NovelToon NovelToon
Sensasi Duda Seksi

Sensasi Duda Seksi

Status: tamat
Genre:Tamat / One Night Stand / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:63.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lyaliaa

Seorang wanita mandiri yang baru saja di selingkuhi oleh kekasihnya yang selama ini dia cintai dan satu-satunya orang yang dia andalkan sejak neneknya meninggal, namanya Jade.
Dia memutuskan untuk mencari pria kaya raya yang akan sudah siap untuk menikah, dia ingin mengakhiri hidupnya dengan tenang. Dan seorang teman nya di bar menjodohkan dia dengan seorang pria yang berusia delapan tahun lebih tua darinya. Tapi dia tidak menolak, dia akan mencoba.
Siapa sangka jika pria itu adalah kakak dari temannya, duda kaya raya tanpa anak. Namun ternyata pria itu bermasalah, dia impoten. Dan Jade harus bisa menyembuhkan nya jika dia ingin menjadi istri pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyaliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Kehidupan normal kembali berlanjut. Aku menghabiskan waktu bekerja di kafe dan kemudian menjual minuman di pantai sore hari. Namun, suasananya tiba-tiba berubah ketika seorang pria turun dari Lamborghini Aventador di tepi jalan. Semua mata tertuju padanya, terutama para wanita, termasuk aku dan Hana. Aku merasa jantungku berdegup kencang—apakah itu Rhine?

Dia mengenakan celana pendek dan kemeja pantai yang terbuka, menampilkan dada dan perutnya yang kekar. Rhine berjalan menjauh dari mobilnya, dia melangkah melintasi pasir pantai ke arahku. Dia berhenti di depan stand tempat ku berada, dia mendekat dan menggoda ku dengan tatapan penuh pesona, sementara Hana tak bisa menahan diri untuk ikut meramaikan suasana.

"Wah paman, apa kau kesini karena merindukan Jade?" tawa nakal di bibir Hana membuatku mencubitnya kecil.

"Hana memang pengertian," balas Rhine percaya diri sambil menurunkan kacamata hitamnya sedikit, menampakkan matanya. "Aku sangat merindukannya hingga tak tenang jika belum melihatnya."

Rhine tersenyum dengan penuh kemenangan melihatku tersipu malu.

"Oh Rhine, kau disini," Gea tiba-tiba muncul dari arah belakang Rhine. Dia berdiri di hadapan Rhine dan menatap kami bergantian, dia berkacak pinggang sembari menyipitkan matanya. "Jangan coba-coba membawa orangku selama jam kerja," tukas Gea memperingati. Rhine menghempaskan nafasnya kasar di udara sebelum mengiyakannya.

Rhine tak pergi, dia masih disana duduk di bawah payung tak jauh dari stand minuman. Aku melihat para wanita berkerumun di sekitar Rhine saat aku sibuk dengan pekerjaan. Aku meliriknya, mata kami bertemu. Dia menatap ke arahku dan tersenyum. Senyum aneh yang membuatku selalu kesal padanya.

Tak lama kemudian, semua mata para wanita itu tertuju padaku. Seakan Rhine sedang membicarakan diriku pada mereka. Suara protes dari mulut mereka yang sebelumnya terpikat terdengar perlahan memudar saat mereka meninggalkan Rhine satu per satu.

**

Senja mulai memudar ketika aku kembali ke Cafe. Udaranya menyelimuti ku dengan dingin yang menenangkan. Jalanan mulai sepi, hanya ada suara desir pantai dan hembusan angin seakan sedang berbisik di telinga ku. Aku sedang dalam perjalanan pulang, sendirian. Rhine pergi sekitar pukul lima sore tadi karena urusan pekerjaan.

Namun aku melihat seseorang di belokan gang, Ryan melambai padaku. Senyumannya selalu berhasil mencairkan kekakuan ku.

"Kau pulang lebih lama dari biasanya," ucap Ryan sambil menghampiriku.

"Kau menungguku?" balasku merasa bersalah.

"Tidak, aku hanya jalan-jalan sore." Ryan menjawab sambil melangkah maju.

"Oh begitu,"aku mengangguk pura-pura percaya.

Langkah kaki kami bergema di trotoar tepi jalan, menciptakan irama yang seolah mengiringi obrolan kami.

"Aku sudah memastikannya, kurasa kau benar. Semua baik-baik saja antara mereka, maaf aku berlebihan," kata Ryan sambil menatap jauh ke depan.

"Kau tak melakukan kesalahan, kenapa meminta maaf. Aku yang harusnya berterimakasih padamu," aku tersenyum dengan senyuman terbaik yang ku punya.

