NovelToon NovelToon
Sisi Lain Dari Pagar Sekolah: Pengalaman Dan Penyesalan

Sisi Lain Dari Pagar Sekolah: Pengalaman Dan Penyesalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Teen School/College / Slice of Life
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Aku punya cerita nih, soal dunia ku yang banyak orang bilang sih kelam, tapi buat ku malah keren dan penuh dengan keseruan. Aku punya circle, sebuah geng yang isinya anak-anak yahut yang terkenal jahil dan berani. Seru abis pokoknya! Mereka itu sahabat-sahabat yang selalu ada buat ngelakuin hal-hal yang bikin adrenaline kita ngacir.

Kita sering hang out bareng, kadang sampe lupa waktu. Dari yang cuma nongkrong asyik di tempat-tempat yang biasa kita tongkrongin, sampe yang agak miring kayak nyoba barang-barang yang sebenernya sih, yah, kurang direkomendasiin buat anak muda. Tapi, yah, lagi-lagi itu semua bagian dari mencari identitas dan pengalaman di masa remaja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 28

Aku lihat Gina melirik ke arahku dengan tatapan tajam, bikin aku langsung merasa ada yang salah. Tadinya aku lagi ketawa seru-seruan sama temen-temen, tapi begitu lihat ekspresi Gina, tawa pun langsung hilang. Aku buru-buru turun dari motor dan jalan cepat ke arahnya.

"Gin, ada yang sakit enggak?" tanyaku dengan nada cemas sambil ngulurin tangan.

Gina masih duduk di siring, mukanya merah entah karena marah atau malu, atau mungkin dua-duanya.

"Enggak ada!" jawabnya singkat, menepis tanganku dengan kasar.

Aku cuma bisa nahan marah. Jujur, pengen rasanya ngomongin balik, tapi aku cuma tersenyum aja, berusaha tenang.

Sementara itu, ada beberapa orang yang bantuin tegakin motor Gina yang sempet jatuh ke siring dan bawa motor itu ke atas, ke jalan yang enggak terlalu licin. Gina masih kelihatan kesal banget.

"Bang, motornya ngapain dibawa ke atas? Aku mau pulang!" teriaknya keras. Sumpah, nih orang bener-bener enggak ada rasa terima kasihnya sama sekali. Udah dibantuin, masih aja ngelunjak.

"Lu nggak sekolah?" tanyaku penasaran, mencoba mencari alasan di balik tingkah Gina yang makin aneh.

"Orang goblok kayak lu mana punya otak. Baju gue udah kotor, malu lah ke sekolah kayak gini," jawab Gina dengan nada sinis sambil berusaha naik ke atas tepi jalan.

Tapi sialnya, dia hampir terpeleset. Aku langsung refleks nangkep tangannya, tapi malah apes, Gina jatuh lagi dan kali ini aku juga ikut terjerembab ke bawah.

"Males aku berurusan sama orang goblok," ketus Gina sambil berdiri dan mengibaskan tanah dari bajunya. Tanpa banyak omong, dia langsung naik ke atas buat ambil motornya.

Aku berdiri pelan-pelan, merasa sakit di beberapa bagian tubuh tapi lebih banyak merasa kesal. Gina nyalain motornya dan dengan cepat memutar arah, untungnya dia nggak jatuh lagi ke siring. Ada beberapa orang yang lihat kejadian itu, tapi banyak juga yang cuma lewat aja, mungkin takut telat ke sekolah.

"Bangkek memang si Gina," batinku sambil menahan tawa campur kesal.

Aku jalan balik ke motorku dan coba menghidupkan mesin. Ragu sih, antara berangkat ke sekolah atau balik aja ke rumah dan bolos. Kejadian tadi bikin mood sekolah hilang total.

"Eh, dek," tiba-tiba aku merasakan ada yang nepuk bahuku dari belakang.

Refleks aku menoleh, dan mataku langsung bertemu dengan sosok cowok yang rasanya enggak asing. Oh, ternyata seorang siswa SMK.

Dari seragamnya aja udah ketahuan kalau dia anak SMK, bukan anak SMP yang biasa aku lihat setiap hari.

Aku yakin dia sudah melihat drama aku dengan Gina dari awal. Tapi, balik lagi ke abang ini, dia berdiri di sana dengan postur yang tinggi, badannya kekar, dan senyum yang bikin jantungku deg-degan.

"Ganteng banget," batinku.

Ini bukan cuma ganteng biasa kayak cowok-cowok di SMP yang selama ini aku kenal. Memang di SMP banyak yang ganteng, tapi abang ini beda. Dia lebih dewasa, lebih mempesona. Kalau diibaratkan, cowok-cowok SMP itu kayak pulu-pulu.

"Dek, kamu pulang ke rumah? Enggak jadi sekolah?" tanyanya dengan nada khawatir, sambil merhatiin seragamku yang terlihat agak belepotan.

Dan yah, baru deh aku sadar kalau rokku kotor banget. Untungnya baju sama jilbab aman-aman aja.

Oh iya, lupa ngasih tahu, sekarang udah dapet baju seragam, otomatis wajib pake jilbab bagi yang muslim.

"Tetep sekolah, Kak," jawabku cepat, sambil nyengir canggung.

Dia mengangguk pelan, tapi ekspresinya masih sedikit khawatir. "Kalau masih tetep mau ke sekolah, lebih baik pulang dulu terus ganti baju," sarannya sambil melihat-lihat sekeliling, kayak lagi cari solusi cepat.

