NovelToon NovelToon
"Suami" Pilihan Orang Tuaku

"Suami" Pilihan Orang Tuaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lidia Grace Giawa

bercerita tentang seorang ibu rumah tangga bernama Rini yang sudah hidup bersama dengan suami nya bernama Edi selama 20 tahun lamanya. Rini menikah dengan Edi bukan berdasarkan cinta. Rini menikah dengan Edi karena Edi adalah suami pilihan orang tua nya. kisah ini menceritakan konflik di masa lampau dan juga menceritakan Lika liku kehidupan rumah tangga nya yang sedang dijalani saat ini. dari cerita ini kita belajar bahwa pilihan orang tua pun belum tentu baik dan walaupun tidak begitu buruk.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidia Grace Giawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 POV Linda

...Linda duduk termenung di tepi ranjangnya, memandang jendela kamar yang setengah terbuka. Udara sore yang sejuk masuk ke dalam kamar, namun tidak mampu mengusir rasa sepi yang menggantung di hatinya. Sudah beberapa bulan Lia, kakak kesayangannya, pindah ke kota setelah menikah. Sejak itu, rumah terasa semakin sepi. Biasanya, setiap sore mereka akan duduk bersama, berbincang tentang segala hal atau sekadar berbagi cerita ringan tentang hari mereka. Tapi sekarang, hanya ada sunyi yang mengisi ruangan....

...Linda menarik napas dalam-dalam, merasa rindu yang begitu dalam. Lia tidak hanya kakak baginya, tetapi juga sahabat terdekat, tempat Linda berbagi segala hal, termasuk rahasia-rahasia kecil yang tak pernah diketahui orang lain....

"Sekarang kakak sudah punya hidup baru di kota bersama suaminya," Linda bergumam pelan, suaranya terdengar serak.

...Ia sadar, hidup Lia sudah berubah. Meski mereka masih saling mengirim pesan, tetapi rasanya berbeda. Ada jarak yang tak bisa dihindari. Linda tahu Lia bahagia di sana, tapi hatinya tetap terasa kosong setiap kali ia menyadari bahwa tak ada lagi momen-momen sederhana yang dulu begitu ia nikmati....

Tiba-tiba, teleponnya berdering. Nama Lia muncul di layar. Linda terkejut, namun segera menjawabnya.

"Halo, Dek! Apa kabar?" Suara Lia terdengar ceria seperti biasa.

Linda tersenyum tipis, meskipun hatinya masih terasa berat. "Baik, mbak. Aku cuma... kangen aja."

Di seberang, Lia terdiam sejenak. "Aku juga kangen, Dek. Nanti, kalau ada waktu luang, mbak akan pulang. Kita bisa cerita-cerita lagi, seperti dulu."

"Yang benar mbak?" Tanya Linda penuh semangat "Emang mas Agus gak sibuk mbak?" Lanjut nya lagi.

"Untuk sekarang mas Agus masih sibuk dek. Cuman mbak janji jika nanti mas Agus sudah tidak sibuk mbak akan pulang bersama mas Agus" ucap Lia pada Linda

"Baiklah mbak kalau begitu, ditunggu kabar pasti." jawab Linda pada Lia.

"Iya dek. Oh ya dek, Nur dimana kok dari tadi mbak tidak mendengar suaranya" tanya Lia pada Linda

"Nur sedang mandi mbak." jawab Linda singkat.

"Lalu , mbak Rini dan Rania?" tanya Lia lagi.

"Mbak Rini dan Rania mungkin ada di kamar atau di ruang tamu mbak. Apakah mbak ingin bicara dengan mereka?" tanya Linda pada Lia

"Oh begitu ya dek, tidak dek, mbak tidak bisa bekerja bicara sekarang. Karena mbak ada kerjaan sekarang. Uda dulu ya dek." ucap Lia yang langsung mematikan telepon.

Linda menarik napas panjang " hmmm kebiasaan, orang belum jawab udah dimatiin telfon nya" ucap Linda!

...Linda kembali termenung, rasanya ia sangat kesepian sekali. Walaupun ia mencoba untuk bermain dengan Rania, tetap saja setelah itu ia akan merasa kesepian. Walaupun ada Nur, tapi Nur gak nyambung kalau diajak cerita. Kalau mau cerita sama Rini , Linda merasa canggung. Itulah sebabnya ia merasa sangat kesepian sejak Lia menikah dan pindah ke kota. Kemudian Linda memeriksa setiap nomor yang tersimpan di kontak nya, kemudian ia menemukan satu nama yang tak asing bagi nya, dan kemudian menghubungi nomor tersebut....

"Halo, Lin! Lama nggak dengar kabarmu. Apa kabar?" suara Sinta terdengar hangat di seberang.

