NovelToon NovelToon
Bidadari Penghapus Luka

Bidadari Penghapus Luka

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / nikahmuda
Popularitas:7.1M
Nilai: 4.6
Nama Author: ujungpena90

Hasna berusaha menerima pernikahan dengan seorang laki-laki yang tidak pernah ia kenal. Bahkan pertemuan pertama, saat keduanya melangsungkan akad nikah. Tak ada perlakuan manis dan kata romantis.

"Ingat, kita menikah hanyalah karena permintaan konyol demi membalas budi. jadi jangan pernah campuri urusan saya."
_Rama Suryanata_


"Terlepas bagaimanapun perlakuanmu kepadaku. Pernikahan ini bukanlah pernikahan untuk dipermainkan. Kamu telah mengambil tanggung jawab atas hidupku dihadapan Allah."
_Hasna Ayudia_

Mampukah Hasna mempertahankan keutuhan rumah tangganya? Atau justru menyerah dengan keadaan?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ujungpena90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Dan disinilah mereka sekarang. Di rumah yang baru dibeli Rama untuk mereka tinggali berdua.

Rumah dua lantai yang tak sebesar rumah keluarga Suryanata. Halamannya pun tak begitu luas, tapi cukup bisa melindungi privasi penghuninya.

Tak banyak yang mereka bawa, hanya satu koper milik Rama, dan satu koper lagi milik Hasna. Sisanya akan dikirimkan nantinya.

Cklek...

Rama membuka pintu utama dan mendorong kopernya di dekat sofa ruang tamu, lalu duduk disalah satu sofa.

"Duduklah, ada hal penting yang ingin saya bicarakan." Ucapnya pada Hasna yang baru saja masuk dengan membawa kopernya sendiri.

Hasna pun menuruti dengan duduk dihadapan suaminya.

"Mulai hari ini kita akan tinggal disini. Perabot dan segala macam sudah tersedia. Tapi belum ada asisten rumah tangga. Terserah nantinya jika kamu mau mencari orang buat bantu-bantu disini." Ucap Rama.

"Tidak perlu, kita hanya berdua di sini. Aku bisa mengerjakannya sendiri."

Rupanya Hasna membuat pilihan yang tepat. Rama setuju dengan pilihan Hasna tanpa asisten rumah tangga.

Alasan terbesar Rama menerima keputusan Hasna tanpa asisten rumah tangga adalah, ia tak ingin ada mata maupun telinga yang mengawasi kehidupan rumah tangganya.

"Nanti segala kebutuhan mas Rama_"

"Tidak perlu." Potong Rama cepat.

"Kamu tidak perlu menyiapkan apapun buat saya. Cukup urus saja diri kamu sendiri." Lanjutnya.

Hasna mengerutkan kening mendenganya.

"Tapi_"

"Kita jalani hidup kita masing-masing." Ucap Rama tanpa beban.

"Maksud mas Rama?"

Hasna semakin tidak mengerti dengan arah pembicaraan suaminya itu.

"Saya tidak mau kamu mencampuri urusan saya. Begitupula dengan saya, yang tidak akan mencampuri urusan kamu."

Perasaan Hasna semakin tidak enak mendengarkan perkataan Rama. Namun ia tetap bungkam. Perempuan itu ingin tau, apa sebenarnya yang diinginkan suaminya itu.

Rama pun beranjak dari tempat duduknya dan meraih koper yang tadi ia bawa.

"Oh ya, itu kamar kamu." tunjuk Rama pada salah satu kamar tamu yang ada dilantai satu.

Lalu ia melanjutkan langkahnya menuju ke lantai dua. Pandangan Hasna mengikuti langkah suaminya itu. Terlihat Rama memasuki sebuah kamar yang ada di lantai atas. Hingga punggung Rama menghilang dibalik pintu kamar.

Hasna menghembuskan nafasnya perlahan, berusaha mengontrol emosinya. Jujur saja ia merasa tersinggung dengan ucapan dan tingkah sang suami memperlakukan dirinya.

Apakah memang ini tujuannya untuk tinggal terpisah dari orang tua? Bukan untuk hidup mandiri dalam artian yang sebenarnya, tapi lebih pada menolak kehadirannya, agar orang tuanya tak merasa bersalah jika ia lakukan.

Hasna memijit keningnya perlahan. Kepalanya serasa berdenyut. Namun, tak sekencang denyutan di hatinya.

Kembali ia terngiang ucapan adik iparnya tadi pagi.

