Dia menyukai hujan. Namun tidak semua tentang hujan bisa ia terima. Ia tidak suka kehujanan. Ia pun tidak suka kedinginan. Ia hanya suka ketenangan dibalik berisiknya tiap tetes air hujan yang luruh ke bumi. Sama halnya dengan hujan. Dia menyukai Raka. Namun ia menyukai semua tentang Raka . Tentang cara tersenyum yang justru lebih tenang dari berisiknya air hujan. Tentang mata yang jauh lebih teduh dari langit abu sehabis hujan. Ia hanya mengikuti alur hati yang jatuh cinta. Ia tidak menolak ataupun menahan perasaan itu. Ia menikmati semua cinta dan luka yang ia peroleh dari jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon .Esperanza., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 28
Sekar ketiduran hingga pukul 21.00.Ia terbangun karena merasa sangat lapar.Mamanya sudah membangunkannya untuk makan namun ia tidak bergerak sedikitpun.Sehingga mamanya hanya menyimpan jatah makannya di meja.Paling ia tinggal memanaskannya kembali.Sekar duduk bengong di meja makan sambil menunggu makanannya panas.Ia mulai memikirkan kenapa ia merasa mual dan muntah.Jika karena kelelahan tidak masuk akal, karena ia hanya pergi ke mall untuk mencari keperluan kuliahnya. Jadi sangat tidak mungkin jika ia mual karena kelelahan .Sekar gemetar saat mengecek jadwal datang bulannya.Tangannya gemetar saat melihat jadwalnya sudah telat 1 minggu.Apa mungkin ia hamil pikirnya karena ia sempat melakukannya dengan Raka sebelum lelaki itu pergi ke Belanda.Yap, Raka melanjutkan studi di Belanda. Sekar mulai memikirkan hal tersebut, dan ponselnya bergetar.Nama Raka terpampang jelas di layar ponselnya.Sekar segera menjawab panggilan video itu karena ia sangat merindukan suara Raka.Tawa Raka langsung memenuhi layar ponselnya.
"Halo Sekar, selamat sore atau selamat malam nih?" goda Raka yang sukses membuat Sekar cemberut.
"Malam Raka, aku mau makan "Sekar meletakkan ponselnya di meja karena ia harus mengambil makanan yang telah ia panaskan tadi.Raka tersenyum melihat Sekar yang tengah mengambil makanan.Sekar memang sering seperti itu.Ia akan ketiduran hingga melewatkan jam makan malam dan berakhir dengan kelaparan tengah malam.Raka sering menemaninya makan tengah malam melalui video call seperti yang mereka lakukan sekarang.
"Emang disana masih sore ya Ka?" tanya Sekar yang sudah siap dengan sepiring makanannya .
"Masih Kar,ini aku masih nongkrong di cafe"
"Bagus ya disana?"
"Bagus banget Kar, kamu harus liat. Entar aku kirim"
" Emang iya? Terus kampus kamu gimana?"
"Belum liat sih Kar, besok aja kayaknya"
"Sena mana?"
"Nih anaknya lagi minum" Raka mengarahkan kameranya ke arah Sena yang sedang menyeruput minumannya dihadapan Raka.
" Hay Sekar, gue kangen banget lo" seru Sena riang.
"Hay Na, wih makin cantik aja, gue juga kangen banget "
"Kapan ya bisa ketemunya?"
"Waduh bakalan lama banget nggak tuh"
Mereka berbincang hingga Sekar usai makan malam dan lanjut saat ia berada di kamar. Ketika pukul 23.00, panggilan itu berakhir karena katanya Raka dan Sena ingin pulang. Sekar menghembuskan nafas berat.Dua jam yang cukup menyiksa batin nya.Ia harus menahan cemburu melihat Raka dan Sena yang bercanda tanpa memikirkan bagaiamana beratnya rindu yang ia rasakan.Sekar tidak mengungkapkan seberapa besar ia merindukan Raka.Hingga ia hanya menikmatinya sendiri. Sekar merapatkan sweater rajut yang ia kenakan karena udara malam itu terasa amat dingin hingga ia harus menutup kembali jendela kamarnya yang ia buka dengan tujuan untuk menikmati udara malam seperti biasa. Namun kali ini ia merasa enek dengan suasana malam yang membuatnya langsung bad mood dan menutup jendela kamar. Sekar kembali kepikiran dengan jadwal datang bulannya yang sudah telat.Ia memegang perutnya yang rata dengan tangan gemetar.Sekar langsung pucat pasi.Ia bahkan belum memulai dunia kuliahnya.Baru saja ia akan menginjakkan kakinya di kampus sebagai mahasiswa baru. Namun sekarang ia harus dilanda gelisah tak berujung.
