NovelToon NovelToon
Dunia Itu Sempit

Dunia Itu Sempit

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter Genius
Popularitas:39k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Lima tahun lalu mereka menikah, lima tahun lalu mereka juga bercerai. Divi Taslim, pria itu tidak tahu ibunya telah menekan istrinya–Shanum Azizah meninggalkannya. Kepergian wanita itu meninggalkan luka di hati Divi.

Ternyata, dunia begitu sempit, mereka kembali bertemu setelah lima tahun lamanya. Bukan hanya sekedar bertemu, mereka partner kerja di salah satu rumah sakit.

Bagaimana ceritanya? Mari ke DIS!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kita Kembali Menikah

💐💐💐

Shanum melangkah pelan memasuki kamarnya yang gelap setelah membuka pintu, langkahnya sedikit mengangkang dengan salah satu tangan memegang pinggangnya yang sempat tersenggol oleh mobil saat menyelamatkan Medina. 

Setelah menyalakan lampu, Shanum tersentak kaget menemukan Divi duduk menyilang kaki di tepi kasur dan mengumbar senyuman ringan.

“Kenapa kamu di sini? Masuk sembarangan ke kamar orang. Keluar!” usir Shanum dengan mengarahkan jari telunjuk ke pintu. 

Divi berdiri, lalu berjalan mendekati lemari, bukannya meninggalkan kamar itu. Pria itu menarik laci lemari, lalu mengeluarkan sebuah cincin pernikahan berwarna silver dari laci itu yang merupakan milik Shanum. Kemudian, Divi mendekati mantan istrinya itu, di mana wanita itu berdiri bingung dengan tingkah ayah dari anaknya itu. 

“Kita kembali menikah. Kita perbaiki hubungan kita yang sempat hancur,” kata Divi sambil memasangkan cincin itu ke jari manis kanan Shanum. 

Shanum masih diam. Ia bingung cara merespons tingkah Divi saat itu. Shanum menarik keras tangannya dari genggaman tangan Divi, bertingkah seakan baru sadar dengan tingkah pria itu. 

Setelah itu, Shanum berusaha melepaskan cincin pernikahan yang dipasangkan Di di jari manisnya yang sedikit sulit untuk dilepaskan. 

“Jangan lepaskan. Kita kembali bersama dan menjaga Denis,” tahan Divi sambil menggenggam kedua tangan Shanum dan menunjukkan wajah memelas. 

“Restu Mamamu masih menjadi penghalangnya.”

“Setelah kejadian hari ini Mama pasti akan merestui kita. Meskipun dia memikirkan status dalam hubungan kita, dia juga manusia yang punya hati. Dia pasti tersentuh dengan bantuanmu hari ini,” ucap Divi, antusias. 

Shanum diam, tidak terlalu yakin dengan perkataan Divi. Wanita itu menatap Divi dengan mata sedikit menyipit dan dahi mengerut. 

“Sayangnya aku membantunya bukan untuk menyentuhnya,” ketus Shanum. 

“Aku tau. Tapi … sudahlah! Hmm … kita kembali bersama, ya?” Divi masih menggenggam kedua tangan Shanum. “Demi anak kita.” Divi berusaha membujuk. 

Shanum diam dalam beban pikirannya karena takut salah langkah. Wanita itu memalingkan muka agar lebih fokus berpikir sampai akhirnya pandangannya kembali diarahkan kepada Divi yang berdiri di hadapannya.

“Baiklah.” 

Divi langsung memeluk Shanum dengan erat dalam jiwa bahagia. 

***

Divi menyajikan masakannya di hadapan Shanum yang duduk sejak setengah jam lalu sambil memainkan ponselnya. Sesekali mata Shanum curi-curi pandang memperhatikan Divi fokus memasak makanan kesukaannya. 

“Makanan favorit Denis, apa? Biar nanti aku bisa memasaknya untuknya,” kata Divi dengan perasaan bahagia setelah mendengar keputusan Shanum yang akan mencoba memperbaiki hubungan mereka. 

“Sama. Dia juga suka sop buntut,” jawab Shanum dan kembali mengarahkan pandangan ke layar ponsel.

