Di Dua Hati

Di Dua Hati

*Episode 1

"Zain. Mama ingin bicara."

Pria manis dengan paras menawan itu langsung mengalihkan perhatiannya dari gawai yang sedang menyibukkan dirinya saat ini. Dia singkirkan gawai tersebut dari tangannya. Kemudian, perhatiannya ia pusatkan pada sang mama yang kini sudah duduk di sampingnya di sofa ruang keluarga dari rumah mereka.

"Ya, Ma. Mau bicara apa?"

Zainal menarik wajah serius sambil menunggu sang mama berucap. Wajah penasarannya terlihat sangat jelas sekarang. Sementara itu, sang mama malah menatap anaknya sesaat sebelum berucap.

"Ma."

"Zain, mama ingin kamu menikahi Karmila, Nak."

Sontak saja, Zain langsung terkejut dengan perkataan sang mama barusan. "Apa, Ma! Jangan bercanda deh. Aku sudah punya Leah kok."

Wajah kesal sang mama langsung terlihat.

"Leah tidak bisa memberikan mama cucu, Zain. Jadi, apa salahnya jika kamu menikah lagi?"

"Ma."

"Zainal! Kamu adalah anak mama satu-satunya. Jika kamu tidak mempunyai keturunan, maka siapa lagi yang akan melanjutkan garis keturunan keluarga kita, ha?"

"Mama tidak mau tau. Mama ingin kamu menikah lagi agar mama segera punya cucu, Zain."

Zainal menarik napas berat. Sementara itu, di balik tembok penghubung dapur dengan ruang keluarga, seorang wanita sedang menahan isak tangis agar tidak terdengar oleh siapapun. Dialah Zaleah. Wanita cantik nan ayu yang Zain nikahi tiga tahun lalu. Wanita yang kerap di panggil dengan nama singkat, Leah.

Dunia Leah serasa runtuh ketika mendengar permintaan mama mertuanya barusan. Bagaimana tidak? Sang mertua meminta suaminya untuk menikah lagi hanya untuk mendapatkan keturunan.

Dia akui kalau dia masih belum punya anak setelah tiga tahun menikah. Tapi, mereka juga sedang berusaha agar bisa mendapatkan momongan dalam waktu dekat. Tapi sepertinya, sang mertua sudah sangat tidak sabaran. Baru juga menikah tiga tahun, tapi sudah mau meminta anak lelakinya menikah lagi dengan wanita lain agar dia bisa punya cucu secepatnya.

"Ya Allah." Leah bergumam pelan.

Dia letakkan tangan ke dada. Sesak. Sangat sesak sekali rasanya. Sampai-sampai, dia tidak kuat untuk tetap bertahan mendengarkan pembicaraan mama mertua dan juga suaminya lagi sekarang.

Leah memilih pergi setelah menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya secara perlahan. Air mata yang sudah ia seka sebelumnya, kini malah terus saja berjatuhan. Leah menjauh. Membawa hati ke taman samping rumah dengan langkah berat.

Sementara itu, di ruang keluarga, obrolan antara Zain dengan sang mama terus berlanjut. Tapi sayangnya, Leah tidak lagi mendengarkan apa yang Zain dan sang mama bicarakan.

"Maaf, Ma. Aku menolak permintaan mama dengan tegas. Karena aku yakin, Leah tidak akan setuju jika aku menikah lagi."

"Zain! Kamu .... "

"Ya Tuhan, anak ini. Istri kamu itu mandul, Zain. Jika kamu tidak menikah lagi, maka keluarga kita akan putus di kamu saja. Apa kamu tidak mengerti juga apa yang mama khawatirkan, ha?"

"Ma. Leah tidak mand*ul kok. Kami juga baru nikah tiga tahun yang lalu. Usai pernikahan yang sangat muda, bukan?"

"Muda? Muda apanya? Sudah tiga tahun, Zainal. Muda dari mana datangnya, ha? Mereka yang duluan menikah dari kalian aja sudah ada yang punya anak dua. Lah kamu, satu aja belum."

"Ya itukan rezeki mereka, Ma. Rezeki manusia itu berbeda-beda. Allah punya jalannya sendiri untuk setiap hamba-Nya, Ma."

Kesal hati, sang mama tidak lagi menjawab apa yang anaknya katakan. Sebaliknya, sang mama langsung bangun dari duduknya, lalu berjalan menjauh meninggalkan Zain sendirian di ruang keluarga.

