Psikopat Gila Jatuh Cinta

...\=\=\=\=\=\=\=\= • Next Story • \=\=\=\=\=\=\=\=...

Michael Nicolas ia memang seorang anak laki-laki yang rapuh, tangis Michael pecah setelah membaca lembaran surat dari ibu Amelia.

Michael tidak menyangka sang ibu yang bukan ibu kandungnya menyayanginya begitu dalam. Ia merawat, dan memperhatikan Michael meskipun hanya dua tahun saja ia merasakan kasih sayang seorang ibu dari ibu Amelia.

Dalam hati kecilnya ia memang memiliki rasa sayang pada Barra, Seperti yang ibu Amelia katakan di dalam surat itu Barra saudaranya tentu ikatan itu adalah sesuatu yang sangat berarti bagi Michael.

Michael menghapus air matanya, tetesan air mata ini adalah air mata murni yang tumpah karena rasa haru dan sedih yang menyelimutinya saat ini.

Michael merebahkan tubuhnya di kasur king size miliknya ia mengambil figura foto usang yang sudah lama ia sembunyikan dari sang ayah yaitu foto dirinya,ibu Amelia dan Barra saat dulu mereka masih utuh menjadi keluarga.

Michael memeluk figuran foto itu, ia mencoba memejamkan matanya. Ia ingin sekali ibu Amelia hadir dalam mimpinya ia ingin sekali memimpikan pelukan hangat ibu Amelia kembali.

...✍️(◔◡◔) ••• (◔◡◔)✍️...

Keesokan paginya, Arlleta yang tertidur di kamar serba putih itu membuka matanya ia merasa lebih baik saat ini. Matanya membulat sempurna ketika melihat jam dinding di kamar itu.

"Ah udah jam 8 gue telat bangun" Ucap Arlleta bergegas bangun dan lari ke kamar mandi di kamar itu.

Arlleta keluar dari kamar mandi setelah selesai mandi, ia pergi ke walking on closet Arlleta masih melihat baju-baju yang sama saat ia datang kemari. Ia mengambil satu baju midi dress berwarna purple.

Arlleta keluar dari kamar, ia menatap pintu kamar milik Barra yang tertutup rapat.

"Itu anak udah bangun belum ya, atau dia masih molor lagi" gumam Arlleta.

Arlleta pergi ke lantai bawah ia akan menemui bibi Adelia, Arlleta sudah sangat dekat dengan maid di rumah Barra terutama Bibi Adelia. Karena memang semua maid di rumah Barra jarang sekali yang melihat tamu kecuali dirinya dan sahabatnya Barra.

"Nona Arlleta sudah bangun" sapa maid yang berpapasan dengan Arlleta.

"Hmm sudah, lalu dimana bibi Adelia sekarang apakah kamu tahu?" Tanya Arlleta pada maid itu.

"Bibi Adelia ada di dapur nona" jawab maid.

"Terimakasih ya, aku mau ke bibi Adelia dulu" ungkap Arlleta.

Arlleta berjalan menuju dapur ia melihat ada piring kosong dengan hidangan di depan meja makan. Arlleta mengusap perutnya ia memang lapar sejak malam belum makan.

"Nona Arlleta sudah bangun!" Tanya Bibi Adelia saat melihat Arlleta berhenti di depan meja makan.

"Hah bibi, iya bi aku sudah bangun lalu dimana Barra?" Tanya Arlleta pada Bibi Adelia.

"Tuan muda sudah pergi sejak pagi bersama tuan Eddy nona" Terang Bibi Adelia.

Bibi Adelia paham jika Arlleta pasti sangat lapar karena memang Barra tadi persan untuk membuatkan makanan enak untuk Arlleta dia sedang kelaparan sejak malam tidak makan.

Barra sendiri pergi pagi-pagi sekali dengan Eddy, Eddy bilang ada masalah perusahaan yang memerlukan penangan khusus dari pimpinan mereka. Mau tidak mau Barra harus pergi ke perusahaan di bandingkan ke sekolah.

Sementara Arlleta dan dirinya izin dari sekolah yang telah di urus oleh Wildan. Maka Barra sengaja tidak membangunkan Arlleta biarkan ia istirahat itu maksud dari Barra. Dan ia dengan aman dan tenang pergi ke perusahaan.