Linda tersenyum tipis, meski rasa hampa masih menyelimuti hatinya. "Hai, sin. Maaf menganggu mu, Aku baik... atau, yah, seharusnya baik."

"Seharusnya? Kok gitu? Ada apa?" tanya Sinta dengan nada khawatir.

Linda menarik napas pelan sebelum menjawab. "Lia... Mbak Lia udah menikah, Sin. Sekarang dia tinggal di kota sama suaminya. Sejak itu, rumah jadi terasa sepi banget."

Sinta terdiam sejenak, mendengarkan dengan penuh perhatian. "Oh... jadi kamu merasa kesepian sekarang? Aku bisa ngerti kenapa kamu merasa begitu, Lin. Kalian berdua kan deket banget."

"Ya, kami selalu ngobrol hampir setiap hari dulu," lanjut Linda dengan suara pelan. "Dia selalu ada di sini, dan rasanya kayak aku nggak pernah sendirian. Tapi sekarang... aku pulang kerja, rumah sepi. Nggak ada yang nanya kabar atau ngajak ngobrol soal hal-hal kecil lagi. Rasanya aneh, kayak ada yang hilang."

Sinta menghela napas dari seberang telepon. "Aku paham, Lin. Mbak Lia kan bukan cuma kakakmu, dia juga sahabatmu. Pasti berat banget ketika dia nggak ada di dekatmu lagi setiap hari."

Linda mengangguk meski tahu Sinta tidak bisa melihatnya. "Iya. Aku senang dia bahagia, tapi aku nggak bisa bohong kalau aku merasa kehilangan. Setiap kali kami teleponan, aku berusaha ceria, tapi setelah itu aku malah merasa lebih sepi."

"Aku ngerti, Lin. Kamu kehilangan rutinitas yang bikin nyaman. Sekarang semua berubah, dan itu bikin kamu merasa sendirian. Tapi, kamu juga nggak harus pura-pura ceria di depan Mbak Lia. Dia pasti ngerti kok kalau kamu rindu."

"Iya, aku tahu," jawab Linda, suaranya terdengar lebih pelan. "Tapi selain itu, aku juga jadi mikir tentang hidupku sendiri, Sin. Aku mulai merasa bingung sama masa depanku. Kak Lia udah punya jalan hidupnya sendiri, sedangkan aku masih di sini, menjalani rutinitas yang sama tanpa tahu ke mana harus melangkah."

Sinta terdiam sejenak sebelum menjawab dengan bijak. "Lin, nggak semua orang punya perjalanan hidup yang sama. Mungkin sekarang kamu merasa terjebak, tapi kamu tetap punya waktu untuk menemukan apa yang kamu inginkan. Jangan terlalu keras sama dirimu sendiri. Ini wajar kok."

Linda mendesah. "Tapi kadang aku ngerasa takut, Sin. Takut nggak menemukan jalan hidupku, takut kecewa sama diriku sendiri."

Sinta tersenyum di seberang telepon, meski Linda tak bisa melihatnya. "Linda, kamu nggak harus punya semua jawabannya sekarang. Yang penting, kamu nggak berhenti mencari dan mencoba hal-hal baru. Kamu akan menemukan jalanmu, meskipun mungkin butuh waktu lebih lama. Dan ingat, aku selalu ada di sini kalau kamu butuh teman ngobrol."

Mendengar kata-kata itu, Linda merasa sedikit lega. "Makasih, sin. Aku butuh mendengar itu. Kadang, cuma butuh seseorang yang ngerti untuk bikin segalanya terasa lebih baik."

"Selalu, Lin. Kamu nggak sendirian, kok," jawab Sinta dengan hangat. "Kita kan sahabat, kapan aja kamu mau curhat, telepon aku aja."

Linda tersenyum kecil. "Iya, aku akan ingat itu. Terima kasih, Sin."

...Sambil menutup telepon, Linda merasa beban di hatinya sedikit berkurang. Meski masih ada rasa rindu pada kakaknya, setidaknya ia tahu ada sahabat yang selalu siap mendengarkan....

"Asik banget ngobrol nya" cetus nur yang sedari tadi mendengarkan Linda telfonan dengan Sinta.

"Eh Nur, udah lama disini?" tanya Linda

"Sudah mbak, ini rambut ku sampe kering nungguin mbak selesai telfonan." ucap Nur yang memang tadi keramas

"Haha ya maaf, mbak gak tau kalau kamu disini. Kamu sih gak ngomong" ucap Linda pada Nur.

"Udah ah mbak, jangan dibahas. Ayok makan" ucap Nur yang kemudian berjalan keluar kamar dan disusul oleh Linda.

1
Dinoqueen
cerita nya bagus.
Rimuru Tempest
Aku jatuh cinta dengan ceritamu, tolong update sekarang juga!
Dinoqueen: wah😍😍😍Terimakasih 🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!