Sementara Zain sendiri, dia hanya bisa melihat dengan tatapan lekat punggung sang mama yang berjalan semakin menjauh. Saat sang mama hilang dari pandangan, Zain hanya bisa menarik napas berat.

Tiga tahun yang lalu, dia menikahi Zaleah setelah ta'aruf selama tiga bulan. Leah adalah gadis tercantik bagi Zain yang ia temukan di sebuah masjid saat sebuah acara pengajian yang Zain ikuti.

Pertemuan pertama yang langsung mencuri hati Zainal. Dengan usaha yang cukup besar, akhirnya ia bisa menikah dengan Leah. Tapi sayang, pernikahan mereka ternyata diuji dengan keturunan yang membuat sang mama yang memang tidak terlalu suka dengan Leah jadi semakin menampakkan rasa tidak suka dalam hatinya.

Kala itu, sang mama sudah punya gadis pilihan untuk Zain. Dialah Karmila. Anak kedua dari teman sekolah mamanya. Mereka memang sempat ingin menjodohkan anak-anak mereka jika sudah dewasa kelak. Sayangnya, jodoh tidak memihak. Zain malah tidak tertarik pada Mila sedikitpun.

Alasannya cukup simpel, Zain suka gadis berhijab sedangkan Karmila tidak berhijab sama sekali. Namun, setelah gadis itu hijrah, dia juga tetap tidak suka dengan Karmila. Baginya, mau Karmila berhijab atau tidak, tetap saja sama. Hati tidak bisa menerima Karmila sebagai pasangan. Hatinya hanya menganggap Mila sebagai adik saja.

....

"Leah. Ada apa? Mata kamu .... "

"Gak papa, Mas. Aku baik-baik saja."

"Tapi, Leah. Matamu merah. Kamu ... baru selesai nangis ya?"

"Ngga kok, Mas. Apa-apaan sih?"

Tidak ada yang salah dengan hubungan mereka berdua. Meski tidak memiliki anak, selama ini Leah ataupun Zain masih tetap berbahagia. Tapi sekarang, hati Leah rusak akibat permintaan sang mertua yang menginginkan pernikahan kedua untuk suaminya.

Leah ingin menolak. Sangat ingin menolak. Tapi bibirnya terasa berat untuk mengutarakan apa yang saat ini hatinya sedang rasakan. Alhasil, Leah masih memilih bertahan. Berusaha seolah dirinya tidak pernah mendengarkan apa yang mertuanya katakan selagi sang suami tidak membuka obrolan tentang masalah tersebut.

"Leah. Jika ada yang tidak mengenakkan terasa di hati, katakan saja langsung. Jangan kamu sembunyikan dari aku," ucap Zain sambil menyentuh tangan Leah dengan lembut.

Sontak, tatapan lekat Leah lontarkan pada Zain. Dia tatap mata hitam indah milik Zain yang saat ini ada di depan matanya. Indah. Sangat indah sampai Leah sedikitpun tidak sudi untuk berbagi dengan wanita lain.

"Jangan madu kan aku, mas Zainal. Aku mohon."

Sayangnya, kata-kata itu hanya mampu Leah ucap dalam khayalan saja. Karena pada kenyataannya, Leah hanya diam sambil membayangkan kalau dirinya sedang melafalkan kata-kata tersebut dengan tegas.

"Leah."

"Iy-- iya, Mas."

"Kok diam?"

"Hah? Ng-- nggak kok, Mas. Aku hanya ... hanya .... "

"Hanya apa, hayo?"

"Hanya-- "

Tuk-tuk-tuk. Pintu kamar Zain di ketuk oleh seseorang dari luar. Ketukan tersebut langsung mengalihkan perhatian Zain dan Leah dari apa yang saat ini sedang mereka bahas.

"Siapa?" Lantang suara Zain terdengar keluar.

"Bibi, Den."

"Iya, bi. Ada apa?"

"Nyonya minta den Zain keluar. Ada tamu yang datang."

Zain langsung bangun dari duduknya. Ia buka pintu untuk bicara secara langsung dengan si bibi.

"Tamu, Bi? Tamu siapa sampai mama minta aku keluar sekarang?"

"Itu, Den. Mm ... non Karmila sama mamanya."

Terpopuler

Comments

Patrick Khan

Patrick Khan

.hai kakak q sayang🥰🥰

2024-06-19

1

Patrick Khan

Patrick Khan

.awal yg menguras emosi😌😌..sabar lea..ada q disini..q pantau

2024-06-19

1

afiano

afiano

mampir semoga ceritanya bagus.. dn lian dr yg lainnya

2024-06-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!