NovelToon NovelToon
Berdua : Menjadi Penakluk Bersaudara

Berdua : Menjadi Penakluk Bersaudara

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Cinta Terlarang / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Alif R. F.

Dua bersaudara kakak beradik yang sudah lama memainkan MMORPG menggunakan kapsul DDVR (Deep-Dive Virtual Reality) tiba-tiba berpindah dunia disaat mereka sedang menunggu tutupnya server.

Adik perempuan yang bernama Rena sudah bertahun-tahun menggunakan kapsul DDVR yang sekaligus digunakan sebagai penunjang kehidupan karena dirinya yang mengalami koma akibat kecelakaan di masa lalu, akhirnya bisa mengalami dunia nyata meskipun dengan tubuh yang berbeda dan di dunia yang berbeda pula.

Berbeda dengan kakak laki-lakinya, Reno, yang sudah mempersiapkan pernikahannya sementara semua impiannya hampir sudah tercapai semua kini harus dihadapkan dengan situasi yang berbeda, di dunia dan dengan tubuh yang berbeda, sama sekali tidak memiliki jalan untuk kembali.

Apakah Reno akan mengalah dengan adiknya, Rena, dan hidup di dunia baru sebagai seorang Penakluk? atau dia akan tetap berusaha mencari jalan pulang sementara meninggalkan adiknya di dunia yang asing dan kejam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif R. F., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#13 – Kemenangan Tipis IV

Setelah terbantainya pasukan pembelot yang menginisiasi serangan ke kemah pasukan nya, kini Durrand yang juga telah mendapatkan peningkatan kekuatan fisik dari sebotol vial berisikan ramuan berwarna bening pemberian Auriel, dengan pasukan nya ia berbaris berjalan menuju Kelemborr yang mana kini sisa pasukan Pembelot telah mengunci diri mereka di balik benteng yang mengelilingi kota.

Durrand berjalan kaki dan berbaris bahu membahu dengan para prajurit infanteri nya di depan gerbang bentang kota, sedang dirinya hanya berpakaian zirah cadangan yang sama dengan apa yang dipakai oleh para para prajurit Infanterinya.

Terlihat dari tempat ia berdiri, Durrand bisa melihat masih terdapat ribuan prajurit pembelot yang mengisi battlement dan menara pengawas. Dari bawah, ia juga bisa melihat bagaimana artileri sihir yang terpasang di setiap menara pengawas yang berbentuk seperti tiang pancang dengan bola kristal sihir di atas nya tampak sudah rusak dan tidak berfungsi dengan cahaya sihir yang tidak menyala.

"Mendiang paduka … apakah beliau melakukan semua itu?" gumam Durrand terpaku pada satu menara pengawas yang kini diisi oleh para pemanah.

Terry yang berdiri di sebalahnya pun mengangguk pelan. "Paduka …beliau benar-benar melakukan ini semua demi agar kita bisa merebut kota. Jika saja artileri sihir tidak disabotase, kita semua sudah mati di sini."

Paduka … saya berjanji akan membalaskan dendam anda dan juga merebut kembali kerajaan ini yang hendak direbut.Pikir Durrand, menunduk.

"Yang mulia … soal para pemberontak … nampaknya anda benar tentang keikutsertaan kekaisaran suci Ventoria. Pasukan yang melawan kita di Barowind, salah satu komandan nya, saya mengenalnya. Saya menemukannya tidak sengaja saat mengecek para pembelot yang telah anda bunuh sendirian."

"Memangnya siapa dia? Apakah anda mengenalnya secara pribadi, Terry?" tanya Durrand dengan tatapan prihatin.

Mata Terry tampak memurung, keningnya juga terlihat mengerut. Ia tampak ragu untuk mengatakannya, namun tatapan tenang Durrand justru memberanikannya. "Dia … dia adalah kakak ipar saya, yang mulia."

"Lalu, apakah kakak perempuan anda masih ada?"

"Ada … dia tinggal di wilayah Maeynfeld, di wilayah duke Leofric."

Durrand mendongak melihat betapa tingginya benteng yang ada di depannya. Namun dengan tatapan yang penuh keyakinan, ia pun mulai berjalan mendekat. "Apakah anda khawatir dengan kakak perempuan anda akan saya eksekusi karena berasal dari keluarga pemberontak?"

Durrand tidak menjawab dan hanya memalingkan wajahnya ke samping.

"Tidak perlu khawatir, Terry," ucap Durrand mulai mengambil ancang-ancang untuk berlari. "Saya tidak akan melibatkan mereka yang tidak terlibat."

Dan Durrand pun mulai berlari dengan begitu cepat. Ia berlari dengan kecepatan kurang lebih 60 km/jam. dan dengan kecepatan secepat itu, dengan jarak benteng dan pasukan nya yang hanya sekitar 50 meter, ia pun sampai dengan begitu cepat dan mengejutkan para prajurit garnisun pembelot yang belum sempat bereaksi dengan apa yang terjadi.

Durrand pun mulai melompat setinggi 10 meter, setengah dari tinggi benteng, lalu menempel di temboknya dengan jari-jemarinya yang menjebol sela-sela batu dengan begitu kuat dan presisi. Kemudian dengan sedikit ancang-ancang dan hentakan kaki, ia pun melompat dan langsung berpegangan di Merlon benteng.

