Tiga tahun menikah, Zalea belum kunjung memiliki keturunan. Sang mertua yang kurang bersahabat dengannya semakin memperlihatkan wajah ketidaksukaan terhadap Lea.
"Nikahi saja Karmila, Zain. Kamu punya alasan kuat untuk menikah lagi. Karena istrimu itu tidak bisa memberikan keturunan buat keluarga kita."
Dunia Lea seketika hancur saat mendengar ungkapan sang mertua. Namun, seberkas cahaya langsung muncul. Tapi sayang, takdir seolah sedang mempermainkannya. Saat dia mendapatkan kabar bahagia, kabar buruk malah menyusul dibelakangnya. Kabar buruk datang sebelum ia bisa membagikan kabar bahagia yang dia punya dengan siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*Episode 28
"Leah. Aku merindukanmu. Mengapa kamu pergi meninggalkan aku? Dunia ku runtuh, Leah. Duniaku hancur bersama kepergian mu," ucap Zain sambil memeluk erat tubuh sang istri.
Leah langsung membelai punggung Zain sambil terus menahan isak tangis. "Maafkan aku, Mas. Maaf, aku ... sudah menyakiti kamu terlalu lama."
Sontak, Zain langsung melepas pelukannya.
"Tidak. Kamu tidak pernah menyakiti aku, Leah. Kamu tidak pernah menyakiti aku. Karena di dua bagian hati, semua hanya tertulis nama kamu. Jadi, apapun yang kamu lakukan, kamu tidak pernah menyakiti aku, sayangku."
Lagi. Setelah mengatakan perkataan itu dengan sungguh-sungguh, Zain kembali menarik Leah ke dalam pelukannya. Dia benamkan wajahnya di bahu Leah. Pertemuan itu sungguh hal yang paling membahagiakan buat Zain. Sungguh, Leah adalah obat yang nyata untuknya.
Sementara itu, mama Zain dan bi Inah terlihat sangat bahagia sekarang. Mereka malah berdempetan sambil berpegangan tangan.
"Nyonya, den Zain sudah sembuh dari sakitnya sekarang. Ya Tuhan, ini sungguh keajaiban, Nya."
"Iya, Bi. Leah benar-benar obat paling mujarab untuk Zain ternyata," ucap mama Zain sambil tersenyum lepas dengan tatapan bahagia yang melihat ke arah anak juga menantunya sekarang.
Beberapa saat berpelukan, Zain dan Leah pun langsung mengurai pelukan itu secara perlahan. Zain menarik tangan Leah untuk ia ajak melihat taman tulip yang sudah dia rawat dengan tangannya sendiri.
"Leah, lihatlah! Taman ini semua aku yang rawat. Semua bunga tulip ini untukmu. Aku menanamnya agar kamu bisa menikmati indahnya bunga kesukaan mu tanpa harus bersusah payah untuk mendapatkannya."
"Apa kamu suka, Leah?"
Leah tersenyum lebar.
"Iya, Mas. Aku suka. Sangat suka."
"Oh ya, aku juga punya banyak lagi kejutan untuk kamu. Kejutan yang aku siapkan untuk menyambut kepulangan mu. Karena aku yakin, Leah ku pasti pulang walau aku harus menunggu lama."
Rasa bersalah dalam hati Leah terasa sangat jelas. Apalagi saat melihat manik mata Zain yang penuh dengan kebahagiaan saat ini. Tubuh kurus itu terlihat sangat menyedihkan. Tapi cahaya bahagia, kini sudah terpancar dari wajahnya.
Leah menatap Zain dengan penuh rasa bersalah. 'Apa saja yang sudah kamu alami sampai kamu bisa jadi seperti ini, Mas? Kenapa tubuhmu yang kekar langsung jadi sangat kurus?' Leah berkata dalam hati sambil melihat senyum manis yang Zain perlihatkan.
Kemudian, Leah langsung meraih tangan Zain yang di mana kedua lengannya sangat jelas sekali terlihat bekas kulit yang disayat dengan tragis. Leah tidak berani membayangkan apa yang sudah suaminya lakukan pada kedua lengan itu. Karena dari bekas luka di lengan itu sudah sangat terlihat sesadis apa perlakuan Zain terhadap kedua lengannya tersebut.
Leah menundukkan wajahnya. Dia pejamkan mata sesaat. Buliran bening jatuh melintasi kedua pipi hingga jatuh ke tangan Zain. Sontak saja, Zain langsung panik bukan kepalang.
"Leah. Kenapa menangis?"
Gegas Leah menyeka air matanya yang masih tersisa di pipi. Senyum pahit ia perlihatkan.
"Nggak nangis kok, Mas? Siapa juga yang nangis, coba?"
"Leah. Aku tahu kamu nangis. Jangan nangis. Aku tidak akan buat salah lagi. Aku janji. Aku tidak akan buat salah. Jangan nangis, Leah. Jangan nangis."
"Jangan tinggalkan aku lagi, Leah. Jika aku buat salah. Bunuh saja aku. Tapi tolong, jangan tinggalkan aku. Aku lebih rela kehilangan nyawaku dari pada kehilangan kamu."
Ternyata, trauma ditinggalkan langsung muncul ketika Zain melihat Leah menangis. Dia jadi panik bukan kepalang. Kalang kabut tak tentu arah saat dia melihat Leah menangis.