Kami melanjutkan perjalanan dalam keheningan yang dipenuhi dengan pikiran masing-masing. Aku tahu malam nanti adalah awal dari cerita yang lebih besar. Banyak misteri yang menunggu untuk diungkap, banyak rahasia yang tersembunyi di balik senyuman dan kata-kata yang belum terucap.

Di depan Villa, kami berpisah dengan janji untuk bertemu lagi. Aku mengangguk, melihatnya berjalan menuju mobil. Cahaya lampu mobilnya memudar seiring dia pergi, meninggalkanku sendiri.

Aku melangkah masuk ke dalam Villa dengan perasaan lega. Semua baik-baik saja. Syukurlah. Malam semakin larut, bintang-bintang mulai bermunculan di langit. Mereka bersinar terang, seakan menertawakan diriku.

Aku naik tangga ke lantai atas dengan hati-hati, tak ingin mengganggu ketenangan malam ini. Setiap langkahku seolah menorehkan jejak sunyi di tangga. Ketika membuka pintu kamar, betapa terkejutnya aku melihat Rhine duduk di kursi rotan, menghadap ke laut.

Cahaya bulan menyorot wajahnya yang tampak tenang namun penuh beban, seperti samudra yang menyimpan rahasia di kedalamannya.

"Kau pulang," katanya lembut setelah berdiri karena mengetahui kedatangan ku. "Mandilah, aku akan menunggumu di bawah." Rhine berlalu melewati ku setelah tersenyum singkat. Aku ingin menanyakan keadaan nya tiba-tiba bersikap acuh padaku, tapi dia sudah menghilang di balik pintu. Dia menutupnya.

Aku mandi dengan cepat, membiarkan air hangat pancuran shower membelai kulitku, mengusir kelelahan yang melekat. Namun, pikiranku tetap terpaku pada Rhine. Ada apa dengannya? Mengapa dia bersikap seperti itu? Bayangan wajahnya yang penuh misteri terus menghantui benakku.

Selesai mandi, aku tak menemukan Rhine di kamar. Sepertinya dia memang menunggu ku di bawah. Aroma sedap tercium saat aku menuruni tangga. Seperti aroma kenangan yang membawa kembali masa kecil. Rhine sedang memasak. Dia memanggang sesuatu, dan aroma itu mengingatkanku pada kue nenek yang hangat dan manis.

Muffin yang dibuat Rhine tampak lezat dengan krim lembut di atasnya, seperti awan putih yang menggoda untuk disantap. Dia menyuruhku untuk menunggunya di depan, di ruang tamu. Aku duduk di kursi kayu dengan bantalan empuk disana, menunggunya dengan penasaran. Menantikan muffin hangat buatannya.

Rhine muncul dengan nampan di tangannya, membawa muffin dan dua cangkir teh. Dia meletakkan semuanya di meja dan duduk di sampingku.

"Kau sudah lama pulang? Apa terjadi sesuatu?" tanyaku akhirnya, tak mampu menahan rasa penasaran yang membuncah.

Rhine tersenyum tipis, namun matanya menyiratkan kelelahan yang mendalam. "Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan denganmu. Sesuatu yang penting."

Aku mengangguk, mencoba menyiapkan diri untuk mendengar apa pun yang akan dia katakan. Rhine mengambil nafas panjang sebelum melanjutkan.

Kami duduk bersama di ruang tamu yang remang-remang, hanya diterangi oleh lampu meja yang sinarnya seperti kunang-kunang di malam yang gelap. Muffin hangat di tangan ku, aroma manisnya bercampur dengan keharuman teh yang baru saja diseduh.

Rhine memulai percakapan kami, ekspresi di wajahnya yang berkerut-kerut mengusikku sedari tadi.

"Aku senang kau tidak menanyakannya kemarin, kau percaya begitu saja padaku tanpa ingin tahu cerita di baliknya. Aku tak pernah bisa mengerti dirimu sejak awal, apa kau tidak penasaran sedikit pun?" Rhine bersandar dan memanjangkan tangannya di sandaran kursi, di belakangku.

"Penasaran tentang apa? Kau dan mantan istri mu?" jawabku sambil mengunyah muffin lembut yang ku pegang.

"Ya, aku sudah menebaknya. Kau pasti tahu tentang itu."

"Aku penasaran, sangat. Tapi itu masa lalu mu, aku tidak akan ikut campur. Dan kau sudah memilihku, berarti kau sudah selesai dengannya, benar?" Rhine mengangguk. "Jadi tak ada alasan untukku mengungkit nya."

