Aruna Elise Claire, aktris muda yang tengah naik daun, tiba-tiba dihantam skandal sebagai selingkuhan aktor lawan mainnya. Kariernya hancur, kontrak diputus, dan publik membencinya.
Putus asa, Aruna memanfaatkan situasi dan mengancam Ervan Zefrano—pria yang ia kira bisa dikendalikan. Ia menawarinya pernikahan kontrak dengan iming-iming uang dan janji merahasiakan sebuah video. Tanpa ia tahu, jika Ervan adalah seorang penerus keluarga Zefrano.
“Kamu mau uang, kan? Menikah saja denganku dan aku akan memberimu uang setiap bulannya. Juga, foto ini akan menjadi rahasia kita. Tugasmu, cukup menjadi suami rahasiaku.”
“Dia pikir aku butuh uang? Aku bahkan bisa membeli harga dirinya.”
Pernikahan mereka dimulai dengan ancaman, di tambah hadir seorang bocah menggemaskan yang menyatukan keduanya.
“Liaaan dititip cebental di cini. Om dititip juga?"
Akankah pernikahan penuh kepura-puraan ini berakhir dengan luka atau justru membawa keduanya menemukan makna cinta yang sesungguhnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesepakatan
Ervan berdiam diri di bawah derasnya air shower. Ia membisu, tubuhnya tetap tegak, sementara pikirannya berkelana jauh. Wajahnya terlihat dingin, tapi hatinya bergolak, mendidih oleh amarah dan ketidakpastian.
“Ck, wanita itu menipuku,” gerutunya kesal, pelan namun penuh tekanan. Ia yakin, malam tadi ia tidak berniat melakukan apapun. Tidak mungkin ia kehilangan kesadaran begitu saja. Lagi pula, ia sempat merasa tubuhnya demam, nyaris tak kuat berdiri. Mana mungkin dalam kondisi begitu ia menyentuh Aruna?
Selesai membilas tubuhnya, Ervan mengambil handuk dan mengeringkan tubuhnya perlahan. Ia melangkah keluar dari kamar mandi, mengenakan pakaian satu per satu dengan pikiran yang masih kalut. Saat ia baru saja mengenakan kaus terakhirnya, terdengar ketukan halus di pintu kamar.
Cklek!
“Mama? Ada apa, Ma?” tanya Ervan heran, melihat sosok Elara berdiri di ambang pintu. Ia membuka pintu lebar-lebar, membiarkan ibunya masuk sambil ia kembali sibuk mengeringkan rambutnya yang masih basah.
“Mama bawa sarapan. Kamu itu paling malas turun ke ruang makan kalau sudah jam segini,” ucap Elara sambil meletakkan sepiring makanan dan segelas air putih di atas nakas.
Ervan hanya melirik, lalu berjalan ke tepi ranjang, duduk, dan mulai menyantap makanan itu dalam diam. Elara tersenyum tipis, duduk di samping anak lelakinya, dan mengusap rambut Ervan yang masih terasa lembap.
“Ervan, Mama tidak bisa memaksamu, Mama mengerti bagaimana perasaanmu. Tapi … pasangan itu penting, nak. Di saat kamu tua, dan Mama sudah tidak ada lagi—”
“Jangan katakan itu, Ma,” potong Ervan dengan tatapan tajam. Sejak kecil, ia sangat membenci kata-kata berpamitan atau seolah-olah ditinggalkan. Bahkan mendengarnya saja membuat hatinya sakit.
“Maafkan Mama. Tapi Mama hanya ingin kamu bahagia. Mama tahu, perasaan tidak bisa dipaksakan. Tapi setidaknya … cobalah buka sedikit hatimu untuk seseorang.” Elara membujuk dengan suara lembut. Ia tahu, jika dibentak, anaknya hanya akan semakin menutup diri.
Ervan memalingkan wajah, tak sanggup menjawab. Elara mengusap lengannya sebentar, lalu bangkit dan meninggalkan kamar tanpa kata, membiarkan Ervan kembali tenggelam dalam keheningan yang ia ciptakan sendiri.
