Gandari adalah gadis desa yang menjadi sebatangkara karena ibunya telah meninggal dunia, namun ia dinikahkan dengan Prama~ seorang anak juragan tanah didesa Waringin. padahal keduanya masih sangat muda pada saat itu..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon reni ambar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan
Bagja sudah sampai dirumahnya setelah mengganti pakaiannya didekat goa Waringin, ia kembali memakai pangsi hitam dan ikat kepala batiknya. Sementara atribut Bintang, ia simpan dipuncak gunung sana..
Baru saja ia masuk kedalam kamarnya, ia dikejutkan dengan seseorang yang tengah berdiri didekat laci mejanya seperti sedang menunggunya..
"Ju-juragan!!" seru Bagja kaget karena Juragan Darsa sudah berada didalam kamarnya
"Darimana kamu teh, Jang? Semalaman gak pulang.. Bikin hawatir saja!!" tanya Juragan Darsa dengan menatap heran pada Bagja
"Sa-saya.."
"Kamu punya teman baru sampai kamu lupa pulang dan menginap dirumahnya? Ah.. Sepertinya begitu ya, mengingat kamu ini sudah dewasa dan sudah harusnya memikirkan pernikahan" tebak Juragan Darsa dengan senyuman misteriusnya menatap Bagja
Entah kenapa, Bagja merasa berdebar tak karuan dan hanya bisa menundukkan kepalanya karena takut pada Juragan Darsa
"Kalau boleh tau, siapa temanmu itu? Bapak kan juga sudah seperti bapakmu yang telah mengurusmu dari kecil, jadi bapak berhak tau kan siapakah wanita itu?"
"Ju-juragan.. Te-teman saya laki-laki" Jawab Bagja gugup
"Oh, ya?" Juragan Darsa pun mendekat kearah Bagja dan mendekat kearah wajahnya
"Bukan Gandari orangnya?" tanya Juragan Darsa penuh penekanan
Deg.. Deg.. Bagja semakin berdebar tak karuan.. Ia merasa panik dan beberapa kali menelan ludahnya
"Ju-juragan ini bicara apa? Mana mungkin saya berani bersama Nyi Gandari.. Saya tidak pantas bersanding bersamanya" ujar Bagja merendah
Juragan Darsa pun tersenyum kecil mendengar ucapan Bagja
"Ah kalau sudah cinta mah gak bakal memandang semua itu atuh, Bagja!! Jujur saja.. kamu suka kan sama dia?" tanya Juragan Darsa dengan tatapan mengintimidasi
"Ti-tidak, Juragan!!" jawab Bagja gugup
Juragan Darsa pun melemparkan kertas lukisan kepada Bagja
"Lalu apa ini? Kenapa kamu membuat lukisan Gandari? Dari sekali lihat saja ketahuan bahwa itu adalah Gandari, sebab aku tau ciri khas lukisan tanganmu.. Jadi jujur saja kenapa kau melukisnya seniat itu?" tutur Juragan Darsa terus memaksa Bagja agar mengaku
"I-itu.. Nyai yang minta!! pada saat itu ia bilang ingin memberikannya pada Prama saat Prama berada dikota" jawab Bagja ngasal
Juragan Darsa pun tersenyum sambil manggut-manggut
"Hmm.. Cukup masuk akal juga!!" ucap Juragan Darsa
Tiba tiba Prama sudah berdiri diambang pintu mendengar percakapan bapaknya dan juga sahabatnya itu
"Lalu kenapa kamu gak kasih itu saat kamu ke kota?" tanya Prama lantang
Deg! Bagja semakin kalut karena Prama bertanya dihadapan Juragan Darsa.. Sontak Juragan Darsa pun menoleh pada Prama
"Ke kota? Maksudmu siapa yang ke kota?" tanya Juragan Darsa memastikan
"Lah masa bapak gak tau? dua hari sebelum aku pulang ke desa, dia ke kota sendirian!! Dia nyuruh aku pulang dan segera menemui Gandari.. Masa bapak gak tau sih!!" tutur Prama menjelaskan semuanya
"Tu-tunggu.. Tak ada yang menyuruhnya ke kota!! Apalagi kita semua tak tau alamatmu dimana!! Jangan ngawur, Pram!!" ujar Juragan Darsa merasa bingung.. Sementara Bagja mulai berkeringat dingin dan bingung harus berbuat apa
"Lah aku pikir Bapak ke dukun atau orang pinter semacamnya buat nanyain alamatku.. Lalu kalau bapak gak nyuruh siapa yang nyuruh dia?" tanya Prama yang juga merasa bingung
Juragan Darsa pun tersenyum dan menekan bahu Bagja dengan erat hingga pemuda itu ambruk ke lantai
"Siapa yang menyuruhmu ke kota, Bagja? Apa Gandari yang menyuruhmu?" tanya Juragan Darsa penuh penekanan
"Tapi dia tau dari siapa alamatku, pak? Dukun mana yang ia datangi?" timpal Prama bingung