"Nona Arlleta sebaiknya sarapan terlebih dahulu, tuan muda sudah berpesan agar nona tetap di sini hingga tuan muda kembali" Ucap Bibi Adelia.

"Jadi Barra tidak pergi ke sekolah juga bi?" Tanya Arlleta.

"Tidak nona, tuan muda pergi bersama tuan Eddy ke perusahaan" jawab Bibi Adelia.

'Barra keren ya semuda itu dia sudah punya perusahaan pantas saja dia mau investasi di coffe shop' ungkap Arlleta dalam hatinya.

Arlleta akhirnya memulai sarapan paginya dengan nasi goreng buatan bibi Adelia. Arlleta makan begitu lahap dan sangat menikmati nasi goreng tersebut.

Sementara di perusahaannya Barra sedang di buat naik pitam, ia baru saja mendapatkan informasi dari Eddy jika produk yang akan ia luncurkan sedang di sabotase perusahan baru yang di dukung penuh oleh perusahaan luar negeri.

"Jadi apa kau sudah menyelidiki hal ini Ed?" Tanya Barra dengan wajah yang rumit.

"Saya sudah menyelidikinya tuan muda, informan kita bilang perusahaan itu di dukung oleh perusahaan nyonya Anne Wales" Terang Eddy.

"Lalu apa yang terjadi di pabrik kita saat ini, pasti ada orang dalam yang membocorkan produk yang belum di ketahui publik itu kau cari siapa orangnya" Titah Barra.

"Sudah tuan muda, semua sudah beres anak buahmu sendiri sedang membawa ke ruang bawah tanah" Ungkap Eddy.

"Bagus, sekarang tugas mu cari tahu kapan nyonya Anne akan ke Indonesia dan kau atur kan jadwal temu dengannya" Ungkap Barra dengan kesal.

"Apakah kau yakin bos, nyonya Anne ada di pihak lawanmu dan kau ingin menemuinya?" Ungkap Eddy heran.

"Aku punya rencana lain Ed, kau pasti tahu permainan ku" Ungkap Barra dengan seringai psikopatnya.

"Baiklah" Ucap Pasrah Eddy.

Tok...Tok...Tok...

"Masuk" Ucap Eddy

"Maaf tuan apakah tuan muda mau saya buatkan kopi atau coklat hangat agar pikiran jadi lebih tenang" Ucap Citra yang memakai pakaian mini itu.

"Tidak perlu" ucap Barra lalu ia fokus pada laptop yang ada di hadapannya.

"Tidak nona Citra, sebaiknya kamu kembali bekerja" Ucap Eddy yang paham akan sikap Barra yang memang tidak pernah ramah pada Citra.

Citra menganggukkan kepalanya kemudian ia permisi meninggalkan Eddy dan Barra di ruangan direktur itu dengan kesal.

"Apa sih kurangnya aku, cantik pasti sexy juga, apalagi yang tidak ada pada ku hingga pak direktur muda itu tidak pernah melirik ku" Gumam Citra.

Saat Citra baru keluar dari ruangan direktur ia berpapasan dengan manajerial keuangan di perusahaan Barra yang telah lama menyukai Citra tapi cintanya tidak pernah mau di balas oleh Citra karena Citra mengincar pak direktur muda itu tentunya.

"Kenapa itu muka cemberut aja Cit?" Tanya Aditya manager keuangan di Bagaskara Grup.

"Lo ngapain kesini, jangan ganggu deh" Jawab kesal Citra.

"Idih kepedean yang mau gangguin lo siapa, gue di panggil pak Barra kali ke ruangannya" Terang Aditya menatap sinis Citra.

"Sono masuk sebelum bos ngamuk" Perintah Citra dengan wajah kesal.

"Di tolak pak Barra lagi ya, makanya jangan ketinggian kalau bermimpi mending sama gue" Goda Aditya pada Citra.

"Cih nggak Sudi lo nggak kaya kayak pak Barra" Jawab Citra.

"Beneran nih nggak sudi sama gue, Lo aja nggak pernah di lirik sama pak Barra malah mimpi jadi nyonya bos" Cibir Aditya, sebelum mengetuk pintu ruangan direktur.

...****************...

...****************...

...****************...