"Ku mohon, Leah. Ku mohon, jangan pergi. Aku salah. Aku salah, Leah. Jangan nangis."
"Mas."
"Hukum saja aku, Leah. Hukumlah. Tapi jangan tinggalkan aku. Kamu bisa menghukum aku dengan cara menyakiti raga ku. Tapi tolong jangan tinggalkan aku, Leah. Jangan Leah, jangan."
"Mas."
"Mas Zain. Tenang, Mas."
"Leah. Jangan pergi Leah." Zain malah menangis histeris sekarang.
Tidak mampu membujuk dengan kata-kata. Leah langsung menarik Zain ke dalam pelukan. Dia peluk erat tubuh kurus itu dengan penuh perasaan. Kemudian, tangannya lincah membelai punggung Zain yang sepertinya hanya terdapat tulang semua tanpa isi.
"Mas, tenanglah. Aku tidak akan meninggalkan kamu. Aku tidak akan pergi asal kamu dengarkan aku. Nurut yah. Boleh?"
Zain mengangguk pelan. Sementara Leah terus membelai punggung itu dengan penuh kasih.
"Selagi mas nurut apa yang aku katakan, aku gak akan tinggalkan mas Zain."
Zain pun langsung mengangkat wajahnya.
"Kamu janji, Leah."
"Iya. Aku janji. Aku janji gak akan tinggalkan mas Zain selagi mas Zain nurut sama apa yang aku katakan. Mulai detik ini, harus jaga kesehatan, oke?"
Zain kembali mengangguk.
"Baiklah. Aku akan lakukan apa yang Leah ku katakan."
"Nah, ayo bangun."
Zain melakukan apa yang Leah katakan. Leah pun langsung memapahnya menuju kursi. Zain dia mintai duduk di sana. Sedangkan dirinya bersimpuh di depan pria tersebut.
"Maafkan aku." Leah berucap pelan sambil menatap wajah Zain.
Sontak, Zain langsung menggeleng dengan cepat. "Tidak. Leah ku tidak perlu minta maaf. Karena kamu tidak salah."
"Iya, baiklah. Mm .... "
Leah sedang memikirkan apa yang harus ia katakan lagi pada Zain. Dia harus berpikir sebelum berucap, karena dirinya tidak ingin membuat Zain tiba-tiba jadi takut atau bahkan berontak lagi seperti yang baru saja Zain lakukan hanya karena melihatnya menangis.
Sementara itu, Ratna dan bi Inah yang tidak bisa menahan diri langsung mendekat ke arah Zain dan Leah. Sontak, Zain langsung menghadang kedatangan mereka. Lalu menyembunyikan Leah di belakangnya.
"Siapa kalian! Untuk apa kalian datang ke sini?"
"Zain. Aku .... " Sedih sang mama tidak bisa melanjutkan apa yang ingin ia katakan.
Awalnya ia pikir, Zain yang sudah bisa mengenali Leah, juga sudah bisa mengenali dirinya. Sayangnya, Zain malah bersikap semakin waspada sekarang. Lebih brutal dari sebelumnya.
Semua itu bukan tanpa alasan. Zain melakukan hal tersebut karena dia tidak ingin ada orang yang menjauhkan dirinya dari Leah. Dia bersikap waspada untuk menjaga Leah nya. Karena pada dasarnya, pikiran Zain masih sangat tidak normal meski dia sudah bisa mengenali Leah dengan sangat baik.
"Pergi kalian! Jangan dekati Leah ku. Tidak akan aku biarkan siapapun mendekati Leah. Aku akan melindunginya dengan segenap jiwa dan ragaku."
"Zain!"
"Mas, dengarkan aku." Leah berucap dengan lembut sambil menurunkan lengan Zain yang ia angkat untuk melindungi Leah. "Mereka tidak akan menyakiti aku, Mas. Mereka orang baik. Mereka adalah bagian dari keluarga kita. Mas bisa mengerti apa yang aku katakan, bukan?"
Zain tidak langsung menjawab. Dia tatap wajah Leah dengan tatapan lekat selama beberapa saat. "Mereka ... orang baik? Mereka bagian dari keluarga?"
"Iya, Mas. Jadi, mereka tidak akan menyakiti aku. Mereka tidak akan memisahkan aku dari kamu."
.semoga suatu saat klian bs bersatu kmebli menjdi kel yg sakinah
Leah skrng jd pnya 3 bayi y....mskpn yg 1 sih kalem,yg 2 pst mnja bgt....apalgi bayi gd....wkwkwk.....
Mngkn lbh baik leah jjur sm ank2,mskpn zain skrng ga baik2 aja...tp kl ktmu anknya,spa tau cpt smbuh....
trus bilang ke si kembar selama ini mereka gk bisa ktemu sma papa karena oapa lgi sakit parah. gtu. biar mereka gk salah paham. atau marah2 merasa dibohongi dn gk diakui...
ksian bgt kl trs ky gt,cma raganya yg hdp tp jiwanya mati....tp leah udh kmbli,apalgi ada ank2 jg.....pst zain cpt sdar lg....smngttt....
kn kk'ny udh nkah sm yoga,tnngal dita nih yg blm....spa tau jdoh sm rafa.....
sampek segitu bencinya sama zain y hingga hatinya tidk trketuk untuk menolong orang yg bener2 trauma, frustasi, stres, kurang waras..