"Jawab aku, jang Bagja!! Dari mana Gandari tau alamat Prama?" tanya Juragan Darsa lagi tanpa menghiraukan pertanyaan Prama
"A-aku.." Bagja semakin gugup dan merasa kehilangan nafasnya karena sesak.. Ia bingung harus jawab apa
Juragan Darsa pun mencengkram dagu Bagja hingga pemuda itu menatap kearahnya
"Wanita itu mendapatkan kekuatannya, bukan? Kekuatan yang diturunkan oleh ibunya yang selama ini tersembunyi dalam dirinya kini bangkit, bukan? iya, kan? Jawab aku, Bagja!! jawab!!" ujar Juragan Darsa merasa tak sabar dengan jawaban Bagja
Sementara Bagja hanya diam sembari mengepalkan tangannya dengan erat
"Tunggu.. Aku tak mengerti, bapak ngomongin kekuatan apaan sih? Masalahnya kan bukan itu sekarang!!" tutur Prama merasa bingung dengan situasi ini
Juragan Darsa pun menatap nyalang pada Prama
"Diam kamu! Jangan ikut campur urusanku!!" bentak Juragan Darsa
Deg! Prama merasa takut dengan tatapan nyalang bapaknya itu, ia pun segera menundukkan kepalanya dan tak ingin bertanya lagi
"Bagaimana, Bagja? Apa kau akan tetap diam hingga wanita itu kemari karena mendengar kematianmu?" tanya Juragan Darsa dengan nada mengancam
namun Bagja masih tetap diam, ia tak mau menjawab pertanyaan Juragan Darsa jika itu akan membahayakan Gandari.. Hingga akhirnya Juragan Darsa kehabisan kesabarannya dan mulai memukuli Bagja
"Bugh.. Bugh.. Duak.. Brakkkkk!! Duaghhhh"
Pukulan demi pukulan ia layangkan pada Bagja, namun Bagja masih tetap bungkam.. Padahal pemuda itu sudah babak belur dengan d4rah segar mengalir dari mulutnya
Prama tak kuasa menahan itu dan berupaya menghentikan aktivitas bapaknya
"Pak, sudah pak!! Bapak kenapa tega mukul si Bagja sih? Dia udah babak belur, pak!! Nyebut, nyebut!!" teriak Prama berusaha menyadarkan bapaknya, hingga akhirnya Juragan Darsa pun berhenti memukuli Bagja dan hanya bisa diam menatap tajam pada Bagja
"Kau berupaya melindungi gadis itu sampai rela mati aku pukuli? Hebat.. Inikah balasanmu untukku yang telah mengurusmu dari kau kecil?" tanya Juragan Darsa tak habis pikir
namun tiba tiba Dadang datang dengan keadaan yang kacau karena habis terseret arus sungai semalaman.. Ya, dia berhasil selamat walaupun didorong oleh Dudung..
"Juragan! Ada yang ingin saya tunjukkan!!" seru Dadang dengan wajah bersemangat
Juragan Darsa dan Prama pun menoleh pada Dadang, tapi tidak dengan Bagja karena ia merasa lemas habis dipukuli
"Mengganggu saja! Apa yang mau kamu tunjukkan, hah?" desis Juragan Darsa kesal
Dadang pun keluar sebentar dan masuk membawa Gandari yang ia ikat tubuhnya dengan bibir yang mengeluarkan d4rah segar karena Dadang memukulnya agar tidak terus berontak, lalu ia pun mendorongnya kehadapan Juragan Darsa
Brukkk! Gandari tersungkur tepat hadapan Bagja yang sudah lemah. Bahkan untuk membuka matanya saja Bagja tak sanggup
"Kang Bagja!!" pekik Gandari kaget dan berusaha mendekati Bagja, namun Prama langsung menghentikan Gandari dalam menggapai Bagja
"Neng.. Ini sebenarnya ada apa? Kenapa kamu sama si Bagja diperlakukan begini sama bapak?" tanya Prama bingung
Gandari langsung menatap Prama dengan matanya yang sudah sembab
"Kang Prama!! Kang Bagja itu tidak salah, kang!! Hiks.. Tolong dia..!!" lirih Gandari pilu
Juragan Darsa pun menoleh kearah Dadang
"Sebenarnya ada apa ini, Dang?"
"Dia itu Nyai Bulan, Juragan!! Saya melihat sendiri saat dia membuka cadarnya dihutan Pucung!!" seru Dadang menggebu
Senyuman misteris terbit dibibir Juragan Darsa setelah mendengarnya
"Apa? Hahahah.. HAHAHAHAH" tawa Juragan Darsa menggelegar seakan puas mendengarnya
"Kurung mereka berdua digudang sekarang juga!!" titah Juragan Darsa pada Dadang
"Loh.. Loh, Pak!! Ini ada apa sih? Apa maksudnya dan siapa Nyai Bulan, pak?" tanya Prama berusaha mencerna apa yang tengah terjadi
"Hahahah" Juragan Darsa hanya tertawa sembari menatap Prama, lalu pergi keluar dengan raut wajah sumringah