"Kamu hamil anak saya kan?" Dengan suara dingin Kendra berbicara kepada seorang gadis yang sedang berusaha memuntahkan sesuatu dari perutnya.
Mendengar suara yang sangat dia hindari, gadis bernama Aleera Qiara Sabrina itu langsung terdiam di tempatnya.
"Maksud Pak Al apa? Saya hanya sedang masuk angin saja." Jawab Aleera tegas.
Kendra tersenyum simpul.
"Baik, kalau begitu ayo kita periksakan ke rumah sakit."
Seketika Aleera memucat. Apakah kesalahan satu malam antara dirinya dengan Kendra yang merupakan kakak dari Sandra (Sahabatnya) dan juga Dosen di tempatnya kuliah akan membuat Aleera terikat dalam sebuah hubungan dengan laki-laki dingin itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Dwi Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penolakan Aleera
Selesai mandi dan sarapan, Kendra memutuskan untuk keluar rumah. Dia harus menemui Aleera untuk membicarakan kejadian semalam. Biar bagaimana pun itu adalah kesalahan Kendra. Dia harus bertanggung jawab dengan apa yang terjadi kepada Aleera.
“Abang mau kemana?” Tanya Sandra yang melihat Kendra sudah rapi dengan pakaian kasualnya.
“Abang pergi sebentar dek, ada urusan sama klien. Adek di rumah aja, sebentar lagi Mas Rendra juga pulang. Kalau adek butuh apa-apa bilang aja sama Ma Rendra ya.” Ujar Kendra dengan lembut. Dengan terpakasa Kendra harus berbohong kepada Sandra. Karena sekarang bukan waktu yang tepat untuk memberitahu orang-orang.
“Ya udah, abang ati-ati ya di jalan.” Ujar Sandra kepada Kendra
“Iya, adek baik-baik di rumah.” Ujar Kendra seraya mencium puncak kepala Sandra sebelum benar-benar keluar dari rumah.
Entah apa yang harus Sandra lakukan hari ini. Dia merasa sangat bosan, terlebih Aleera yang tiba-tiba pulang karena harus pergi ke perputstakaan. Harusnya hari ini adalah waktunya Sandra dan Aleera ber quality time berdua. Tapi ya sudahlah, Sandra akan menunggu kakak keduanya itu pulang dan mengajaknya pergi ke Mall nanti.
Kendra mengendarai mobilnya dengan tenang. Seperti biasa tidak ada yang bisa menggoyahkan ketenangan Kendra. Bahkan di situasi seperti ini.
Rumah Aleera memang tidak jauh dari rumah keluarga Santoso. Hanya perjalanan sekitar 15 menit menggunakan mobil akhirnya Kendra sampai di perumahan tempat Aleera tinggal.Perumahan kalangan kelas menengah yang sebagian penghuninya bekerja sebagai pekerja pabrik dengan gaji UMR.
Kendra menghentikan mobilnya di depan rumah Aleera yang tidak memiliki garasi. Terlihat rumah Aleera sangat sepi seperti yang lainnya. Kendra turun dari mobilnya dan mengetuk pintu rumah Aleera.
Tok…tok…tok…
Beberapa kali Kendra mengetuk pintu rumah Aleera tapi tidak ada yang membukanya. Tidak menyerah Kendra mengetuk pintu rumah Aleera sekali lagi.
Sampai akhirnya…
Ceklek…
Pintu rumah Aleera terbuka menampilkan wajah sembab gadis itu.
“Pak Al…” Aleera terlihat terkejut dengan kedatangan Kendra di rumahnya. Gadis itu baru bangun tidur setelah sebelumnya menangis semalaman. Aleera sama sekali tidak tau kalau yang datang adalah Kendra.
“Kita harus bicara Ly.” Ujar Kendra kepada Aleera.
“Apa yang harus di bicarakan Pak? Saya rasa tidak ada yang perlu kita bicarakan.” Ujar Aleera seraya berusaha menutup pintu rumahnya namun langsung di tahan oleh Kendra.
“Banyak…banyak yang harus kita bicarakan. Abang mohon Aleera.” Ujar Kendra dengan wajah yang terlihat sangat memohon.
Melihat Kendra dengan wajah memelasnya membuat Aleera menjadi tidak tega menolaknya. Dengan ragu Aleera membuka pintu rumahnya sedikit lebar sebagai tanda mempersilahkan Kendra masuk.
Setelah Kendra duduk di sofa ruang tamunya, Aleera juga ikut duduk di sofa yang jaraknya paling jauh dari posisi duduk Kendra saat ini. Jangan lupakan juga pintu rumah yang Aleera sengaja biarkan tetap terbuka agar kalau terjadi apa-apa Aleera bisa dengan mudah melarikan diri.
“Apa yang mau Pak Al bicarakan dengan saya?” Tanya Aleera dengan nada dinginnya.Padahal di dalam hati yang paling dalam saat ini Aleera sedang merasa sangat takut. Bayangan akan kejadian semalam tidak mau menghilang dari kepalanya.