Setelah fokus Shanum beralih ke ponsel yang ada di tangannya, Divi sudah tiba-tiba muncul di hadapannya dengan semangkuk sop buntut buatannya yang menyerbakkan bau sedap yang membuat fokus Shanum langsung teralihkan dari gawai di tangannya dengan ekspresi sedikit kaget menatap semangkuk masakan berkuah suaminya itu. 

“Cicipi,” ucap Divi sambil duduk. 

Shanum mengambil sendok dan menciduk sedikit kuah sop itu, mencicipinya, dan membuat kedua bola matanya membelalak kagum dengan rasanya. 

“Bagaimana?” tanya Divi, tersenyum. 

“Enak,” balas Shanum dan kembali mencidukkan sendok ke dalam makanan itu dengan antusias. 

Divi yang duduk di sisi kiri Shanum memainkan tangan menepikan rambut Shanum ke belakang telinga wanita itu. 

“Maafkan aku atas sikapku sejak bertemu denganmu. Semua itu kulakukan karena aku masih berpikir kamu mengkhianatiku. Sebenarnya aku masih memiliki perasaan sama dan tidak pernah pudar  sejak saat itu,” jelas Divi. 

“Benar. Dia tidak salah. Bukankah aku yang sudah membohonginya lebih dulu? Wajar dia marah dan membenciku,” kata Shanum, dalam hati. 

“Papa …!” Denis berlari memasuki dapur dan memeluk Divi, di mana Mahen baru berdiri di ambang pintu dapur dengan senyuman yang ditunjukkan melihat kakaknya dan Divi berdua di dapur. 

“Anak Papa bangun.” Divi menarik Denis ke atas pangkuannya. 

Baru beberapa menit Denis duduk dan dicandai oleh sang ayah, suara ketukan pintu yang cukup keras menarik perhatian mereka termasuk bocah itu. Pandangan di arahkan ke pintu dapur, termasuk Mahen yang menoleh ke belakang.

"Siapa yang ngamuk malam-malam ke rumah orang," celoteh Mahen sambil berjalan menghampiri pintu utama rumah.

Setelah Mahen pergi, Divi kembali mengajak bercanda putranya itu dan Shanum memperhatikan mereka dengan senyuman sambil menyantap masakan mantan suaminya itu.

Langkah kaki yang cepat dari belakang kembali menarik perhatian mereka, mereka menoleh ke belakang sampai akhirnya kembali mengarahkan pandangan ke depan, menatap seseorang yang baru masuk, yaitu Medina. Wanita paruh baya itu menyelonong masuk dan tidak menghiraukan perkataan Mahen yang berusaha menenangkannya.

"Ternyata kamu di sini. Kembali ke rumah sekarang juga! Nesia dan keluarganya ada di rumah, mereka sudah menunggumu sejak tadi. Dari tadi di telepon, tidak dijawab-jawab. Pesan juga tidak dilihat." Medina berbicara dengan nada kesal.

Medina mengalihkan pandangan dari Divi kepada Shanum. Raut wajah datar ditunjukkan Shanum, tidak peduli dengan kekesalan yang singgah pada wanita itu krena tidak menyinggungnya.

Mata Medina tidak sengaja terarahkan pada jari manis kanan Shanum, di mana cincin pernikahan yang pernah dibelikan Divi berada di sana. Medina tersenyum licik, membuat Shanum menoleh ke arah Divi dengan wajah bingung, begitu juga dengan pria itu.

Medina menarik tangan Divi, berusaha mengajak anaknya itu meninggalkan kediaman Shanum dengan paksa. Divi terpaksa menurunkan Denis dari pangkuannya dan mengikuti jejak Medina melewati keberadaan Mahen yang duduk di samping

1
Yuli Purwati
lanjut....
Mariyam Iyam
lanjut
Mas Tista
Luar biasa
Bungatiem
sahnum seneng banget tabrakan dah
aca
namanya Denis apa. riza seh
Ig: Mywindersone: Denis, Kak ... salah tulis.
total 1 replies
S. M yanie
semangat kak
LISA
Siapa y dia
LISA
Apakah Divi mau kembali pd Shanum
LISA
Ceritanya menarik nih
LISA
Aq mampir Kak
Anita Jenius
5 like buatmu ya kak. semangat terus.
Ig: Mywindersone: Terima kasih.🥰
total 1 replies
Anonymous
👍🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!