Bagaimana jika jiwa seorang Chef dari dunia moderen abad 25 yang cantik, kaya-raya, berstatus lajang, serta menguasai banyak tehnik beladiri, terbangun ditubuh seorang gadis diera dinasti kuno 3000 tahu lalu.
Liu Liyan, gadis cantik yang amat dimanja oleh ayah & kedua kakak lelakinya. Kadang suka berbuat sesuka hati, keras kepala & juga urakan.
Tapi setelah menikah, ia harus menjani hidup miskin bersama suaminya yang tampan tapi cacat.
Belum lagi ia harus dihadapkan dengan banyaknya konflik keluarga dari pihak suaminya.
Beruntung ibu mertua & adik ipar amat baik serta begitu menyayanginya, mendukung juga mempercayai.
Apakah ia bisa menggunakan keterampilannya didunia modern, untuk membantu keluarga suami juga keluarga kandungnya sendiri..?
Bagaimana lika-liku kehidupannya didunia yang serba kuno tanpa internet & listrik..?
Mari ikuti kisah Chef Claudia diera dinasti Song & menjadi Liu Liyan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delia Ata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjual Hasil Buruan
Matahari mulai merunduk dibalik bukit, bias sinar oranye menyinari atap jerami rumah setiap warga.
Hembusan angin sejuk menenangkan, dimanfaatkan oleh penduduk desa untuk bersantai menunggu malam.
Mereka berkumpul ditengah desa dibawah pohon kesemek dan willow, membentuk beberapa kelompok.
Tiba-tiba seorang bocah lelaki melihat ada siluet kecil dari lereng gunung menuju kearah mereka.
Makin lama makin besar dan jelas.
"Astaga, ibu lihat...!" serunya menunjuk Liu Liyan dengan bola mata yang nyaris menggelinding keluar, karena saking terkejutnya.
Para penduduk yang ada disana kompak menoleh, guna melihat apa yang terjadi.
Semua pasang mata mendelik, nafas yang sempat tertahan ditenggorokan mereka hembuskan perlahan. Bermacam ekspresi langsung berpedar penuh minat, dengki dan kekaguman.
"Dia bukannya istri Yun langjun..?"
(Langjun panggilan untuk pria muda yang sudah menikah)
"Astaga, itu rusa dan babi..!"
"Bagaimana bisa perempuan kurus begitu menangkap dua binatang buas sekaligus..?"
Seorang penduduk desa maju tiga langkah, lalu memberanikan diri bertanya.
"Yan niang, apa kau yang membunuh mereka..?"
Liu Liyan melirik ketus, tanpa menghentikan langkah ia menjawab "iya...!"
Sepanjang sejarah didesa itu selain Xiao Yun, baru Liu Liyan yang seorang wanita mendapat tangkapan besar sampai dua ekor.
Biasanya para penduduk lain cuma memperoleh seekor kelinci atau ayam hutan dan babi kecil.
Digunung memang masih banyak dihuni hewan buas seperti babi, rusa, harimau dan srigala.
Ular anaconda, piton juga masih ada disana.
Bahkan banyak babi yang kerap turun gunung lalu merusak lahan pertanian warga.
Para penduduk yang berkumpul itu, cuma bisa menelan ludah pahit dengan susah payah.
Daging babi dan rusa, pasti sangat lezat.
Bagi mereka yang hidup miskin, makan daging dan ikan satu bulan sekali saja sudah sangat beruntung.
Tapi Liu Liyan bisa mendapatkan seekor babi dan rusa yang beratnya mencapai ratusan kati.
Sungguh amat sangat luar biasa.
Liu Liyan tak memperdulikan para warga desa itu. Ia terus melangkah, menyeret babi hutan menuju rumahnya.
Dia sudah amat lelah, haus dan lapar.
Penduduk desa bertukar tatapan, lalu mengikuti Liu Liyan dengan sinaran lapar penuh minat.
Xiao Yue yang sedang menyapu halaman, menegakkan kepala ketika telinganya menangkap bising suara derap langkah dan obrolan.
Tubuh kurusnya menegang, ia tertegun memandang gerombolan warga desa yang mengikuti kakak iparnya.
Tapi bukan itu yang menjadi atensi utama, melainkan rusa besar dipunggung Liu Liyan.
Pintu pagar cepat-cepat Xiao Yue buka, ia berseru memanggil ibu dan Xiao Yan.
Sementara Xiao Yun langsung melempar buku yang sedang ia baca, menatap cemas dari jendela kamar yang terbuka.
"Kakak ipar, ini...!"
Liu Liyan terkekeh, berjalan melewati Xiao Yue.
Batang kayu Liyan lepaskan, lalu melempar rusa sampai membuat tanah bergetar dan terakhir menaruh keranjang berisi talas dan sayuran.
Duduk lemas dengan nafas terengah-engah ditengah halaman, menjadi pilihan Liu Liyan guna mengusir rasa lelah.
"Haus...!"
Xiao Yan balik badan, masuk kedapur mengambil semangkuk air bening.
Guo Xia termangu didepan pintu kamar, sedangkan Xiao Yun tersenyum tipis menghunuskan tatapan nelangsa kearah istrinya.
"Yan niang, kau masuk kedalam hutan..?" tanya Guo Xia mendekat.
Liu Liyan menelan air yang baru ia teguk, lalu mengangguk cepat sembari menyunggingkan senyuman tengil menyambut pelototan sang ibu mertua.
"Ck, kau ini...!" sungut Guo Xia.