"Kau benar, aku dan dia sudah selesai. Seutuhnya, aku dapat memastikan nya," Rhine mengambil muffin dan memakannya juga. "Tapi bukankah setidaknya kau butuh penjelasan dari ku? Kita bisa berbagi cerita satu sama lain, seperti kau dan dia, kalian tampak senang berbicara sepanjang jalan."

Aku mengernyit memahami maksud dari ucapannya. Dan satu-satunya yang terpikir olehku adalah Ryan. Aku berjalan pulang dengannya, mengingat Rhine duduk di depan jendela kurasa dia melihat kami.

"Ha, maksudmu Ryan? Kami hanya pulang bersama dan tak berbicara banyak. Kau juga tahu jarak Cafe kesini dekat, tak ada banyak percakapan."

"Tapi, kalian tampak bahagia. Kau tak henti tersenyum padanya, tak bisakah kau hanya tersenyum denganku saja?"

Tunggu, dia kenapa? Apa dia cemburu? Batinku.

Jantungku berdegup kencang saat Rhine mendekat. Dia menatapku dengan mata nya yang berkilauan. Tanpa kata, dia menciumku. Bibirnya lembut seperti kelopak bunga yang baru saja mekar, namun penuh dengan gairah yang menyala-nyala.

Sentuhan itu membangkitkan sesuatu dalam diriku. Kehangatan menjalar dari kepalaku hingga ke ujung kaki, menyelimuti seluruh tubuhku dengan perasaan yang tak terlukiskan.

Dengan suara serak penuh harap, Rhine berkata, "Berjanjilah kau hanya akan tersenyum seperti tadi padaku."

"Tapi itu hanya Ryan," balasku dengan nafas berat setelah dia melepaskan ciumannya.

"Meskipun Ryan, dia tetap seorang pria. Kau sangat cantik saat tersenyum. Kumohon," Rhine menempelkan hidung mancungnya dihidungku.

"Baiklah," aku menurut pasrah. Hembusan nafasnya seakan menghipnotis diriku untuk tidak membantahnya.

"Jadi.., bisakah kita melanjutkannya disini?"Rhine menatap ku dengan tatapan nakal yang kulihat pagi tadi.

...----------------...

1
Aik Unique
Luar biasa
Naurasky
ceritanya luar biasa bagus, dan alurnya juga keren/Casual//Casual/
Isna mansur
ceritanya singkat...tapi keren..../Good//Good//Good/
Lina Yulianti
cerita yg cukup singkat thor. tetap semangat untuk berkarya
julia
Bagus
dita18
yahhh thoorrr kok udh END aja sih😭😭rasanya sebentar bngt cerita kisah cinta mereka thoorrr
gk rela sebenarnya klo hrus pisah sm mereka.. 😢😢
dita18: smngt trusss ya thoorrr,,, ditunggu karya2 othoorrr selanjutnya /Smile/
love: Kita akhiri dulu ya kisah mereka disini.. 🥰
Novel berikutnya akan rilis dengan kisah cinta yang tak kalah menarik hati, di tunggu yaa..
happy reading, thank you 😍❤️‍🔥🌹
total 2 replies
dita18
gk berasa udh gede aja anak nya Rhine&Jad😁
kira2 Ryan&Hana udh ada anak jg blm ya🙈😅
dita18
akhirnya Ryan&Hana sah jg selamat ya😊😊
dita18
kan bener dy ,,,,krn dy gak terima Rhine nikah lagi dg Jade & nolak dy berkali2
dita18
pasti Zarra pelaku nya atas kecelakaan yg di alami Rhine
dita18
penasaran Zarra ini ada hubungan apa dg Rhine & Hana ya?
dita18
ihhh thoorrr kok Rhine gtu sih sm Jade😕 jgn buat Jade sedih & patah hati thoorrr kasian
klo emg Rhine bkn jodoh nya,,, kasih Kade jodoh yg lebih baik lagi thoorrr
dita18
Jade pingsan krn Rhine abis minum alkohol kadar tinggi jd Jade kena efek nya
dita18
Luar biasa
dita18
akhirnya udh sah jg ya Jade😅
dita18
thoorrr knp msh bnyk bngt teka-teki nya🙈aku capek berpikir nya 😂😂
dita18
apakah Ryan pacaran sama Hana?
dita18
adik kakak kyk nya misterius bngt yah..
dita18
sbnrnya crta nya bagus thoorrr😊
dita18
ternyata bener Rhine impoten😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!