"Mungkin akan sedikit susah untuk mendekati kak Rama. Dia memiliki masa lalu yang... bisa dibilang sangat menyakitkan."

Berkali-kali terlihat bibir tipisnya mengucap istighfar. Tak lama, Hasna pun menuju kamar yang tadi ditunjuk oleh Rama.

Hasna segera menyusun barang barangnya dalam lemari yang ada di dalam sana. Sungguh aneh sekali, saat ia telah bergelar istri, tapi sama sekali ia tidak diperlakukan sebagaimana mestinya seorang istri.

Sejak awal menikah hingga hampir dua minggu ini, tak sekalipun Rama menyentuhnya. Bahkan sekarang mereka bagaikan orang asing yang tinggal bersama dalam satu atap.

***

Selepas ashar, Hasna memutuskan untuk berbelanja di minimarket terdekat. Tadi saat perjalanan menuju rumah ini, ia melihat ada minimarket di ujung jalan perumahan. Hanya berjalan kaki sekitar sepuluh menit sudah sampai.

Malam ini ia ingin memasakkan sesuatu untuk Rama. Nayla benar, ia harus lebih sabar untuk mendekatkan diri pada Rama.

Setelah selesai berbelanja, segera Hasna menyusun barang belanjaannya di kulkas dan lemari dapur. Tak banyak yang ia beli. Hanya beras, ikan, telur, ayam, sayuran dan beberapa jenis bumbu.

Hasna hampir saja menyelesaikan masakannya saat Rama menuruni anak tangga. Laki-laki itu hanya memakai kaos lengan pendek dan celana pendek selutut.

"Mas Rama, butuh sesuatu?" tanya nya saat Rama memasuki dapur.

Tak ada jawaban dari mulut lelaki itu. Namun gerakan tangannya membuka pintu kulkas, dan mengambil sebotol air mineral dari sana, sepertinya ia haus. Untung saja Hasna tadi sempat membelinya. Mengingat dapur benar-benar kosong.

Selepas sholat maghrib, Hasna sudah berdiri di depan pintu kamar Rama. Ragu-ragu, ia mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.

Tok...tok...tok...

"Mas Rama, kita makan dulu yuk." Kata Hasna dengan sedikit berteriak dari balik pintu.

Namun masih belum ada sahutan dari dalam. Hasna kembali mengetuk pintu.

"Mas, makan dulu." Ucapnya lagi.

Tetap tak ada respon.

"Apa mungkin mas Rama sudah tidur ya?" gumamnya. "Tapi itu tidak mungkin, ini masih terlalu sore."

Sekali lagi ia mengetuk pintu, mengajak Rama untuk makan malam bersama.

"Mas...mas Rama. Makan dulu yuk."

Bukan Rama tak mendengar, laki-laki itu hanya tak ingin berinteraksi terlalu jauh dengan Hasna. Namun suara ketukan dan suara Hasna yang bersahutan membuatnya membuka pintu kamar.

"Ada apa?" ketusnya.

"Makan dulu mas, sudah waktunya makan malam." Ajak Hasna.

"Saya tidak lapar." tolak Rama.

"Mas Rama kan belum makan sejak tadi siang. Makan dulu yuk." Hasna setengah memaksa. Ia hanya khawatir dengan kesehatan suaminya.

"Sudah saya katakan, saya tidak lapar. Apa kamu tuli?" Bentak Rama.

Selama ini tak sekalipun ia dibentak seperti Rama membentaknya barusan. Hatinya terasa berdenyut nyeri mendengar bentakan dari seorang lelaki yang bertitelkan suami itu.

Seketika kedua matanya mengembun. Cepat-capat ia alihkan pandangannya kebawah agar Rama tak melihatnya.

Braakk...

Pintu ditutup begitu keras tepat dihadapan wajahnya. Seketika air matanya luruh tanpa di komando.

Segera ia kembali kebawah sambil mengusap air matanya perlahan. Ia menatap sajian yang ada di atas meja makan. Untuk pertama kalinya ia memasak khusus untuk Rama, tapi penolakan yang diberikan laki-laki itu sangatlah menyakitkan.

Rasa lapar yang tadi dia rasakan, menguap entah kemana. Gegas ia meninggalkan meja makan dan masuk kedalam kamarnya.

Ada sedikit rasa bersalah pada diri Rama saat melihat mata teduh itu mengembun. Tapi dia bukan laki-laki bodoh yang akan terjatuh di kubangan yang sama.

Dulu saat bersama Resty, dia begitu tulus dengan perasaannya. Tapi apa yang ia dapatkan? Hanya penghianatan. Dan dia tak mau itu terjadi lagi.

