NovelToon NovelToon
XAVIER BLOOD (I Was Trash)

XAVIER BLOOD (I Was Trash)

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Aliansi Pernikahan
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Magisna

--Balas dendam terbaik adalah dengan menjadi pemenang sejati--

Setelah dicampakkan ayahnya dan diputus status sebagai Tuan Muda saat usia delapan tahun karena kutukan, Xavier bangkit sebagai sisi yang berbeda setelah dewasa. Mengusung nama besar Blood dengan menjadi panglima perang sejati dan pebisnis andal di kekaisaran.

Namun ... pada akhir dia tetaplah sampah!

---Ekslusif di NOVELTOON---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ɛpɪsoʊd 11

Keelan De Jongh ingin mendebat kakaknya, tapi urung karena lebih dulu Xavier menyergah dengan cerita panjang konyol yang sesungguhnya terlalu membuang waktu. Tapi Xavier merasa perlu melakukannya untuk menohok segaris hal kecil tentang kecongkakan para manusia yang pandai membela diri dengan cara yang kotor.

“Saat tubuhku masih setinggi pinggang, kalian seringkali bersenang-senang, pergi ke villa dengan menara kecil yang indah di Elisquer. Bercerita banyak dan tertawa-tawa membahas ulang apa saja yang kalian lakukan di villa itu setelah pulang.” Xavier menjeda hanya untuk tersenyum kecut. “Tanpa aku!”

Penukasan akhir membuat seorang Balthazar langsung terbungkam.

“Padahal saat itu aku ingin sekali pergi bersama kalian," lanjut Xavier, menuang seulas perasaan getir di wajah yang tetap dingin. “Tapi Ayah dan Nyonya Esme selalu mengempasku pada kenyataan bahwa tubuh kecilku yang terkutuk itu akan sangat mengganggu liburan kalian. Saat itulah aku terus berkhayal, suatu saat setelah sembuh dari kutukan itu, aku juga akan merasakan serunya bermain di villa seperti Keelan." Kemudian terkekeh dengan gelengan kecil. “Sayangnya semua tak pernah terjadi, sampai aku sedewasa ini.”

Keelan membuang wajah saat namanya disinggung halus.

“Tapi karena alasan itu, aku berterima kasih pada Ayah ... juga kalian berdua.” Senyum kecut Xavier berubah menjadi pulasan yang penuh sirat. “Karena kalian ... aku jadi terinspirasi membangun mansion ini di dekat villa kebanggaan kalian itu, tepat di belakangnya.”

Esmera dan Balthazar sama-sama melengak dan menelan ludah. Itu kenyataan yang paling menonjol sebenarnya.

Tadi ketika pergi memenuhi undangan Xavier, mereka merasa aneh karena tiba-tiba anak itu ada di Elisquer. Sempat Esmera berpikir jangan-jangan Xavier ada di villa kebanggaan De Jongh-nya itu, menginjakkan kakinya tanpa permisi, mengaku-ngaku sebagai bagian dari kepemilikan.

Nyatanya bukan!

Villa milik Balthazar itu ada di bagian ekor mansion Willow milik putranya ini.

Saat Willow dibangun, Balthazar dan Esmera hanya menerka jika pemiliknya mungkin adalah bangsawan kaya dari luar kekaisaran. Esmera bahkan berencana matang akan menjalin hubungan baik dengan pemiliknya itu untuk sebuah tujuan klasik saat bangunan ini selesai.

Sepertinya niatan itu harus direlakan begitu saja. Pemilik Willow ternyata seorang yang tak pernah mereka bayangkan, meski nama Willow sendiri jelas tak asing di telinga Balthazar.

“Meskipun aku tak pernah bisa menikmati sensasi yang kalian rasakan saat itu dan hanya bisa mendengar dengan harapan kosong, setidaknya Willow milikku ini bisa memberinya, karena kita berdekatan. Kalian bisa mampir saat liburan dan akan aku sediakan makanan yang lebih banyak dari sekarang.”

Kata per kata Xavier seperti pukulan telak dan penghinaan untuk Balthazar.

Tapi lain cara Esmera. “Kau sudah mendapat yang terbaik dari apa yang kau inginkan. Mansion ini lima kali lebih megah dari villa kami yang dulu sangat kau ingin tapaki itu. Tapi kenapa kau juga harus menikung bisnis ayahmu?! Apa harus kau lakukan itu, Xavier?!”

Woho!

Wanita itu memang tak pandai berbasa-basi!

“Apa katamu, Ibu Tiri? ... menikung?” Kening Xavier mengerut, tapi terselip senyuman miring yang mengarah pada ejekan.