"Takut telat, kak. Hari ini ada ulangan harian," jawabku. Rasanya sangat disayangkan kalau aku harus bolos, terutama setelah aku begitu keras belajar. Otakku rasanya sudah seperti kebara.

"Lah, roknya?" tanyanya dengan muka bingung.

Aku cuman nyengir, mencoba untuk nggak panik. "Tenang, Kak," ucapku sambil mencoba tampil percaya diri.

"Ada solusinya," lanjutku, sambil menyipitkan mata.

Aku pun mulai menarik sedikit rokku, dan terlihat jelas bahwa aku dobel celana training.

Aku ngeliatin ekspresi wajahnya yang tadinya bingung, berubah jadi kagum dan akhirnya nggak bisa nahan tawa.

Aku ngalihin pandangan karena malu dan aku lihat dia lagi, dan sialnya, dia masih ketawa. Tapi entah kenapa, ngeliat dia kayak gitu malah bikin aku senyum sendiri.

Apa daya, aku sampe terpesona sendiri sama caranya ngeliatin aku dengan senyum lebar gitu.

"Kamu kreatif banget, deh!" katanya sambil masih tertawa.

\~\~\~

Sampai di sekolah, aku mencoba menahan senyum. Aku tahu pasti banyak yang memperhatikan aku karena rokku kotor bekas nyemplung ke siring tadi pagi.

"Alisa, lu ngapain?" tiba-tiba suara tawa Lia datang, sambil langsung merangkul bahuku.

Aku coba nahan ketawa. "Biasa, main perosotan," jawabku sambil mencoba santai.

"Pantesan rok lu kotor kek gitu," ledeknya sambil nyengir.

"Kelakuan SD jangan bawa-bawa ke SMP dong. Kita kan udah dapet seragam baru," komentar Bina sambil ketawa bareng.

"Ye lah tuh. Aku ke WC dulu ya, bye bye," ucapku sambil melambaikan tangan ke arah mereka berdua, lalu buru-buru ngacir ke arah WC.

"Kayaknya otaknya kejedot deh," komentar Lia yang masih terdengar sampe di telingaku, tapi aku udah nggak peduli.

Aku langsung ngebut ke WC, pengen lepas nih rok yang bikin malu.

\~\~\~

Aku masuk ke kelas dengan langkah hati-hati, memakai celana trening dan tas di punggung. Hati aku deg-degan, soalnya udah pasti masuk jam pelajaran dan guru udah ada di kelas. Pas nyampe, Bu Rima langsung nanya, "Kenapa kamu telat dan kenapa pakai celana?"

"Maaf Bu, tadi rok saya kotor karena jatuh, jadi pakai celana aja," jawabku dengan suara yang coba diatur se-tenang mungkin.

"Ya sudah, sana duduk," ucap Bu Rima dengan suara yang nggak terlalu kesel.

"Makasih Bu," ucapku sambil senyum manis, coba ngasih kesan kalau aku nggak bermaksud bikin kacau suasana kelas.

Aku berjalan ke bangkuku dan langsung duduk dengan perasaan agak tegang. "Lu nyungsruk di mana?" tanya Miranda setengah berbisik ke arahku.

"Di siring," jawabku dengan santainya.

Sebelum ulangan dimulai, Bu Rima memberikan instruksi dengan tegas. "Sebelum ulangan, ibu mau di atas meja hanya ada kertas selembar dan alat tulis saja. Jangan ada yang mencontek," ucapnya dengan suara yang jelas dan tegas.

"Baik Bu," ucap kami serempak, dengan langkah yang lebih hati-hati karena atmosfer yang mendadak berubah serius.

Semua barang yang tidak berkaitan dengan ulangan harian pun dimasukkan ke dalam laci.

Soal ulangan dibacakan oleh Bu Rima dengan suara yang mengisi ruangan yang tadinya ramai jadi sunyi senyap.

Enggak ada yang berani toleh-toleh, takut ketahuan ngintip atau mencontek.

Memang dulu pernah terjadi kasus di mana ada yang nyoba-nyoba nyontek, dan langsung ketahuan. Kertas ulangannya langsung dirobek di depan mata dan diberi nilai nol tanpa bisa minta ulangan susulan.

"Yang ibu butuhin kejujuran. Percuma nilai bagus kalau hasil nyontek," ucap Bu Rima dengan suara yang masih terdengar tegas, tapi juga ada kelembutan di dalamnya.

Kami semua hanya bisa diam, fokus pada soal ulangan masing-masing. Memang, yang Bu Rima butuhkan memang kejujuran. Tapi kebanyakan murid itu butuhnya nilai yang di atas KKM.

\~\~\~

Bete banget deh, orang-orang selalu bilang nilai cuma angka. Padahal, angka itu bisa bawa dampak gede banget, lho, terutama buat pandangan orang lain.

Apalagi kalau nilainya kayak aku, yang nggak pernah memuaskan.

Aku udah biasa disebut-sebut bego, goblog, beloon, sampe O2N. Nggak nyenengin banget sih dengerinnya. Bikin makin insecure aja.

1
Amelia
halo salam kenal ❤️🙏
Atika Norma Yanti: salam kenal juga ya😄
total 1 replies
Anita Jenius
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Anita Jenius
seru nih mengangkat masalah pembullyan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!