NovelToon NovelToon
When It Rains I Find You

When It Rains I Find You

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Slice of Life
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Putu Diah Anggreni

Nana, gadis pemberani yang tengah berperang melawan penyakit kanker, tak disangka menemukan secercah keajaiban. Divonis dengan waktu terbatas, ia justru menemukan cinta yang membuat hidupnya kembali berwarna.

Seorang pria misterius hadir bagai oase di padang gurun. Sentuhan lembutnya menghangatkan hati Nana yang membeku oleh ketakutan. Tawa riang kembali menghiasi wajahnya yang pucat.

Namun, akankah cinta ini mampu mengalahkan takdir? Bisakah kebahagiaan mereka bertahan di tengah bayang-bayang kematian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putu Diah Anggreni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 27: Nana Pingsan

Malam itu, setelah ngobrol dan ketawa-ketawa di pantai, kita memutuskan untuk balik ke penginapan. Gue merasa sedikit pusing, tapi gue pikir mungkin cuma kecapekan.

"Na, lo nggak apa-apa?" Arga nanya, keliatan khawatir.

Gue senyum lemah. "Nggak apa-apa kok, cuma agak pusing aja."

Tiba-tiba, pas kita lagi jalan ke kamar, pandangan gue mulai buram. Gue ngerasa badan gue lemes banget.

"Ga... gue..." gue coba manggil Arga, tapi suara gue kayak ilang.

"Nana?" Arga nengok ke gue.

Detik berikutnya, semuanya gelap.

"NANA!"

Gue bisa denger Arga teriak panik sebelum gue kehilangan kesadaran sepenuhnya.

Gue nggak tau berapa lama gue pingsan. Pas gue mulai sadar, gue bisa denger suara-suara panik di sekitar gue.

"Nana! Nana! Bangun, sayang!" Arga manggil-manggil gue, suaranya kedengeran takut banget.

"Bro, hidungnya berdarah tuh!" Gue denger suara Dito.

"Aduh, gimana nih? Kita ke rumah sakit aja yuk!" Bara ikutan panik.

Gue coba buka mata pelan-pelan. Pandangan gue masih buram, tapi gue bisa liat wajah Arga yang pucat pasi di atas gue.

"Ga..." gue coba ngomong, tapi rasanya berat banget.

"Nana! Lo udah sadar? Ya Tuhan, gue takut banget," Arga meluk gue erat.

Gue ngerasa ada yang basah di bawah hidung gue. Pas gue sentuh, ternyata darah.

"Nana, kita ke rumah sakit sekarang ya," Arga ngomong tegas. Tanpa nunggu jawaban gue, dia langsung gendong gue.

"Dito, lo nyetir ya. Bara, tolong ambilin tas Nana," Arga ngasih komando.

Dalam sekejap, kita udah ada di mobil, ngebut ke rumah sakit terdekat. Sepanjang jalan, Arga terus megang tangan gue, sesekali nyeka darah yang masih keluar dari hidung gue.

"Sayang, bertahan ya. Bentar lagi nyampe," Arga ngomong lembut, tapi gue bisa denger suaranya gemetar.

Dito nyetir kayak orang kesetanan, sesekali teriak ke mobil lain buat minggir. Bara di kursi depan, terus-terusan nengok ke belakang, mastiin keadaan gue.

"Guys... gue nggak apa-apa kok," gue coba nenangin mereka, tapi suara gue lemah banget.

"Ssst, jangan banyak ngomong dulu," Arga nyium kening gue. "Yang penting lo harus periksa dulu."

Gue bisa ngerasain ketakutan dan kekhawatiran mereka. Gue juga takut sebenernya. Gue pikir kondisi gue udah membaik, tapi kejadian ini bikin gue sadar kalo penyakit gue masih ada.

Begitu nyampe rumah sakit, Arga langsung gendong gue ke UGD. Dito sama Bara ngurusin administrasi.

"Tolong! Pacar saya pingsan dan mimisan!" Arga teriak begitu masuk UGD.

Seorang perawat langsung menghampiri. "Baik, Pak. Mari bawa pasien ke sini."

Arga membaringkan gue di ranjang UGD. Gue masih setengah sadar, tapi bisa mendengar keributan di sekitar gue.

"Na, lo bisa denger gue?" Arga menggenggam tangan gue erat.

Gue mencoba mengangguk lemah. "I-iya..."

Seorang dokter muda mendekat. "Permisi, saya Dokter Aditya. Bisa tolong ceritakan apa yang terjadi?"

Arga menjawab dengan suara gemetar, "Kami sedang liburan di Lovina. Tiba-tiba dia pingsan dan hidungnya berdarah."

"Apakah pasien memiliki riwayat penyakit?" tanya Dokter Aditya sambil memeriksa gue.

Arga terdiam sejenak, lalu menjawab pelan, "Ya, dok. Nana... dia punya kanker. Baru selesai kemoterapi beberapa bulan lalu."