“Ya! Kau menikung bisnis ayahmu! Tender rumah kaca Duke Hudson, kau menjaringnya sebelum persaingan dimulai!”

Percaya diri sekali Esmera.

Xavier terdiam sejenak, lalu terkekeh. “Oh, Ibu Tiri.” Pandangannya lalu pada Balthazar. “Apa kau juga berpikir seperti itu, Ayah?! Dan kau juga, Tuan Muda De Jongh?” Pada Keelan.

Balthazar membuang wajah yang kecut ke sisi kosong. “Bukankah itu sudah jelas," jawabnya sedikit hambar.

“Hahaha!" Tawa Xavier meledak lagi.

Cukup menyinggung keluarganya, terutama Keelan.

“Bisa kau tidak bersikap seperti orang gila seperti itu? Kau terus mengolok Ibu dan Ayah dengan kekehan dan tawa yang menjijikan!” tegur Keelan.

Semakin membuat tawa Xavier menanjak oktaf.

“Itu karena kalian sangat lucu!” katanya di sela tawa yang renyah itu.

Keelan murka dan bangkit dari tempatnya.

“KEPARAT!”

GREB!

Tinjuan ketat Keelan yang mengancam wajah itu, berakhir di bungkusan telapak tangan Xavier.

Balthazar dan Esmera melengak karena terkejut.

Rahang Keelan makin mengetat. “Lepaskan tanganku, sialan!”

Tangan itu diempas kasar oleh Xavier. “Sebaiknya jangan bermain-main, Tuan Muda! Jika tak ingin tanganmu kubuat patah.” Ekspresi Xavier tak renyah lagi.

Esmera bangun cepat untuk meraih bahu putra kesayangannya, membawa mundur. “Sudah, Keelan!” Dia tak suka ancaman itu, sekaligus takut. Ibu mana yang senang melihat tangan anaknya tidak berfungsi.

“Biar aku hajar bedebah itu, Ibu!”

“Keelan, sudah!" Esme menahan lagi.

Emosi membuat Keelan lupa bahwa tinjunya tidak sekuat pria mana pun yang lebih unggul dalam kelahi. Bahkan jika dibandingkan para prajurit junior yang Xavier latih, anak itu akan terjungkal hanya dengan pukulan dasar. Kemampuan jiwa lelaki yang paling menonjol dalam diri Keelan hanya meniduri para wanita di rumah bordir. Ck!

 Tidak ada lagi senyuman dalam makna apa pun, ekspresi dan tatapan Xavier sekarang berubah datar.

“Tidak ada apa pun yang aku rebut dari kalian!” katanya, kemudian bangkit berdiri.

“Aku hanya berdiri di atas kakiku sendiri. Ingat, Ayah mencampakkan aku yang dulu kecil di tangan seorang pria tua yang putrinya mati karena tersiksa oleh keadaan yang diciptakan suaminya sendiri. Aku tumbuh tanpa apa pun yang melibatkan kalian sejak saat itu. Jadi ... jangan pernah sangkut pautkan apa pun di antara kita." Xavier melenggang keluar dari area sofa. “Jangan buat semua makanan itu menangis, habiskan, lalu kalian pulang! Aku masih banyak urusan!”

...----------------...

Kekesalan Xavier atas kedatangan orang tua dan saudaranya terhapus dengan setumpuk pekerjaan bersama Luhde.

Seperempat jalan menuju tengah malam, dia baru selesai dan kembali ke dalam kamar.

“Aku harus mandi.” Saat keputusan itu dibuat, dia berada di antara dua helaian pintu---pintu kamarnya dan pintu kamar istrinya.

Handle resmi digenggam, tapi pandangannya seperti ditarik paksa ke pintu kamar sebelah berjarak tiga meter yang tertutup itu.

Ya, keputusan dibuat di hari pertama.

Dia dan Ashiana tidak akan tidur dalam satu kamar yang sama. Selain tak terbiasa dengan kehadiran orang asing, dia juga tak ingin puas menekan diri andai tak sengaja menyentuh bagian tubuh wanita itu di saat tidur.

“Setidaknya aku harus melihatnya, 'kan?”

Tidak membuang waktu dengan berdiri dan berpikir di tempat sama, Xavier bergeser ke pintu kamar Ashiana, menyentuh lalu mendorong perlahan daunnya hingga terbuka lebar.

“Sial!”

Cepat dia kembali menutup pintu, tidak jadi masuk. Sekarang berdiri waswas membelakangi.

“Bagaimana bisa dia tidur seperti itu?” gerutunya tak habis pikir. “Meskipun jiwanya tak sehat, tapi siapa pun pria akan terguncang dengan tontonan yang dia suguhkan.”