Ervan menatap ponsel di nakas. Ponsel itu milik Aruna, yang kemarin sempat di berikan dan kini ia pegang. Di layarnya, ada pesan masuk dari Aruna.
“Temui aku besok, dan bawa berkas identitasmu untuk pengajuan pernikahan.”
Ia tidak membalas. Ia hanya meletakkan kembali ponsel itu dan menghabiskan sarapannya, walau tak terlalu berselera.
“Abaaaaang!”
Suara bernada manja itu menggema dari balik pintu, membuat mata Ervan seketika berputar malas. Ia tahu suara itu, sangat tahu.
Tak lama, pintu kamarnya terbuka tanpa permisi, menampilkan sosok adik perempuannya yang lima tahun lebih muda, Dara Zefrano, yang selalu berhasil membuat darah Ervan mendidih.
“Ada apa? Kamu datang bawa kabar penting atau cuma mau ganggu Abang lagi?” desis Ervan, menatapnya dengan sinis.
“Eits, jangan galak. Aku cuma mau kasih tahu sesuatu. Papa dan Mama berencana menjodohkan Abang dengan putri keluarga Erlangga!” ucap Dara dengan antusias, membuat mata Ervan membulat.
“Di-jodohkan?”
Dara mengangguk cepat. “Iya, masih rencana sih. Tapi kamu tahu sendiri Papa itu nekat. Aku aja sering dijodohin. Tapi aku bikin mereka semua ilfeel sama aku. Lagipula, aku rasa ... pria itu gak penting-penting amat di hidupku,” katanya santai, menautkan jari-jarinya sambil tersenyum lebar.
Ervan mendengus. “Tanpa pria, kamu nggak akan ada di dunia ini,” balasnya ketus sebelum berlalu, meninggalkan Dara yang hanya mel0ng0 tak percaya.
.
.
.
Hari ini, Aruna bersiap untuk bertemu dengan Ervan. Ia mengenakan jaket hitam, masker medis, kacamata hitam, dan topi yang menambah kesan misterius. Setelah memastikan semua berkas dibawa, ia mengendarai mobil menuju sebuah kafe, tempat yang mereka sepakati.
Sesampainya di sana, Aruna melangkah masuk dengan penuh kewaspadaan. “Ramai banget … padahal tanggal tua begini,” gumamnya pelan. Ia baru ingin melangkah lebih dalam ketika tiba-tiba bahunya ditepuk dari belakang, membuatnya terlonjak kaget.
“Astaga! Kamu bikin kaget aja!” pekiknya kesal saat mendapati Ervan berdiri di belakangnya. Tanpa berkata apa-apa, pria itu berjalan menuju salah satu meja kosong. Aruna pun mengikuti, masih sambil cemberut.
Keduanya duduk. Setelah memesan minuman, Aruna langsung mengeluarkan map berisi dokumen-dokumen penting. “Ini identitasku. Mana punyamu?” tanya Aruna serius.
Namun Ervan menatapnya datar. “Berikan padaku saja. Biar aku yang urus semua.”
Aruna mengernyit. “Aku gak percaya sama kamu. Nanti kamu kabur, terus aku yang kena batunya.”
“Daripada penyamaranmu terbongkar, lebih baik aku yang urus,” sahut Ervan, tajam dan tegas.
Dengan enggan, Aruna akhirnya menyerahkan berkas-berkasnya. Ervan menerimanya, lalu membaca isinya dengan saksama. Ada KTP dan KK. Namun anehnya, Aruna tercatat sendirian dalam KK itu.
“Keluargamu?” tanya Ervan, menatapnya dalam.
“Sudah nggak ada. Aku anak adopsi dan aku memilih lepas dari keluarga angkatku.”
“Orang tua kandungmu?”
“Sudah meninggal,” jawab Aruna singkat. Ervan hanya mengangguk kecil, setidaknya tidak akan ada hambatan dari pihak keluarga nanti.
