Mara, gadis yang terbaring koma berbulan-bulan, terpaksa harus menerima tawaran sesuatu yang disebut "sistem", yang di mana dia harus pergi ke dunia novel untuk meningkatkan nilai baik antagonis sebagai ganti tubuh aslinya tersembuhkan perlahan. Hanya saja, sang target merupakan orang sangat sulit didekati, paranoid, dan dibenci banyak orang.
______
Suatu hari, Mara menyelesaikan tugasnya dan akan pergi. Tapi tiba-tiba dia ditangkap pria menakutkan yang telah dia jinakkan.
"Jangan berpikir kamu bisa memanjat jurang gelap yang telanjur kamu lompati sesuka hati!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amarah
"Awas!!"
Brak! Benda-benda yang ditumpuk itu benar-benar jatuh berserakan menimbulkan suara bergema keras diikuti jeritan menyakitkan.
Rahan sama sekali tidak bisa langsung mencerna semua yang terjadi di depannya yang terlalu cepat. Ia hanya merasakan badannya ditindih gadis yang entah dari mana datang untuk menyelamatkannya. Wajah dinginnya lebih pucat daripada wajah seseorang yang tengah meringis kesakitan di pelukannya.
"Itu sangat berbahaya! Apa kalian baik-baik saja?!"
Dua pekerja itu datang cepat menyingkirkan barang yang menimpa pada mereka berdua, lebih tepatnya pada bagian kaki. Jika bukan karena gadis yang mendorongnya cepat, pasti anak lelaki itu sudah ditimpa barang-barang berat itu!
"Gadis itu, kakinya terluka!"
Rahan melihat pergelangan kakinya berdarah. Pupil matanya gemetar hebat dan memerah. Saat salah satu pekerja itu akan membantu Mara, Rahan menepisnya kasar dengan mata suram sembari memeluk gadis itu erat. "Jangan menyentuhnya!"
"Nak, kami hanya ingin menolongnya. Sepertinya lukanya parah. Apa perlu memanggil ambulans?"
"Ti-dak! Tidak perlu!" Meskipun sangat sakit, Mara tidak ingin menanggung resiko diketahui ayahnya! "Aku baik-baik saja. Hanya sedikit tergores."
"Baiklah. Segera bawa dia untuk diobati. Kami akan mengurus ini dan berbicara dengan bos."
"Terima kasih." Mara merasa lega.
"Tadi itu sangat berbahaya. Jangan melakukannya lagi meskipun dia pacarmu, oke? Kamu seorang gadis, pasti sangat menyakitkan harus menderita luka sepeti itu," nasihat pekerja itu.
"Ah, aku bukan—"Mara merasa waktu tidak tepat untuk menyangkalnya. "Aku baik-baik saja. Terima kasih."
Mara mendongak dan melihat ekspresi Rahan sangat menyeramkan seolah ingin memakan orang. Mara tidak peduli dengan tatapan itu karena merasa sudah terbiasa.
"Rahan, ini sangat menyakitkan." Kakinya benar-benar sakit, dan dia merasa sangat lemas untuk berjalan. "Ayo segera pergi dari sini."
Tanpa aba-aba, Rahan langsung memeluk dan menggendongnya. Mara sangat terkejut sehingga langsung berpegang pada kaos hitamnya dan dia dibawa keluar.
Setelah berjalan dengan keheningan yang dingin, langkah Rahan berhenti dan menatapnya. "Sangat menyakitkan? Lalu mengapa kamu melakukan tindakan berbahaya itu?"
Mara merasakan tangan Rahan mencengkeram pinggangnya kuat sehingga ia merasa kesakitan. Ia menahan sakit dengan menggigit bibirnya. "Aku tidak ingin kamu terluka."
"Apa pedulimu jika aku terluka? Kamu tidak akan pernah rugi bahkan jika aku mati," desisnya dengan kasar.
Matanya gelap membara seperti berkobar amarah. Baru kali ini Mara merasa benar-benar takut pada Rahan. Ia menunduk mengindari tatapannya dan tiba-tiba kehilangan keberanian untuk menjawab perkataannya.
"Katakan, siapa yang mengirimmu padaku?" tanyanya tajam.
"Apa?" Mara tak mengerti mengapa karakter Rahan begitu paranoid sampai mengira ada seseorang yang mengirim dia untuk mendekatinya.
"SIAPA YANG MENGIRIMU?! APA KAU TULI?!"
Cengkeramannya seperti akan meremukkan seluruh badannya. Mara sudah merasa sangat sakit di kakinya, di tambah rasa sakit dari cengkeraman Rahan membuat matanya memerah menangis.
"Ini sangat menyakitkan. Jangan pegang aku terlalu erat."
Mara selalu percaya diri untuk meningkatkan nilai, dan dia tak pernah goyah untuk menaklukkan Rahan meskipun dia ditatap dingin berpuluh-puluh kali. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada Rahan saat ini, yang pasti, untuk pertama kali ia merasa ingin menyerah mengingat nilai yang susah payah ia capai turun dengan mudah dan ia ingin menyerah setelah tahu betapa menakutkan dia saat kehilangan kesabaran.
"Lepaskan aku! Aku akan pergi sendiri!" Mara tak bisa menahan kesedihannya dan menangis memberontak untuk melepaskannya
Rahan yang tersulut amarah karena mood nya yang buruk sejak kemarin, langsung padam melihatnya matanya berkaca-kaca dan air mata setetes demi setetes luruh di pipinya yang mulus. Ia mengendurkan cengkeraman untuk memegang lebih lembut tanpa melepaskan pelukannya.
Hatinya langsung merasa sangat menyesal memikirkan gadis ini mencoba menyelamatkannya harus berhadapan dengan paranoianya yang menakutkan.
"Kubilang lepaskan!" Mara terus mendorong dadanya berusaha terlepas dari gendongannya, tapi tenaganya yang lebih lemah tidak mampu melakukan itu.
"Diamlah. Aku tidak akan bertanya lagi." Suaranya langsung merendah dan agak lembut, berbeda dengan sentakan marah dengan nada tinggi tadi.
Mara akhirnya diam tanpa berani melihat ekspresinya lagi. Tapi ia tahu bahwa Rahan sudah tak marah.
Saat Rahan akan melanjutkan langkahnya, Mara menarik kaosnya dan berkata cemberut. "Ambil dulu barang belanjaanku di sana sebelum pergi."
Tanpa bicara, Rahan berbalik arah untuk mengambilnya dengan satu tangan sembari satu tangan lain memeluknya tanpa kesusahan. Mara yang masih merajuk merasa takjub dan sama sekali tak berniat membantunya karena ia masih marah Rahan membentak dan menyakitinya!
Rahan berjalan ke suatu arah menjauh dari gedung Mall sembari menggendongnya tanpa peduli beberapa orang yang melirik keduanya. Mara yang tidak tahan dengan rasa penasarannya akhirnya membuka suara.
"Kita mau ke mana?"
"Ke tempat tinggalku."
"Apa?!" Mara tercengang.
ganteng, gapura kabupaten, tiang listrik, bisa masak wkwkwk