Saat pintu terbuka dan menampilkan ruangan dalam, yang didapati Xavier adalah Ashiana tengah terlelap dengan gaun tidur tersingkap naik ke atas, tidak ada Daphne. Lehernya yang jenjang melengak menoleh lebar ke arah kiri.

Sepertinya sangat kelelahan bermain hari ini.

“Aku bisa terbawa gila. Pria perkasa tidak pantas seperti ini. Menidurinya akan terkesan lebih jahat dari memenggal puluhan kepala musuh di tengah kecamuk perang. Ya, sangat keji untuk ukuran panglima seperti aku.”

1
Machan
komplotan penjahatnya itu
Machan
wew ah, sang pemberani ini
Oe Din
M*A*N*T*A*P*.....!!!!
ⱮαLєƒι¢єηт: Hehe!
Makasih, Kak.
Sehat terus ya ....😇
total 1 replies
Machan
tadinya dikira mo dijadiin anu'an ya, taunya hanya pelayan
Wan Trado
hmm typo dikit, yg penting bisa dipahami 😁🤝
ⱮαLєƒι¢єηт: Kalo penulis kejelipet jari pas lagi ngetik, kgk sadar jadi typo, berarti belon espreso... 🤣
total 1 replies
Oe Din
Tidak dari Luhde maupun Proka yang "setiap" padanya ( setia )
ⱮαLєƒι¢єηт: sudah revisi, kak. makasih koreksinya./Smile/
total 1 replies
Oe Din
Grim Hills, dari tanah mati...
Di tangan Xavier, berubah menjadi tanah mematikan ( untuk musuh2nya )...
Wan Trado
Hati-hati xavier jangan buat ashiana menjadi pelarian setelah apa yg mulai berkobar dari aegle..
Wan Trado: huahahaha diperjelas pulakk... 🤣🤣 ntar ada yg berimajinasi lagi.. 😆
ⱮαLєƒι¢єηт: Itu mah lato-lato dongks...🤣
total 4 replies
Oe Din
"Eagle" mulai beraksi ( Aegle )
Oe Din
Aegle khawatir jika sering melihat dada bidang Xavier, dia ngiler ...
/Drool//Drool//Drool/
ⱮαLєƒι¢єηт: Harusnya jangan kuatir ya, Kak. mending bawa baskom buat nampung ileran🤣
total 1 replies
Wan Trado
jangan bilang dadanya aegle yg terlihat.. 😆
ⱮαLєƒι¢єηт: bukan maen ....🤣
total 1 replies
Wan Trado
ehh diceritain pula bokong dan dadanya.. hihihi.. bikin kita berimajinasi lebih lanjut ajee.. 🤣🤣🤣
Wan Trado: si imin memang bisa ajee.. semua terjaga dalam kenangan kok min..
😆🤣
ⱮαLєƒι¢єηт: Jaga hati, jaga otak, jaga imun dan iman.
Tapi bebaskan imin! 🤣
total 2 replies
Wan Trado
keren 👍
Wan Trado
negosiator handal juga si Xavier yaa.. 😆
Wan Trado: wuihh jadi malu... 😊😊 tapi makasih jugalah pujiannya 😆😆
ⱮαLєƒι¢єηт: Anda juga komentator andal./Hey/
total 2 replies
Wan Trado
pastikan grim hills menjadi kota yg makmur, sehingga membuka mata kaisar pelit tsb yaa😁
Wan Trado: huahaha.. kalo lagi nga naek motor, kita yg bisa boncengan ama dia yaa.. 🤣🤣🤣
ⱮαLєƒι¢єηт: Iya, sampe kalo naek motor, tumpah kiri dan kanan.🏋️
total 4 replies
Oe Din
mencari "kesemalatan" diri ( keselamatan )
ⱮαLєƒι¢єηт: Otw revisi, Kak.
Terima kasih😄
total 1 replies
Machan
planga-plongo kek orang be9o
Machan: asal jan ampe bunyi aja/Chuckle/
ⱮαLєƒι¢єηт: Planga plongo sambi ngeden🤣
total 2 replies
Machan
dalam hati keknya dia takut
Was pray
setelah xavier bebas dari kutukan minta tlng juga sama wanita penopeng utk menyembuhkan ashiana ..
ⱮαLєƒι¢єηт: Wah, nanti disampaikan ya, Kak😁
total 1 replies
Wan Trado
pelitnya single up... 😆
Wan Trado: pake jurus jari tunggalnya shao lim laaa 😆 biar ga kejelimpet lagi tuh jari 🤣
ⱮαLєƒι¢єηт: Wkwkwk!
Aku belon lolos2 beguru sama Om Krejiap. idenya masih selip, jarinya banyak kejelimpet.🥲
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!