Istri Pilihan Mama

Meski makan hanya duduk di lantai yang dingin, namun wanita baik hati itu masih tetap bersyukur kepada Allah, masih bisa tinggal di rumah besar yang secara otomatis menjauhkannya dari laki-laki mata keranjang di luar yang sesekali melecehkannya. Masih bisa menikmati nasi dan lauk walau hanya sisa-sisa dari bekas suaminya. Dia masih bersyukur untuk itu semua.

Selama ini juga hidupnya serba kekurangan, belum lagi ditambah masalah demi masalah yang mendera, tetapi dia tetap dapat bertahan hidup, tabah dan bersyukur dengan segala cobaan atau nikmat yang Allah berikan padanya.

Selesai makan, membereskan meja dan mencuci piring kotor. Laras hendak kembali ke kamar alias gudang tempatnya tidur.

Mendadak langkahnya terhenti saat pria arogan itu tengah menghalangi langkahnya dengan raut wajah tanpa ekspresi. Datar dan dingin.

"Bagaimana pinggangmu, apa masih sakit?," tanyanya dengan nada rendah.

Laras terhenyak mendengar pertanyaan aneh dari pria kasar itu.

"Ada apa dengan dirinya? Mengapa dia sepeduli ini padaku?," Laras bertanya-tanya dalam hati, dia merasa ada yang tidak beres dengan Arga.

"Tidak apa-apa tuan..," Laras menunduk, tidak berani memandang pria angkuh itu.

Tanpa diduga, Arga lebih mendekat ke tubuh Laras. Laras mundur satu langkah. Dia merasa takut pria angkuh itu akan melakukan hal yang sama seperti hari-hari kemarin, menyakitinya.

"Hei, mengapa kau menjauh? Tidak perlu takut, aku tidak akan mencekikmu," Arga semakin mendekat.

Tangan pria itu secepat kilat merangkul pinggang Laras dan sengaja memegang lalu mencengkeram keras di bagian memar bekas benturan meja tadi pagi.

"Aaw tuan.., Sakit..," wanita itu sekuat mungkin mengatupkan gigi menahan rasa sakit di pinggang yang dicengkeram keras oleh suaminya.

"Mengapa? Sakit ya? Aku hanya memelukmu sedikit. Atau kau mau minta yang lebih dari ini?," seringai Arga dengan sorot mata menusuk.

Arga melepaskan cekalan di pinggang Laras. Tangannya berpindah ke perut Laras. Tangan itu merayap masuk dari celah baju kaos wanita itu. Menelusup tepat di perut wanita yang begitu mulus itu. Jari jemarinya mulai meraba dan mengelus-elus perut halus itu dengan lembut. Untuk sesaat Arga menikmatinya. Ya, jemarinya dapat merasakan kulit Laras begitu lembut dan halus.

"Tuan, lepaskan..," mohon wanita itu seraya menahan tangan Arga. Dia tidak mau laki-laki arogan itu menyentuh tubuhnya.

"Mengapa? Aku kan suamimu, jadi aku berhak melakukan apa saja yang aku mau? Kau juga tahu kan kalau tadi malam kita belum melakukan apa-apa. Bagaimana kalau malam ini kita melakukannya? Kau juga pasti sudah menginginkannya kan, wanita kotor?!," pria sombong itu tersenyum sinis memandangi lekuk tubuh Laras.

Dengan kasar Arga menarik pakaian yang dikenakan Laras. Membuka paksa baju kaos oblong yang masih melekat di tubuh Laras. Menariknya ke atas, melewati kepala, hingga terlepas dan melemparnya ke lantai. Wanita itu kini hanya mengenakan bra saja.

Kini tampak dengan jelas tubuh Laras yang berkulit putih, mulus dan bersih.

"Tuan, jangan!," pekik Laras menutup bagian dadanya dengan kedua telapak tangan.

Hatinya bergetar, semakin takut dengan sikap Arga yang kian brutal, tidak terkontrol dan terkesan mulai melecehkan dirinya. Ya, dia memang istrinya namun dia tidak ingin melakukannya dengan unsur paksaan. Bukankah hubungan bercinta harus dilakukan atas dasar suka sama suka? Cinta sama cinta? Bukan pemaksaan seperti saat ini yang dilakukan Arga.

Pria kejam itu tidak menghiraukan pekikan istrinya. Dia dengan tenaganya yang kuat, semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Laras. Sehingga tubuh Laras terhimpit ke tembok oleh tubuh besar laki-laki itu. Dia benda bulat di dada Laras pun ikut terhimpit karena tubuh Arga.

Arga mencium leher putih Laras, tetapi bibirnya tidak mengenai kulit leher Laras. Mencium nya dengan jarak 2 centi meter. Tetapi itu cukup membuat Laras panik hingga agak menarik lehernya ke samping.

Arga menarik kedua tangan Laras yang menutupi dadanya, kemudian mencekal dan menahan kedua tangan wanita itu di tembok, sehingga kini Arga bisa leluasa melihat dada wanita itu.

Kemudian Arga melanjutkan ciumannya ke bagian dada Laras, tetapi tetap dengan gerakan yang sama. Arga tidak menempelkan bibirnya ke kulit Laras, hanya menciuminya dengan jarak 2 centi meter.

Laras memejamkan mata, merinding dengan perlakuan Arga yang semakin membuatnya takut.

"Tuan, aku mohon jangan tuan!," pinta Laras dengan derai airmata yang sekarang tidak terbendung lagi. Tumpah deras membasahi wajahnya yang tampak sangat pucat ketakutan.

Dengan sekuat tenaga, Laras masih berusaha melepaskan diri dari cengkeraman laki-laki bengis itu. Laki-laki yang dari kemarin tak henti menghina dan menyiksanya.

Laras merasa tidak ikhlas memberikan tubuhnya kepada laki-laki yang telah menyakiti lahir dan batinnya.

Dengan sekuat tenaga Laras mencoba berontak, akhirnya kedua tangan Laras yang ditahan Arga ke tembok terlepas juga. Dengan cepat Laras menggerakkan kedua telapak tangan menutupi dadanya yang menjadi santapan liar mata Arga yang saat ini sedang bersusah payah membasahi kerongkongannya yang kering karena melihat aset indah yang dimiliki Laras.

Apapun yang akan terjadi, Laras tidak ikhlas tubuhnya disentuh oleh laki-laki bengis tak berperikemanusiaan itu.

...*******...