Dokter Aditya mengangguk serius. "Baik, terima kasih infonya. Ini sangat penting untuk diagnosis. Kami akan melakukan beberapa pemeriksaan."

Sementara tim medis sibuk memeriksa gue, Arga tidak melepaskan genggaman tangannya. Gue bisa melihat matanya berkaca-kaca.

"Na, maaf ya... Harusnya gue nggak ngajak lo liburan jauh-jauh," Arga berbisik, suaranya penuh penyesalan.

Gue mencoba tersenyum lemah. "Bukan... bukan salah lo, Ga..."

"Ssst, jangan banyak ngomong dulu," Arga mengelus rambut gue lembut.

Dokter Aditya kembali mendekat. "Baik, kami sudah melakukan pemeriksaan awal. Sepertinya ini efek samping dari kemoterapi yang masih tersisa. Tapi kami perlu melakukan beberapa tes lagi untuk memastikan."

"Berapa lama, dok?" tanya Arga cemas.

"Mungkin sekitar dua sampai tiga jam. Sebaiknya Anda semua menunggu di luar," jawab Dokter Aditya.

Arga menggeleng keras. "Nggak, dok. Saya mau di sini aja. Boleh kan?"

Dokter Aditya tersenyum maklum. "Baiklah, tapi hanya satu orang yang boleh menemani."

Dito menepuk pundak Arga. "Bro, lo temenin Nana ya. Kita tunggu di luar."

Bara mengangguk. "Iya, kita bakal ada di sini kalo lo butuh apa-apa."

Sebelum mereka pergi, gue memanggil lemah, "Dito... Bara..."

Mereka berdua menoleh.

"Makasih ya... udah mau... repot-repot," gue berusaha bicara.

Dito tersenyum, matanya berkaca-kaca. "Apaan sih, Na. Kita sahabat kan?"

Bara menambahkan, "Iya, Na. Lo istirahat aja. Kita bakal ada di sini sampe lo sembuh."

Setelah Dito dan Bara keluar, ruangan jadi lebih tenang. Arga terus menggenggam tangan gue sementara tim medis melakukan berbagai tes.

"Ga..." gue memanggil pelan.

"Iya, sayang?" Arga mendekatkan telinganya.

"Kalo... kalo gue kenapa-napa..." gue mulai bicara, tapi Arga langsung memotong.

"Ssst, jangan ngomong gitu. Lo pasti baik-baik aja," katanya tegas, tapi gue bisa lihat air mata mulai menggenang di matanya.

"Tapi Ga... makasih ya... udah mau... sama gue... meski gue sakit gini..."

Arga menggeleng kuat. "Na, dengerin gue. Lo nggak perlu berterima kasih. Gue sayang sama lo apa adanya. Kita udah janji kan, akan selalu ada buat satu sama lain? Jadi sekarang, lo fokus sembuh aja. Gue akan selalu ada di sini."

Air mata gue mulai mengalir. Bukan karena sakit, tapi karena merasa begitu dicintai dan dilindungi.

Dokter Aditya kembali mendekat. "Baik, kami akan mulai pemeriksaan lebih lanjut. Nana, kamu siap?"

Gue mengangguk lemah. Arga mencium kening gue sebelum tim medis membawa gue ke ruang pemeriksaan.

"Gue tunggu di sini ya, Na. Lo pasti bisa!" Arga berkata, suaranya penuh keyakinan meski gue bisa lihat dia menahan tangis.

Saat ranjang gue didorong keluar, gue melihat Dito dan Bara berdiri di lorong. Mereka memberi semangat dengan mengacungkan jempol.

Di tengah rasa takut dan khawatir, gue merasa beruntung. Gue punya pacar yang setia dan sahabat yang selalu ada. Apapun yang terjadi nanti, gue tau gue nggak akan menghadapinya sendirian.

1
Kia Shoji
Hu hu hu... ❤️
Putu Diah Anggreni
Aku juga pas buatnya nangis kak/Sob/ Apalagi ini hasil imajinasi aku yg lagi di kemo/Sob//Cry/
dee zahira
nangis baca di part ini
dee zahira
semangat
dee zahira
keren kak...
azura Shekarningrum
Luar biasa
azura Shekarningrum
Lumayan
ㅤㅤZ
Paporitin dulu besok lanjut lagi
ㅤㅤZ
Keren
Protocetus
min kunjungin ya novelku Bola Kok dalam Saku
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
dah sampe sini dulu bacanya. besok lagi. mau tidur 🫶
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
ini terlalu sweet 🥹
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
hey kenapa favorit kita sama semua 😌🤌
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
aaaaaa jd ikutan excited
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
🥹 bertahan ya say
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
milih latarnya Borobudur doang 😍
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
aaaargggh gemas
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
baca NT rasa WP 😆👍
Ms S.
Gak sabar nih nungguin kelanjutannya, update cepat ya thor!
Putu Diah Anggreni: Halo kak, sudah update lagi ya/Heart/
total 1 replies
Aerik_chan
wahhh untuk ada secercah harapan....
yuk kak saling dukung #crazy in love
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!