Terlahir dengan tubuh fisik yang sangat lemah, Satria selalu di intimidasi oleh orang-orang sekitarnya. Namun kebangkitan kekuatan merubah segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Simpatict, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Di atas jembatan dengan batu sungai yang memancarkan cahaya, Satria memeluk pinggang Shinta dari belakang.
"Sungai bintang yang indah,andai saja dunia ini damai,aku rela menghabiskan seluruh waktuku bersama mu," ucap Shinta.
"Kita tidak bisa menjadi pahlawan yang tiba-tiba memiliki kemampuan untuk menghancurkan semua alam rahasia,lalu kenapa tidak kita nikmati saja saat-saat bersama," balas Satria.
Shinta tersenyum lembut. "Kamu benar,kita bisa berduaan di tempat seindah ini juga sesuatu yang sangat membahagiakan."
Orang-orang yang melintasi jembatan,tidak ada yang memperhatikan pasangan beda usia yang saling mencintai,karena di sisi lain juga ada pasangan kekasih yang sedang menikmati keindahan alam di depannya.
Waktu berlalu hingga tengah malam, Satria mengecup rambut Shinta dengan mesra. "Kita harus menjemput Luna dan Ani,sekarang waktunya mereka kembali setelah jam kerja mereka berakhir," ucap Satria.
Shinta berbalik badan. "Kamu, disaat kita sedang berduaan,masih saja mengingat Luna dan Ani."
Satria mengangkat kedua tangannya. "Mau bagaimana lagi,aku sudah terlanjur berjanji untuk menjemput mereka."
"Ayo kita jemput saja,biar aku antar sekalian sampai rumah." Balas Shinta kemudian tersenyum manis.
Satria membawa mobil menuju toko Linda yang tidak terlalu jauh, sementara Shinta hanya bersandar dengan tenang. Hingga akhirnya mereka tiba dalam 30 menit,Luna dan Ani sudah menunggu di depan toko,bersama dengan Linda.
"Ayo kembali." Ucap Satria sembari membuka kaca jendela mobilnya.
Luna dan Ani menoleh, kemudian mereka berpamitan dengan Linda dan bergegas menuju mobil.
"Kak Shinta,kamu bersama Satria semalaman?." Tanya Ani setelah memasuki mobil.
"Tidak semalaman,hanya beberapa jam saja,kalian serius sekali bekerja paruh waktu!," balas Shinta.
"Tentu saja kami harus bekerja,jika tidak bekerja,kami tidak bisa membeli sesuatu yang kami inginkan," lanjut Ani.
"Benar kak,kami harus mandiri, setidaknya untuk sesuatu yang kami inginkan," sahut Luna.
"Bagus sekali,kalian sudah mandiri soal keuangan saat masih remaja,itu harus di berikan hadiah." Ucap Shinta sambil memberikan sesuatu untuk keduanya.
Luna dan Ani membuka bingkisan bersamaan,mereka sangat gembira ketika melihat dua buah gaun cantik untuk mereka berdua. "indah sekali, terimakasih kak Shinta." ucap keduanya bersamaan.
"Sama-sama,selain gaun,ada beberapa setelan lain yang tidak bisa aku berikan di sini, nanti saja setelah kita sampai di rumah," balas Shinta.
Luna dan Ani saling memandang satu sama lain,mereka tiba-tiba menjadi penasaran,tapi masih sabar menunggu.
Setelah satu jam,mereka tiba di depan rumah, Shinta,Luna dan Ani bergegas memasuki kamar. sementara Satria ditinggalkan sendirian di depan rumah.
"Ngeselin juga kalau Shinta dan para gadis sedang kompakan,aku ditinggalkan sendirian," keluh Satria.
Satria menuju kamarnya untuk tidur. "Tidur yang cukup adalah salah satu latihan bagi pemilik kesaktian hebat,jadi lebih baik aku tidur saja."
Pagi hari telah tiba.
Tok tok,ketukan di pintu membangunkan Satria dari tidurnya. "Satria,bangun sayang,kita sarapan dulu." terdengar suara Shinta dari luar kamar.
Satria membuka pintu,ia mendapati Shinta sedang berdiri sambil membawa nampan berisi makanan. "Kenapa kamu membawanya ke sini,kita bisa makan di tempat biasanya," ucap Satria.
"Kamu makan saja di sofa,aku ingin membersihkan kamarmu." Balas Shinta sambil memasuki kamar Satria, kemudian ia meletakkan makanan di atas meja.
"Kamarnya rapi,tidak seperti biasanya, berantakan seperti kandang kuda," ucap Shinta.
"Aku harus melakukannya sendiri, sekarang aku tidak memiliki seseorang yang mau membereskan kamarku," balas Satria.
Shinta geleng-geleng kepala. "Semuanya sudah berubah,kamu harus mandiri,jadi kamu harus bertanggung jawab atas segala sesuatunya."
Setelah Shinta selesai merapikan tempat tidur,ia menuju tempat Satria dan duduk di sebelahnya, melihat Satria yang sedang memakan masakannya.
Shinta tersenyum melihatnya, "Lahap sekali,apa kamu merindukan masakanku?."
"Sejak tiba di kota ini,aku sangat jarang memakan makanan buatan mu,jadi ya merasa rindu," balas Satria.
Shinta menghela nafas panjang. "Aku akan sering-sering memasak untukmu,jadi kamu tidak merasakan rindu pada masakanku."
"Kenapa kamu menghela nafas?," tanya Satria.
"Bagaimana tidak menghela nafas,kamu lebih merindukan masakanku daripada aku sendiri." Kata Shinta pura-pura sedih.