Menantunya itu sama sekali tak ada anggun-anggunnya. Selalu memakai baju lelaki, hobby berburu dan berkelahi. Bermulut tajam tanpa kenal takut sama sekali.
Penduduk desa yang sejak tadi mengekori, tak bisa lagi untuk menahan lidah mereka.
"Yan niang..! apa kau mau menjual kepada kami sebagian daging babi dan rusanya..?"
Liu Liyan lagi-lagi melempar lirikan membunuh "rusanya mau aku jual kekota, kalau babi terserah ibu saja."
Serentak, penduduk desa menoleh pada Guo Xia yang melongo bingung.
Sejak suaminya meninggal dan Xiao Yun cidera, hidup mereka selalu kekurangan, dibuang dari keluarga besar dan dicemooh banyak orang.
Tapi sekarang penduduk desa yang biasa meremehkan, malah memandang penuh harap menghiba.
"Yan nian, bagaimana kalau kita jual daging babinya sebagian..?" tanya Guo Xia balik lagi kesang menantu.
Liu Liyan mengangguk "untuk lemaknya jangan dijual ya bu..! dan jeroannya tolong disimpan."
Semua netra mengernyit aneh dengan badan bergidik jijik.
Untuk apa jeroan babi..?
Liu Liyan mengabaikan tatapan tanya yang tertuju padanya, ia berlalu pergi kekamar mandi untuk membersihkan diri.
Pada akhirnya Guo Xia menuruti pesan sang menantu dan mengabulkan keinginan warga desa, menjual daging babi dengan harga lebih murah.
Karena tidak mengerti soal pembagian daging, Guo Xia mengundang keluarga Tang untuk membantu.
Tang Chi dulunya seorang jagal babi, tapi sekarang ia bersama putranya Tang Jinu beralih profesi jadi pemburu dan buruh tani dengan hasil yang tak menentu.
Satu jin daging babi tanpa lemak, Guo Xia jual seharga 8 wen. Kalau dipasar umumnya 10 wen.
Untuk rusa jauh lebih mahal, karena dagingnya amat langka sampai dianggap hidangan mewah oleh sebagian orang.
Selain itu semua bagian tubuh rusa bisa dimanfaatkan. 1 jin dagingnya saja harganya kisaran 15 sampai 20 wen.
Sama seperti harimau yang nilai jualnya bisa mencapai 30 wen per jin. Kalau dijual utuh 1 ekor, bisa menghasilkan 50 tahil perak.
"Suamiku..!" panggil Liyan saat masuk kekamar untuk berganti pakaian.
Xiao Yun tersenyum "kalau mau menjual rusa, temui paman pertama diJiao Tong."
"Baik..! aku pergi dulu ya..?"
"Sini..!" Xiao Yun melambaikan tangan.
Bibir ranum Liu Liyan saling menarik, dengan senang hati ia menghampiri sang suami.
Keduanya pun saling memeluk mesra, melabuhkan kecupan dipipi dan bibir.
Xiao Yun membelai pucuk kepala sang istri "Hati-hati dan cepat kembali."
Liu Liyan mengangguk "baik...!"
Dengan menyewa gerobak kepala desa dan mengikuti petunjuk dari ingatan sang pemilik asli tubuhnya, Liu Liyan menuju kekota.
Cuma 45 menit saja, ia sudah sampai dikota Luoyang dengan biaya masuk 2 wen.
Niat hati menyambangi paviliun Jiao Tong, namun ditengah jalan ia bertemu Yan San yang mau membeli rusanya.
Yan San, pemuda pejual berbagai macam ternak hidup dan mati, yang sudah sejak lama menaruh hati pada Liu Liyan.
Empat tahil perak 500 wen, harga yang diberikan Yan San untuk rusa Liu Liyan.
Dengan senang hati istri dari Xiao Yun itu menerima.
Liu Liyan menuju ketoko bahan pangan, membeli 50 kati beras putih dan menghabiskan 40 wen dan 2 kati garam seharga 100 wen.
Lima wen ditambah 1 jin daging babi, menjadi milik kepala desa sebagai biaya sewa gerobak sapinya.
"Dari tiga ratus tiga puluh lebih jin daging babi, ibu menjual sebanyak 250 jin, untuk satu jinnya 8 wen."
Adu Guo Xia menyerahkan koin perunggu hasil penjualan sebanyak 2000 wen.
Liu Liyan menerima dan memberi sang ibu mertua 1000 wen.
Guo Xia pun mengambilnya tanpa protes, karena ia sudah amat hafal bagaimana watak menantunya itu.
Berarti sisa hasil berburu Liu Liyan sebanyak 5 tahil perak 448 wen.
Untuk bagian kepala serta kaki babi, diolah menjadi sup, sedangkan 2 jin daging campur kulit ditumis bersama jamur juga selada liar.
"Kakak ipar..! ini untuk apa..?" Xiao Yue menujuk talas dan umbi gajah.
"Ini namanya talas. Separuh cuci lalu kukus, separuhnya lagi kupas kulitnya dan campurkan kesup."
Dahi Xiao Yue mengkerut kasar.
"Sudah lakukan saja, talas dan umbi gajah ini enak. Tidak beracun apa lagi gatal seperti pohonnya."
Meski masih ragu, Xiao Yue tetap melakukan titah sang kakak ipar dengan dibantu Xiao Yan.
Lagi pula tidak mungkin kan kakak ipar mau meracuni mereka.
Sementara Liu Liyan membersihkan jeroan babi, kemudian mengasapinya bersama sisa daging dan kulit.
Sedangkan ususnya dibuat sosis bersama lima jin daging babi cincang berbumbu.