Prajurit pembelot yang tidak menyadarinya, dan hanya berdiri di dekat dimana Durrand berpegangan pun menjadi korban pertamanya dengan terlempar ke bawah benteng. Sang prajurit pun gugur seketika dengan kepala yang mendarat terlebih dulu.

Kini Durrand berdiri di atas Battlement, berhadapan dengan para prajurit pembelot dari dua sisi, depan dan belakang.

Para prajurit yang belum sempat memproses apa yang terjadi pun menjadi korban Durrand berikutnya satu-persatu dengan terlempar ke bawah benteng setiggi 20 meter. Durrand melakukannya dengan cepat sambil terus berlari menuju House Gate (gerbang benteng) yang mana di atasnya ada sebuah roda pemutar untuk membuka dan menutup gerbang besi angkat.

Durrand pun mulai memutar roda tersebut, yang mana biasanya membutuhkan lima sampai sepuluh orang untuk mengangkatnya, ia melakukannya sendirian dan dengan kecepatan yang lebih cepat.

"A-apakah ini karena aku yang menjadi kuat, atau memang gerbang ini saja yang memang ringan sejak awal."

Durrand melihat ke bawah bagian dalam kota, dan melihat pasukan tambahan pembelot yang berjumlah ribuan mulai berbaris dan mendekat.

Durrand yang penasaran dengan batasan fisiknya pun langsung memilih untuk melompat dari ketinggian 20 meter, langsung ke arah pasukan pembelot yang bahkan belum cukup dekat. Ia pun mulai berancang-ancang dan melompat jauh.

Durrand mendarat tepat di depan barisan terdepan pasukan pembelot dengan mulus tanpa terjadi apa-apa. Kini ia telah mengujinya, dan dia pun langsung menyerang para prajurit pembelot dengan pedang mereka sendiri.

Satu persatu pasukan pembelot yang hendak membantu pun mulai berguguran, sementara pasukan Durrand sudah mulai melewati gerbang dan mulai menyebar, membagi setiap regu ke jalan-jalan kota untuk menelusurinya. Kini pasukan Durrand yang kurang lebih sekitar 230 ribu pun mulai memenuhi pinggiran kota dan mulai memasuki bagian tengah, sambil terus membunuhi para pasukan pemberontak.

Situasi kota yang sepi dengan para penduduk sipil yang mengunci diri mereka di rumah, membuat penyisiran menjadi mudah bagi pasukan Durrand. Kini, kemenangan pun sudah berada di depan mata, dan tinggal selangkah lagi, Durrand akan berhasil menyelamatkan kota dan kerajaannya.

****.

Setelah melewati rintangan para pasukan Pembelot yang seakan tiada habisnya, Durrand dan pasukannya pun sampai di alun-alun kota, yang mana terdapat tumpukan mayat kesatria kavaleri bersama kuda-kuda mereka yang juga saling bertumpuk. Sedangkan tepat di puncaknya, tubuh Raja mereka tersalib dengan keadaan kepala yang tertancap di tombak di sebelahnya.

"Padukaaa!" Teriak Terry histeris dengan air matanya yang mulai tumpah. "Cepat … cepat turunkan tubuh mulia Paduka!"

Para prajurit Infanteri pun mulai menanjaki tumpukan mayat dan mulai menurunkan tubuh Randall dari salib. Sementara Durrand di sisi lain hanya bisa tertunduk sambil mengepal tangannya erat-erat.

Aku akan membunuh kalian! Aku akan membunuh kalian dengan sangat … sangat … sangat lambat! Aku akan menikmati setiap detiknya untuk menguliti kalian! Wahai para bajingan pembelot!

"Terry, tolong evakuasi tubuh para pejuang dan juga mendiang paduka. Perintahkan juga seluruh prajurit untuk membereskan segalanya," perintah Durrand tanpa menoleh.

"Tapi yang mulia … pertempuran belum selesai," jawabnya. "Mereka para bangsawan pembelot pasti sedang berada di dalam kastil kerajaan, begitu juga dengan para kesatria hitam. Anda tahu sendiri betapa kuatnya mereka."

"Sudah … ini semua sudah selesai," ucap Durrand dan mulai berjalan. "Dan satu hal yang pasti setelah memperhatikan gerakan para kesatria hitam, saya bisa memastikan bahwa mereka sama sekali tidak sekuat saya. Mereka hanya memiliki perlengkapan yang … yang ajaib saja. saya yakin itu."

Terry mengangkat dagunya dengan bangga. "Baik yang mulia. Serahkan semuanya kepada saya."

Sementara Durrand mulai menjauh dari pasukannya yang terus memindahkan mayat, para kesatria hitam menunggunya di dalam kastil kerajaan dengan acuh tak acuh, merasa tenang karena menganggap perlengkapan ajaibnya yang terbuat dari logam yang belum pernah ditemukan sebelumnya, mampu mengalahkan siapapun dengan mudah.

"Mari lihat … seberapa kuat logam hitam yang kalian banggakan dibandingkan dengan pukulanku."

****.

Bersambung ….

***.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!