***

Pagi-pagi sekali, Rama sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Saat ia melewati ruang makan ia sedikit terkejut saat mendapati hidangan yang di masak Hasna di dapur semalam, masih utuh di atas meja makan.

Apa mungkin Hasna tak memakannya?, pikirnya.

Rama tak ingin ambil pusing dan melanjutkan langkahnya menuju pintu. Sebelum ia meraih handle, pintu terbuka dari luar. Ternyata Hasna.

Sepertinya ia baru pulang berbelanja. Terlihat dari barang yang ada di kantong transparan yang dia bawa.

"Mas Rama udah mau berangkat?" Tanya perempuan cantik itu heran.

Pasalnya ini terlalu pagi untuk ke kantor. Ini masih jam setengah enam. Masih ada beberapa jam lagi.

"Tapi Hasna belum menyiapkan apa-apa untuk sarapan. Hasna baru selesai belanja di depan kompleks tadi." Cerocosnya.

Rama tak menghiraukan perkataan Hasna dan memilih untuk melanjutkan langkahnya menuju garasi.

"Mas, tunggu."

Hasna mengejar langkah lebar Rama. Perempuan itu mengulurkan tangannya dihadapan sang suami. Dengan senyuman yang begitu manis, ia menunggu Rama memberikan tangan kanannya untuk ia cium.

Tapi justru laki-laki itu masuk kedalam mobil dan menutupnya. Kemudian melajukannya keluar dari halaman rumah.

Hasna membuang kasar nafasnya. Sekali lagi, Rama menunjukkan penolakan. Padahal ia berusaha agar bisa dekat dengan Rama. Satu hal yang paling sulit untuk dilakukannya. Tapi ia berusaha melakukannya untuk Rama.

Mungkin Rama belum bisa membuka hatinya untuk perempuan setelah kejadian dimasa lalunya.

***

1
Asma Rani
Luar biasa
susi setiawati
bagusss
Fenny Agustyawaty
thor...foto visual doonnkk..biar tau nih seganteng apa si rama..kevin dan sang asisten si bos...
Nur Afifah
hhuaaaaa... 😭😭😭
Ajwan Syah
Luar biasa
Ajwan Syah
Lumayan
Rena utami
ceo tapi bodoh
Ati Marini
sehingga sya pula yg menitiskn air mata hahaa
Rena utami
siapapun lelaki normal pasti jatuh cinta sm hasna,
Rena utami
kasihan bgt bang kevin..sini bang, sm aku aja🤣
Rena utami
hmm sabarnya hasna...klo di dunia nyata, kamu udah ditinggal kabur lho rama....secara perlakuanmu ajib bgt...mending sm si kevin aja😁
Rena utami
aish, Rama..gitu aja kamu udah kepikiran..gimana klo ketemu Kevin? 😁
Rena utami
hayoo rama, byk sainganmu
sari emilia
bodoh nya hasna ini nyusahkn org n suami aja
sari emilia
engga jg...hy org hamil bodoh aja minta yg berlebihan bs ko g d turuti ga bkaln terjadi apa2 ko itu hy gadaan napsu setan...kl hasana bnr2 org beriman hrsnya tahu...cb aja bodoh tdk mlm2 minta yg aneh2 bs besok2 atau kpn2...bkti nya aku kl pengen sesuatu yg ku rs ga mungkin dan menyusahkn suami aku dian aja g hrs d turuti...bkti nya ank ku ga apa2....mlh dia lhir sempurna skrg udh sekolah otak nya pinter ngaji n hapalan nya bagus....krn aku sadar wanita hamil itu kl ga bs nyetir nabsu jd byk dosa byk buang2 mkanan...icip2 dikit buang...hasna mah wanita sholehah abal2 versi novel
sari emilia
nah hasna mati y biasa kl kopy paste drokor gy itu
sari emilia
bnr kt para ulama mendekati akhir zaman org bercumbu sdh terang2n tdk ada lg rs malu jgn suami istri yg ga suami istri pun sma...d novel ini lh sdh d gambar kn sm penulisnya
Najwa Najwa
knp ya aq lebih suka kl Hasna ma cavin
sari emilia
org kaya kenapa ga pesan aja ukur jait...jd ga robet kt2 nya jd byk sm dgn novel2 lain nya....kab berhijab ju kn ko kakehan polah
Nurhayati Nia
rasain kamu ramaa ayo Vann bikin lebih panas lagi biar si Rama nyadarrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!