahmu sangat nyaman, dan aku suka berada disini, kau tinggal sendirian, nona Moon", kata Adam yang berdiri sembari memperhatikan ruangan utama.
Pandangannya terhenti saat melihat ibu yang berdiri sedang memperhatikannya.
"Siapa ?" tanya Adam.
Brittany segera mengalihkan pandangannya ke arah ibunya lalu menjawab ucapan Adam padanya.
"Itu ibuku ! Mari aku perkenalkan kalian berdua agar lebih dekat !" ucap Brittany seraya menutup pintu rumah lalu berjalan ke arah ibunya.
Adam mengikuti langkah kaki Brittany dari arah belakang, sikapnya sangat hormat saat berada dirumah keluarga Brittany meski dia seorang laki-laki super kaya raya, tetapi dia memiliki sikap sopan santun yang luar biasa.
"Ibu, perkenalkan ini teman baruku, namanya tuan Adam Bennet, dia mampir kemari untuk mengambil kartu undangan gala dinner besok malam", kata Brittany.
Brittany mendekat ke arah ibunya lalu memperkenalkan Adam kepada wanita itu.
"Selamat malam, saya Adam Bennet", sapa Adam seraya mengulurkan tangannya ke arah ibu.
"Selamat malam, saya Laura, ibu dari Brittany Moon", sahut ibu dengan membalas uluran tangan Adam kepadanya.
"Maaf, saya datang malam-malam kesini, ada hal penting yang hendak saya ambil karena itu saya datang ke rumah ini", kata Adam.
"Tidak apa-apa, aku mengerti, anak muda akan selalu bersikap demikian tanpa memikirkan baik-buruknya penilaian orang lain, tidak masalah, nak", sahut ibu seraya tersenyum.
Brittany tampak canggung ketika ibunya berbicara aneh terhadap Adam, diam-diam dia melirik ke arah Adam Bennet untuk memastikan pria itu tidak tersinggung oleh ucapan ibunya yang kedengaran protektif.
Adam tertawa renyah lalu mengangguk mengerti seraya membalas ucapan ibu dengan bijak.
"Penilaian orang lain cenderung menjatuhkan tanpa tahu alasan yang sebenarnya tapi bukan masalah penting selama kita masih bisa menjaga hubungan baik", ucapnya.
Ibu tertegun diam saat Adam menjawab sindirannya.
"Maaf, aku tidak bermaksud menyindirmu tapi kau tahu bahwa seorang laki-laki tidak diijinkan bertandang ke rumah seorang gadis selama mereka tidak menjalin hubungan resmi, seperti pertunangan misalnya karena akan mempengaruhi nama baik gadis itu sendiri dimasa depan", kata ibu berterus terang.
Ibu mencoba membela diri seraya menoleh ke arah Brittany, putri tercintanya.
Laura tidak ingin putrinya menaruh sebuah harapan semu terhadap Adam Bennet setelah kandasnya hubungan Brittany dengan Ralph Smith yang membatalkan pernikahan mereka dan mempermalukan Brittany dihadapan semua orang.
Untungnya Brittany dapat bersikap tegar saat menerima ketidakadilan ini atas sikap Ralph Smith.
Ibu menatap kembali ke arah Adam Bennet lalu tersenyum padanya.
"Kau tahu bahwa putriku ini baru saja gagal menikah karena tunangannya membatalkan pernikahan mereka karena berhalangan hadir", ucap ibu.
Brittany berusaha mencegah ibu berbicara lagi, namun, ibunya sepertinya tidak terima dengan semua kejadian yang menimpa putrinya, di hari pernikahan Brittany.
"Mungkin itu hal sepele tapi bagi kami sangat memalukan dan bagaikan tamparan yang menyakitkan", lanjut ibu dengan kedua mata berkaca-kaca.
Adam terdiam tanpa mampu berkata-kata apapun.
"Ibu..., sudahlah, jangan diteruskan lagi, tuan Bennet tidak ada hubungannya dengan Ralph, bahkan dia tidak tahu apa-apa masalah itu, ibu...", ucap Brittany.
Brittany mendekati ibunya, berusaha menenangkan hati ibunya itu.
Ibu malah menangis sedih, kepalanya tertunduk dalam sedangkan tubuhnya berguncang keras karena menangis.
"Tolong tenangkan dirimu, nyonya Laura !" pinta Adam sopan.
Adam menghampiri ibu lalu menuntunnya berjalan ke arah sofa yang ada diruangan tengah rumah.
"Duduklah lalu tenangkan dirimu, nyonya !" kata Adam yang membantu ibu duduk disofa.
"Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi dengan semua ini, sedangkan tetangga rumah mulai bergunjing, membicarakan masalah keluarga kami, aku tidak sanggup...", keluh ibu disela-sela isakan tangisannya.
Adam menepuk lembut pundak ibu, mencoba memahami isi hati ibu dan bersikap bijak sebagai penenang.
"Tenangkan dirimu, karena aku dan Brittany akan segera menikah dalam waktu dekat, nyonya Laura", kata Adam.
Ibu sontak terkejut lalu menatap tajam ke arah Adam Bennet dengan sorot mata tegang.
"Apa ? Menikah ? Kalian serius akan menikah ?" tanya ibu terperanjat kaget dan tak percaya dengan perkataan Adam Bennet kepadanya lalu menoleh dingin ke arah Brittany yang berdiri diam sedari tadi.