Terpaksa menikah dengan pria yang tak dicintai dan mencintainya
tifany larasati harus bergelut dengan perasaannya sendiri mempertahankan rumah tangganya.
demi keluarga yang diambang kehancuran tifany merelakan menikah muda dengan cavero abraham.
sosok angkuh dan egois yang tak mau melepas masalalu walaupun setelah menikah.
dengan semangat dan dukungan keluarga, tifanya menguatkan diri untuk tidak bercerai dari cavero.
bisakah tifany membuat cavero mencintainya atau hanya akan tetap menjadi pemilik raga tapi tidak hatinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri_uncu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tanda apa ini?
Di jakarta
"saya antarkan pulang" cavero mengiringi elsa dan tifany dari belakang sesampainya di bandara
"saya udah dijemput supir" ucap elsa lalu melambaikan tangan pada tifany dan tak lupa mencium pipinya sebelum pergi meninggalkan sahabatnya bersama dengan cavero "bye sayangku"
Tifany hanya bisa kesal dan ingin sekali menarik rambut elsa namun sudah keburu pergi "tunggu sa" tifany ingin pulang bersama dengan elsa agar tak diantar oleh cavero
"katanya teman? kenapa ngga mau bareng" cavero mendekati tifany dan kekeh ingin mengantarkannya pulang ke rumahnya
tak ada alasan menolak tifany mengiyakan tawaran cavero pada akhirnya dan duduk bersampingan di dalam mobil cavero
"pak ke rumah mertua saya dulu" ucap cavero pada supir yang menjemputnya "maaf, rumah tifany maksudnya" cavero meralat ucapannya saat tifany melirik tajam padanya
"baik den" sang supir pun mengiyakan saja ucapan anak majikannya dan memang beberapa kali pernah mengantarkan cavero ke rumah tifany
satu jam perjalanan dari bandara ke rumah tifany dan tiba di pekarangan rumah "sampai sini saja, terima kasih mas, pak!" tifany turun dari mobil dan melarang cavero ikut turun tak mau ada kejadian yang tak diinginkan lalu tifany meminta supir membukakan bagasi untuk mengambil koper miliknya
tifany melambaikan tangan dan mengucapkan terima kasih kembali pada cavero
"jalan pak!" cavero meminta supir segera memutar arah dan menuju pulang
"sayangnya mami, kamu sama siapa nak?" mami yuanita melihat anaknya turun dari mobil langsung menghampiri namun tak sempat melihat siapa yang mengantarkan tifany
mami yuanita penasaran apakah anaknya sudah memiliki kekasih baru sejak di luar negeri
"temen mi, mba masak apa mi aku laper?" tifany meletakan kopernya dan duduk disamping papi malik yang sedang menonton acara olahraga
dan memeluk tangan papinya dengan manja "papi anaknya pulang malah diem aja sih?" tifany cemberut papinya terlihat cuek karena fokusnya pada layar di depannya
"hm, maaf sayang! Papi masih seru nih" papi malik mengusap kepala tifany dan mencium kening anak pertamanya
"mba masak seafood kesukaanmu ayo mandi terus makan" ajak mami yuanita penuh perhatian
"iya sana mandi, udah bau asem. Mami temani papi nonton" papi malik menarik tangan istrinya agar duduk di sampingnya
tifany kesal dan senang melihat kemesraan orang tuanya sejak ia kecil sampai saat ini, bahkan iri dengan kehidupan yang tak seindah pernikahannya
"kok bengong non!" art tifany membuyarkan lamunannya
"hehe laper mba, bingung mau makan atau mandi dulu" tifany beralasan lalu memutuskan ke kamar dibantu art nya membawa koper yang sampai dua koper besar
"makasih ya mba, saya mau mandi dulu" pamit tifany dan art nya keluar kamar tifany dan akan melanjutkan beberesnya nanti
