Menikah di usia muda sungguh bukan keinginan ku. Namun aku terpaksa harus menikah di usia muda karena perjanjian kedua orang tuaku.
Aku dengannya sekolah di tempat yang sama setelah kami menikah dan hidup bersama namun rasa ini muali ada tapi kami tidak saling mengungkapnya hingga suatu hari terjadi sebuah kecelakaan yang membuat kami.... ayo simak lanjutan ceritanya di novel Benci jadi cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Cemburu
"Lo." Ilham tidak melanjutkan kata-katanya karena Rangga segera menyahut.
"Gua tidak suka aja lihat cowok kurang ajar gitu sama cewek." Ujar Rangga entah dari mana datang nya alasan yang tepat kek gitu.
"Lo benar bro, gue juga gak suka lihat si Marco yang sok keren gitu, apa lagi dia kurang ajar sama cewek idaman gue." Timpal Azam tidak menyadari kalau Rangga juga menatapnya tajam.
"Eh bukan, maksud gue si gembul itu." Azam segera membalikkan kata-katanya karena melihat mata tajam Rangga yang seperti ingin memangsa.
"Rangga kenapa sih, apa mungkin dia suka sama Rena?" tanya Azam dalam hatinya. Dia berpikir Rangga menyukai Rena.
Rangga tidak menyahutnya, dia langsung pergi dari kantin itu menuju kelasnya.
Rena menatap kepergian Rangga dengan pikiran yang tidak menentu. Rena tau kalau suaminya marah karena dia. karena Marco membelai rambutnya.
Sedangkan Azam dan Ilham masih berdiri ditempatnya tadi, keduanya bingung dan curiga pada Rangga karena Rangga menatap Rena dengan cara lain.
"Lo lihat gak, kalau Rangga melihat Rena seperti ada sesuatu?" tanya Azam pada Ilham karena melihat Rangga sangat marah saat Marco mengusap rambut Rena.
"Iya, gue juga bingung, cara Rangga menatap Rena seperti ada hubungan diantara keduanya." Ilham juga sama seperti Azam, dia juga curiga kalau Rena sama Rangga ada hubungan.
"Tapi kayaknya tidak mungkin, karena Rangga sama si Rena seperti orang asing, bahkan keduanya tidak terlihat saling menyapa."
"Kalau dipikir-pikir benar juga, tidak mungkinkan suatu hubungan terjadi tanpa ada pembicaraan." Timpal Ilham membenarkan seperti yang Azam katakan.
"Sudahlah, gue pusing mikirin Anak itu, kalau Rangga sama Rena ada hubungan, itu lebih baik, dari pada si Kunti itu, lagian Rangga sama Rena cocok, yang laki tampan dan yang cewek cantik." Ucap Ilham lagi.
"Ya udah, mending sekarang kita susul Rangga aja." Ajak Azam, dan keduanya pun langsung pergi dari kantin itu.
Sementara Rena terlihat gelisah dan takut. "Kak, tidak usah takut, dia pasti mengerti kalau dijelaskan." Nana menenangkan Rena Kakaknya agar tidak khawatir dengan Rangga dan hubungannya.
"Dia???, dia siapa?" timpal Santi bingung. Santi tidak mengerti dengan yang dimaksud oleh Nana.
"eh, tidak, maksudku, Marco, iya, Marco, dia pasti mengerti kalau dijelaskan baik-baik, a...agar tidak sembarangan sama Kak Rena lagi." Nana gelagapan memberi alasan pada Santi, Nana tidak sadar tadi dengan ucapannya hampir saja membuat rahasia Rena dengan Rangga ketahuan Santi.
"Oh..." Santi mengerti yang dimaksud oleh Nana. "Rena, Lo tenang aja, si Marco itu pasti tidak akan berani kurang ajar lagi, dia pasti kapok dengan tamparan Lo!" Santi yakin kalau Marco tidak akan berani lagi kurang ajar pada Rena.
Rena mengangguk kemudian mengajak Santi dan Nana kembali kekelas.
"Terimakasih San. Ayo kita kekelas, sebentar lagi udah habis waktu istirahatnya." Rena, Santi, dan Nana, ketiganya langsung meninggalkan kantin itu.
Didalam kelas Rangga duduk termenung, pikirannya sedang menerawang entah kemana, Rangga memikirkan Marco yang mengelus rambut Rena, Rangga cemburu melihat Marco, hatinya begitu panas, dia sendiri heran, kenapa dia bisa segitu marah saat melihat Marco mengelus rambut Rena.