Ting
Sekar segera mengambil ponselnya untuk melihat pesan yang masuk.Barangkali itu Raka yang sudah tiba di apartemennya.
Zidan: Kar, besok bareng gue aja
Namun ternyata itu pesan dari Zidan yang ingin berangkat bersama dihari pertama kuliah mereka.Sekar menyetujuinya, kebetulan ia sedang tidak enak badan.Setelah itu Sekar kembali merenungi perbuatannya dengan Raka tempo hari. Apa mungkin ia hamil. Pertanyaan itu terus menghantui pikirannya.Tetapi tidak mungkin karena saat itu Raka memakai pengaman. Sekar kembali mengusir semua pikiran bodoh itu. Mungkin saja ia memang sedang tidak enak badan bukan karena ia sedang hamil. Sekar menarik selimutnya dan mencoba untuk memejamkan matanya.Ia ingin berhenti dengan semua pikiran anehnya.
Di tempat lain, Raka sudah mengantar Sena ke apartemennya yang cukup jauh.Ia mampir di sebuah toko kecil yang menjual berbagai jenis buku- buku terjemahan yang menarik.Ia tersenyum simpul . Sekar pasti akan sangat menyukai tempat itu pikirnya.Karena meskipun kecil, buku-bukunya baru dan update semua.Maka dari itu Raka membeli beberapa buku untuk Sekar nantinya.Setelah itu ia pulang ke apartemennya. Sesampainya di apartemen, ia dikejutkan dengan sebuah panggilan tak terjawab dari Bella . Mereka tidak pernah komunikasi lagi semenjak putus.Namun kenapa Bella menelfonnya kali ini. Apa mungkin ia sedang butuh bantuan. Karena penasaran, Raka menelfon Bella kembali.
" Halo Ka, apa kabar?" suara Bella dari seberang sana sempat membuat Raka deg-degan dan terdiam cukup lama. Suara yang selalu menghiasi malamnya di tahun-tahun sebelumnya. Suara yang selalu mengaturnya.Raka merindukan suara itu.Ia tersenyum begitu mendengar nada suara itu masih sama, tidak ketus meskipun cerita mereka sudah selesai.
" Halo Bell, aman gue baik. Lo gimana?"
"Baik Ka, Sekar gimana?"
" Baik juga kok"
"Sorry ya tadi gue nelfon, soalnya gue kangen banget Ka sampe kebawa mimpi"
" Serius Bell? Waduh parah banget si itu. Tapi santai aja, gue juga nggak masalah kok kalau lo nelfon"
" Iya serius. Takutnya gue nge ganggu waktu lo "
"Apaan sih Bell kayak sama siapa aja"
Keduanya terus berbincang. Entah itu kenangan masa lalu mereka ataupun rencana masa depan masing-masing. Keduanya larut dalam pembicaraan itu sedangkan Sekar terus membolak- balikan badannya karena tidak bisa tidur. Ia semakin bad mood dan membutuhkan Raka .Biasanya jika ia sulit tidur seperti ini ia akan menelfon Raka dan dengan berbicara beberapa menit dengan lelaki itu ia bisa tertidur pulas setelahnya.Sekar meraih kembali ponselnya yang ia letakkan dimeja. Sekar menelfon Raka namun Raka sedang dalam panggilan lain. Sekar mengernyitkan dahinya.Sedang menelfon siapa Raka di tengah malam seperti ini.Meskipun di tempat Raka masih sore sudah pasti ia sedang menelfon dengan orang Indonesia karena katanya Raka belum memiliki teman di Belanda kecuali Sena. Tapi kan ia sudah bertemu dengan Sena tadi.Sekar semakin overthingking tentang Raka.Ia menunggu Raka kembali menelfonnya hingga pukul 02.00. Sudah banyak pesan yang ia kirim namun tak kunjung dibalas meskipun centang dua.
Sekar : Ka, aku nggak bisa tidur
Sekar: Rakaaa
Sekar: Lagi nelfon siapa sih Ka.Kok lama banget?
Setelah menunggu sekian lama, ia kesal dan memblokir nomor Raka. Ia tidak akan menerima panggilan lelaki itu dan tidak akan mengabari lelaki itu untuk satu minggu kedepan. Ia terlalu kesal karena diabaikan seperti itu.Jika sedang menelfon dengan teman-temannya ia pasti memberi tahu Sekar lewat chat ia sedang menelfon siapa. Lantas kenapa kali ini ia tidak mengirim pesan sama sekali.