Selesai mandi dan merasa segar tifany melupakan rasa laparnya dan langsung menuju ranjang empuk miliknya yang sudah satu tahun lebih tidak ditempati olehnya
"masih nyaman" ucap tifany lalu ia terlelap dengan sendirinya dan ponselnya tak terkunci
***
"pa, ma!" cavero menyapa orang tuanya saat tiba di rumah dan ada beberapa orang tamu ternyata di ruang tamu
"halo cav, sini duduk banyak teman papa kebetulan sedang mampir kesini" ucap pak hilman
meminta cavero yang baru tiba langsung bergabung dengan rekan bisnis dan teman sang papa
Tak lain dan tak bukan obrolan bisnis dan pekerjaan antara laki-laki dewasa yang membuat cavero jenuh dan akhirnya meminta izin untuk beristirahat
Cavero ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya di ranjang miliknya, ada bayang-bayang tifany yang sangat lekat dalam ingatannya di sudut kamar yang membuatnya tak berhenti menyesali perbuatannya
Cavero pun sudah mendapatkan hukuman karena hampir satu bulan tak boleh pulang ke rumah orang tuanya dan sama sekali tak pernah komunikasi dengan orang tua ataupun adiknya
Sampai ia mendapatkan maaf dari mertua dan tifany, orang tuanya merasa malu dan sangat bersalah pada besannya dan menantunya namun tak ada kesempatan untuk meminta maaf pada tifany
Itu membuat cavero hampir gila dan harus diam di rumah beberapa waktu dan penangan dokter untuk kesembuhannya
ada nomer baru yang memanggilnya dengan panggilan video, karena penasaran nomer tersebut tak ada di ponsel cavero ia pun mengangkatnya
"ha...." ucapa cavero terhenti saat melihat wajah siapa yang muncul dilayarnya meski sedikit yang terlihat karena tertutup oleh rambut, dan posisinya miring tanganya masih masih memegang erat ponselnya
"maafkan saya fan, jika memang kita bukan jodoh maka berteman denganmu aku tak masalah dan tak akan lagi aku menikah selamanya" cavero memandang wajah tifany dan membisukan suara agar tak terdengar dan menggangu tifany
rasanya sangat senang karena tifany masih menyimpan nomer cavero meski tifany sudah ganti dengan nomer yang baru
Ia menyadari cinta tak dapat dipaksakan namun selama masih ada kesempatan tak akan cavero sia-siakan agar dapat kembali pada tifany dan memperbaiki semuanya
matanya mulai lelah dan rasa lelahnya karena semalam tak tidur agar dapat pulang bersama tifany membuat cavero memejamkan matanya
dan memulai perjalanannya dialam mimpi tanpa mematikan panggilan video yang tifany lakukan dan meletakan ponselnya tepat beberapa centi dengan wajahnya agar keduany tidur berhadapan walau hanya lewat telfon
***
Sekitar jam dua siang suara bising memanggil dan mengetuk pintu tifany "sayang bangun nak, kamu belum makan. Ayo bangun dulu makan nanti tidur lagi" mami yuanita masuk ke kamar
karena tak ada sahutan dari anaknya "hm, ayo bangun mami dan papi tunggu dibawah kita makan bersama ya sayang" mami yuanita keluar setelah anaknya membuka matanya dan mengiyakan ucapan maminya dengan kode mengangguk
tifany merasa tangannya pegal karena terus memegang ponsel selama tidur tanpa disadari dan terkejut lalu membuang ponsel saat tau wajah siapa yang ada di layar ponselnya
Perlahan tifany mengambil kembali ponselnya dan benar saja, cavero sedang tidur pulas dan untungnya tak bangun saat tifany sedikit berteriak karena terkejut
lalu segera memutuskan sambungan telfon dan melihat siapa yang menghubungi lebih dulu
"astaga, aku yang telfon!" mau bagaimana lagi semua sudah terjadi meski malu tifany tak akan meminta maaf atau mambahasnya
Tifany yakin cavero juga tak sadar menerima telfonnya