Lalu, Aruna mengeluarkan selembar kertas dan menyerahkannya pada Ervan. “Ini perjanjian kita selama pernikahan nanti.”
Ervan membacanya perlahan. “Poin pertama ... pernikahan hanya akan berlangsung sampai isu bvruk pihak pertama mereda. Setelah itu, keduanya boleh bercerai,” Ia menoleh menatap Aruna, lalu kembali melanjutkan.
“Poin kedua, pihak kedua akan menerima uang sebesar sepuluh juta setiap dua minggu sekali. Pihak pertama menanggung semua kebutuhan pihak kedua ...,”
Ervan mendongak, satu alisnya terangkat. “Pihak kedua? Jadi aku?” ucap Ervan dengan tatapan tak percaya, pasalnya ia akan di nafkahi seorang wanita. Dimana harga dirinya?
Aruna mengangguk santai. “Kurang? Tenang aja, kalau kontrakku balik lagi, aku bisa kasih kamu lima puluh juta!” sahutnya tanpa malu.
Ervan menarik napas panjang. Lalu, ia membaca bagian terakhir. “Poin ketiga, pihak kedua dilarang meminta hak batin kepada pihak pertama?” Ia menatap Aruna penuh tanya.
“Ya, enggak ada hubungan suami istri. Ini cuma perjanjian bisnis. Aku dapat nama baikku kembali, kamu dapat uang. Impas, kan?” jawab Aruna datar.
Ervan mendengus. “Padahal katanya kita sudah pernah melakukannya, dasar wanita aneh.”
“Apa yang kamu bilang?” tanya Aruna tajam. Ia tak benar-benar mendengar ucapan Ervan sebelumnya.
“Bukan apa-apa.”
Tak lama setelah itu, ponsel Aruna berdering. Ia menerima panggilan video call dan layar menunjukkan seorang anak kecil.
“Hellooo, Sweety Bun! Apa yang kamu lakukan hari ini, hmm?” sapa Aruna dengan nada suara yang tiba-tiba melunak, sangat berbeda dari sebelumnya.
Ervan mengangkat kepalanya, menatap Aruna yang kini terlihat begitu lembut dan hangat.
“Onty, lagi apa? Lagi cali halta kalun yah? Cama ciapa? Nda boleh cama Angkel jeluk loh,” suara bocah itu terdengar nyaring di telinga Ervan.
“Aunty sendiri disini, tau enggak? Aunty sudah kangen banget sama little Bun!” sahut Aruna sambil tersenyum tulus ke layar.
Ervan memperhatikan perubahan sikap wanita di depannya. Dalam diam, ia membatin: “Sepertinya dia wanita yang sangat menyayangi anak-anak,” gumamnya.
Sambungan video call itu terputus, suasana kembali sunyi di antara mereka. Aruna menatap Ervan yang tampaknya sudah selesai membaca seluruh isi kesepakatan. Ia lalu mengeluarkan pena dan menyodorkannya ke arah pria itu.
“Ini, tanda tangani.” ucap Aruna singkat.
Dengan enggan, Ervan meraih pena yang sudah disiapkan dan menatap lembaran di depannya. Pandangannya kosong, seolah pikirannya sedang menilai ulang semua yang baru saja ia baca. Namun, detik berikutnya ia menunduk dan mulai menorehkan tanda tangan.
“Tiga bulan ...,” gumamnya pelan, nyaris seperti bicara pada diri sendiri. “Hanya tiga bulan. Sabar, Van. Wanita gil4 ini memang liicik, tapi aku bisa menahannya. Dari pada Mama tahu ... bisa-bisa Mama kena serangan panik melihat foto itu.”
Tangannya bergerak mantap, menorehkan tanda tangan di atas materai merah yang menempel di pojok bawah. Seketika, kontrak itu resmi—kesepakatan aneh antara dua orang asing yang memutuskan menikah demi keuntungan masing-masing.