"Kenapa gue marah, apa gue cemburu? Mungkinkah aku sudah jatuh cinta padanya?" gumam Rangga dalam hati, bertanya pada diri sendiri.
Rangga mengacak rambutnya frustasi, dia tidak tau dengan perasaannya. Rangga jadi ingat saat Azam mengatakan padanya kalau sedang jatuh cinta pada seseorang, kita akan cemburu saat melihat dia dekat dengan lelaki lain. Dan kalau kita dekat dengannya jantung kita berdebar, dan berdetak lebih cepat dari biasanya.
Rangga juga teringat kalau kemaren jantungnya berdetak seperti yang dikatakan oleh Azam. Dan hari ini dia juga marah dan cemburu saat melihat lelaki lain mengelus rambut Rena.
"Benar, gue sudah jatuh cinta padanya, apa mungkin secepat itu gue mencintainya? Gue gak salahkan jatuh cinta pada istri gue sendiri." Gumam Rangga dalam hatinya. Rangga senyum-senyum sendiri, apa lagi kalau mengingat Rena sejak kemaren melayaninya dengan begitu baik.
"Baiklah, gue akui kalau gue sudah jatuh cinta sama Lo, gue akan jagain Lo dan mencintai Lo, gue akan jadi suami yang baik buat Lo." Rangga senyum sendiri membuat kedua sahabatnya yang baru masuk kedalam kelas bingung.
Azam dan Ilham menghampiri Rangga yang masih senyum sendiri. Azam meletakkan punggung tangannya didahi Rangga untuk memastikan kalau Rangga tidak sakit.
Rangga yang sedang membayangkan tentang Rena, tersentak dan menepis tangan Azam.
"Apaan sih Lo," Rangga kesal karena sahabatnya itu mengusik kesenangannya yang membayangkan tentang Rena.
"Lo tidak sakit 'kan, Lo masih waras 'kan?" tanya Azam, membuat Rangga menatap tajam pada kedua sahabatnya. Tuk... Rangga menjitak kepala Azam yang mengatainya tidak waras.
"Aduh, sakit sialan," umpat Azam yang kesakitan karena ulah Rangga. Sedangkan Ilham hanya tertawa melihat kedua sahabatnya.
"Lo apaan mengatai gue tidak waras hah? gue masih waras tau." Rangga sungguh kesal pada sahabatnya itu.
"Kalau waras kenapa Lo senyum-senyum sendiri?" tanya Azam lagi.
"Emang ada larangan senyum, gak 'kan? Lagian gue yang senyum kenapa Lo yang repot,"
Perdebatan kedua cowok itu terhenti saat melihat Rena dan kedua temannya masuk kedalam kelas.
Rena langsung berjalan ke bangkunya disebelah Rangga yang sekarang di duduk oleh Azam.
Melihat Rena berjalan ke bangkunya, Azam langsung bangkit, dan pindah ketempat duduknya.
"Silahkan duduk cantik." Ucap Azam mempersilahkan Rena duduk. Rena membalas Azam dengan senyum yang begitu manis bila dipandang oleh semua lelaki.
Azam mengusap-usap dadanya sembari berkata. " Senyummu membuat Abang klepek-klepek dek." Azam memang mengagumi Rena, tapi dia hanya mengagumi bukan jatuh cinta.
Ilham tertawa melihat Azam menggoda Rena. Sedangkan Rangga merengut kesal pada sahabatnya itu, namun Rangga tidak menunjukkan kecemburuannya pada Azam karena takut kedua sahabatnya akan curiga padanya.
"Sudah, sana Lo, duduk ditempat Lo, kalau gak mau gue jitak lagi!" titah Rangga kesal pada Azam.
Azam tidak mau berdebat lagi dengan Rangga, dia dan juga Ilham duduk ditempatnya.
Rena melirik Rangga, Rena sebenarnya ingin menjelaskan pada Rangga kalau dia tadi tidak tau Marco mengelus rambutnya.
Rena takut Rangga marah padanya, padahal dia dan Rangga baru menikah kemaren. Rena merasa bersalah karena tidak bisa menjaga dirinya dan membuat suaminya marah.
Rena terus melihat rangga, hingga pandangannya terhenti karena guru sudah memasuki kelas.
Saat ini semua mata tertuju pada guru yang hendak memberi teori. Rena juga melihat kedepan, dia berniat ingin menjelaskan pada rangga nanti saja setelah sampai dirumah.
Rena tidak mau Rangga salah paham padanya.
Bersambung.