"Jangan berlebihan,aku lebih sering bertemu denganmu daripada masakanmu," balas Satria.
Shinta terkekeh. "Cepat selesaikan, kebiasaan kamu terlambat masih belum hilang."
Satria keluar dari kamar bersama dengan Shinta, mereka turun dari tangga sambil disaksikan oleh Luna dan Ani yang masih menunggu.
"Rasanya seperti bintang terkenal,turun dari tangga dan disambut oleh orang-orang yang menunggu," kelakar Satria.
"kita menunggu kamu menggunakan kemampuan teleportasi,kita sudah terlambat jika berjalan kaki," kata Ani.
"Sudah sana bawa mereka,aku juga ada pekerjaan di guild tidak lama lagi," sahut Shinta.
Satria mengangguk, kemudian memegang tangan Luna dan Ani, untuk membawa mereka berteleportasi menuju depan gerbang akademi.
Setibanya di akademi,Satria mengeluh lagi,karena tidak ada kelas kali ini,hanya calon peserta kompetisi yang akan dilatih oleh instruktur khusus.
Linda menghampiri Satria yang sedang duduk sendirian di kursinya. "Hai,apa kamu merasa bosan?."
"Lumayan,tidak ada kegiatan juga membuat bosan," jawab Satria.
"Bagaimana kalau kita berlatih di lapangan tanding, siswa lain juga berada di sana,kita bisa berlatih sambil menunggu Luna dan lainnya selesai berlatih," ajak Linda.
"Oke,itu lebih baik daripada hanya sekedar duduk di kelas." Balas Satria seraya beranjak dari kursinya.
Menuju lapangan tanding,mereka tiba dalam beberapa menit. Linda dan Satria langsung memasuki arena pertandingan. "Elemen aku adalah logam,jadi berhati-hati lah." Ucap Linda sambil menyerang menggunakan jarum-jarum kecil.
Satria menghindar ke arah kanan dengan kecepatan tubuhnya,serangan Linda juga terus menerus berlanjut. Terkadang Satria menangkis serangan jarum dengan pedangnya.
Suara dentingan pedang yang bertabrakan dengan jarum kecil tampak merdu.
"Kalau kamu hanya menerbangkan jarum jahit,itu tidak ada gunanya,karena aku sering berlatih dengan Luna yang menerbangkan puluhan pedang," ucap Satria.
"Mau bagaimana lagi,aku hanya bisa mengendalikan logam, berbeda dengan Luna yang bisa menerbangkan apa saja," balas Linda.
"Kamu bisa menggunakan seni beladiri untuk menyerang dari jarak dekat,serangan jarum bisa kamu gunakan sebagai senjata rahasia,jadi tidak terlihat terlebih dahulu,pedang juga logam yang bisa kamu kendalikan," saran Satria.
Linda menganggukkan kepalanya. "Baiklah,aku akan mencoba melakukan nasihatmu." Balas Linda sambil mengeluarkan pedang dari ruang penyimpanan.
Dua pedang berterbangan,satu pedang di tangannya,Linda mulai menyerang lagi.
Serangan jarak dekat dengan dua pedang mengikuti dari belakangnya,tusukan dan tebasan menuju ke arah Satria.
Lambat laun,Linda menguasai ritme pertarungan dengan baik, kecepatannya semakin meningkat yang membuat Satria menghindar dengan teleportasi.
"Sepertinya memang sangat menyenangkan bisa mengasah seni beladiri dengan seseorang yang cakap,dapat dengan cepat meningkatkan intensitas pertarungannya." Batin Satria sambil terus menghindari serangan.
Waktu berlalu,Linda kelelahan karena kehilangan banyak energi. "Cukup,aku sudah tidak sanggup melawan lagi," ucap Linda.
"Kecepatan pelatihan kamu lumayan bagus,jika sering berlatih tempur,kamu bisa menjadi kesatria yang tangguh." puji Satria.
Linda menganggukkan kepalanya. "Aku sebenarnya lebih senang berbisnis,tapi jika tidak memiliki kekuatan, bisnisnya bisa di rampok orang seenaknya."
"Tidak ada salahnya menjadi kuat, bisnismu juga berhubungan dengan para kesatria yang memiliki kesaktian,jika tidak mampu melawan bahaya,kamu sendiri yang dirugikan," balas Satria.
Alia bertepuk tangan ketika mendengar perkataan Satria. "Kamu bisa menjadi seorang pelatih, bagaimana kalau kita melatih para siswa bersama?."
"Kamu baru datang,apa sejak tadi dan menguping pembicaraan kita?," tanya Satria.
"Yang sopan kalau berbicara dengan guru mu,aku baru saja tiba setelah mendengar semuanya," balas Alia.
"Baik Bu Guru Alia,aku tidak ingin menjadi pelatih para siswa, nanti seperti kamu yang hidup seorang diri hanya demi melatih siswa." ejek Satria.
Alia melotot kearah Satria. "Apa katamu,aku hidup sendirian bukan berarti tidak laku,aku pilih-pilih pasangan yang cocok denganku saja."
"Oke deh Bu Guru, terserah kamu saja." Kata Satria sambil duduk di lantai.
"Sepertinya memang aneh kalau dipanggil Bu guru oleh kamu." Ucap Alia setelah sedikit memikirkannya.
Satria terkekeh. "Betul kan Alia,lebih akrab kalau dipanggil nama saja."
Alia duduk di sebelah Satria. "Apa saja lah,yang kamu inginkan."
Linda tersenyum melihat tingkah guru dan murid yang begitu akrab.