Selesai menandatangani, Ervan menyodorkan kembali lembaran itu. Namun sebelum ia berkata apapun, Aruna membuka tasnya dan mengeluarkan sejumlah uang tunai. Ia meletakkan tumpukan uang seratus ribuan di atas meja, mendorongnya ke hadapan Ervan.
“Ini, lima juta untuk awal kerja sama kita. Anggap saja untuk kamu beli pakaian baru atau apapun yang kamu butuhkan. Kita harus terlihat layaknya pasangan sungguhan nanti,” ucap Aruna, lalu dengan cepat mengambil kembali berkas yang sudah ditandatangani..
“Aku pergi duluan.”
Tanpa menunggu balasan, Aruna melangkah keluar dari kafe, meninggalkan Ervan yang kini duduk sendiri dengan ekspresi yang sulit diartikan, antara kesal, di rendahkan, dan entah apa lagi.
Ervan menatap uang itu lama. Ia menghela napas dalam-dalam dan mengambilnya perlahan. Uang itu terasa panas di tangan, bukan karena nilainya, tapi karena maknanya. Sebuah harga diri yang seolah ditukar dengan tumpukan kertas receh.
“Dia memberiku receh seperti ini? Untukku makan sekali saja belum tentu cukup,” gumamnya kesal, suaranya nyaris tak terdengar.
Ia bangkit dari kursinya, memasukkan uang itu ke saku, lalu melirik sekeliling. Saat seorang pelayan kebetulan lewat di dekatnya, membawa nampan kosong, Ervan menghentikannya. Tanpa banyak bicara, ia mengambil kembali uang itu dari sakunya dan menepukkannya ke d4da pelayan pria tersebut.
Bugh!
“Untukmu.” ucapnya datar, lalu berjalan pergi begitu saja, meninggalkan pelayan yang terdiam, tatapannya terkejut, dan mematung.
Pelayan itu menatap uang di tangannya, kemudian menoleh ke arah kepergian Ervan. "Apa ini uang ... palsu?” gumamnya heran, seolah tak percaya dengan kejadian barusan.
____________________________
Bonuuuuus😆
Yang masih bingung, di baca baik baik yah, dari awal udah aku sematkan kisah ortu Ervan jadi tinggal klik aja mempermudah kalian dari pada mikir sampe rambut kriting plis, Ervan cuman satuu oke, anaknya oooo alion plus sahabat Ezra di ibu susu😭☝️
Mau baca silahkan, enggak juga gak ngaruh sama yang pertama. Maksudnya bukan cerita lanjutan yah, ini masalah baru jadi kalian pasti ngerti tanpa harus membaca kisah orang tuanya😍
Aku sematkan di bawah ini, di pesan👇
Sayang disia²in kecerdasanmu itu 😂🤣
Sebuah pernikahan yg dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan adanya imbalan materi bagi salah satu pihak, serta ketentuan-ketentuan lain, yang diatur dalam suatu kontrak atau kesepakatan tertentu, dan hal yang menonjol hanyalah keuntungan dan nilai ekonomi dari adanya kontrak atau kesepakatan tersebut yang menyebabkan nikah kontrak berbeda dengan pernikahan pada umumnya, sehingga nikah kontrak dianggap menyimpang dari tujuan pernikahan yang mulia.
Pada dasarnya pernikahan dilatarbelakangi adanya perasaan saling mencintai satu sama lain.
Rasa cinta inilah yang kemudian mendorong seseorang untuk berkomitmen menuju mahligai kehidupan rumah tangga.
Harapan saya semoga endingnya sangat mengesankan.
Ervan benar² tulus mencintai Aruna yg tak lain adalah Skyla wanita yg dia cintai pertama kali setelah ibunya, sehingga terciptalah keluarga kecil yg samawa.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial dan memiliki hasrat fisik dan emosional tertentu.
Berkat pernikahan, seseorang memiliki kesempatan untuk mengembangkan ikatan kepercayaan yang mendalam dan ikatan emosional dan fisik yang penuh kasih sayang dengan seseorang yang istimewa.
TETAP SEMANGAT & SEHAT SELALU
🥰💝😍💖🤩