Sebenarnya Kendra tidak suka saat Aleera memanggilnya dengan sebutan Pak dan juga menggunakan bahasa formal kepadanya. Tapi saat ini bukan waktunya untuk Kendra memprotes semua ini. Kendra harus segera menyelesaikan permasalahan yang dia buat. Kendra menatap Aleera yang saat ini dalam kondisi berantakan. Rambut yang di biarkan terurai tanpa disisir, kaos hitam kebesaran dan juga celana pendek selutut. Mata Aleera terlihat sembab dan wajahnya juga pucat. Tanpa bertanya pun Kendra sudah tau kalau dirinya adalah penyebab dari kondisi Aleera yang tidak baik ini.
“Sebelumnya Abang mau minta maaf mengenai kejadian semalam. Demi Allah Abang menyesalinya.” Ujar Kendra kepada Aleera.
“Saya memaafkannya Pak.” Ujar Aleera dengan nada datar.
Kendra memang ingin Aleera memaafkannya, tapi bukan seperti ini yang Kendra harapkan. Respon Aleera yang terlalu tenang justru membuat Kendra semakin merasa bersalah.
“Abang akan bertanggung jawab sama kamu.” Ujar Kendra seraya menatap dalam mata Aleera. Tapi dengan cepat Aleera mengalihkan pandangannya dari Kendra.
“Memangnya apa yang harus Pak Al pertanggung jawabkan? Mengenai kejadian semalam biarlah itu menjadi rahasia kita kita berdua. Jangan beritahu yang lainnya.” Ucap Aleera dengan nada yang tetap datar. Wajahnya terlihat sangat tenang saat ini.
Kendra sangat terkejut mendengar jawaban Aleera. Bagaimana bisa Aleera dengan mudahnya mengatakan kalau dia tidak menginginkan pertanggung jawabkan Kendra.
“Bagaimana kalau nantinya kamu hamil?” Tanya Kendra seraya menatap tajam kearah Aleera. Kendra merasa kalau Aleera adalah tipe yang begitu keras kepala.
Aleera sedikit terkejut sebantar saat mendengar pertanyaan Kendra. Dia bahkan tidak memikirkan sejauh itu mengenai kemungkinan dirinya bisa saja hamil.
“Tidak akan.” Jawab Aleera tegas.
“Kenapa kamu bisa yakin kalau kamu tidak akan hamil?” Tanya Kendra dengan seringai di wajahnya. Kendra tipe orang yang jarang marah dan cenderung diam. Dan Aleera berhasil membuat kesabaran Kendra sedikit sedikit terkikis.
“Karena kita hanya melakukan 1 kali dan saya sedang tidak dalam masa subur.” Jawab Aleera tanpa menatap berani menatap Kendra.
Kendra tertawa kecil mendengar jawaban Aleera.
“Sebenarnya kamu mendapatkan teori bodoh itu darimana Aleera?” Tanya Kendra dengan nada mengejeknya.
Aleera diam tidak menanggapi pertanyaan Kendra. Dia sendiri sebenarnya tidak yakin dengan jawabannya sendiri. Aleera tau kalau kemungkinan dirinya hamil sangat besar, tapi Aleera terus meyakinkan dirinya kalau dia tidak akan hamil.
“Sebenarnya apa alasan kamu tidak mau Abang mempertanggung jawabkan perbuatan Abang?” Tanya Kendra dengan lembut. Biar bagaimana pun disini tetap Kendra yang salah.
Aleera tetap diam tidak mau menjawab pertanyaan Kendra.
“Aleera…”
Panggilan Kendra membuat Aleera memberanikan diri untu mengangkat wajahnya lagi.
“Pak Al ingin bertanggung jawab seperti apa? Menikahi saya? Kita tidak saling mencintai. Dan ini tidak sepenuhnya salah Pak Al karena Pak Al dalam pengaruh alkohol. Harusnya saya lebih berusaha keras lagi agar bisa keluar dari kamar bapak.” Jawab Aleera lirih.
Karena jujur saja Aleera tidak ingin Kendra menikahi dirinya karena terpaksa dan atas dasar tanggung jawab. Terlebih lagi dirinya juga belum tentu hamil. Aleera tidak ingin menyiksa dirinya sendiri dan juga Kendra dengan terikat dalam sebuah pernikahan tanpa cinta di dalamnya.
Kendra tidak percaya mendengar jawaban dari Aleera. Disaat genting seperti ini Aleera masih memikirkan cinta. Cinta? Ya, cinta memang penting dalam sebuah rumah tangga. Tapi saat ini yang terpenting adalah Kendra bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya.
“Terserah apa kata kamu, yang jelas mulai sekarang Abang akan terus mengawasi kamu Aleera, untuk memastikan apakah nantinya kamu hamil atau tidak.” Ujar Kendra dengan nada dinginnya.
kisah Sandra ❤️ Daven sudah ada
kisah Rendra bila thor bila nak buat kisah percintaan Rendra putera ke2 dari keluarga Santoso bersama pilihan hati nya
Alvaro Kendra(Al/Ken)❤Areel Qiara(Ly)
Aidan(Aian)
Ariel(Arie)
Arzan(Arz)
Arora(Aora)
Alvaro Kendra(Al/Ken)❤Areel Qiara(Ly)
Aidan(Aian)
Ariel(Arie)
Arzan(Arz)
Arora(Aora)