Sinopsis :
Mozea Cantika alias Zea, si hijaber sekolah yang galak dan tidak suka pelajaran matematika. Alzio Ray alias Zio, si kapten basket ganteng dengan tubuh jangkung, hidupnya sempurna nyaris tidak ada celah. Apa jadinya jika dua orang ini dipaksa menikah karena perjodohan orangtua mereka?.
Di sekolah mereka saling membenci, bahkan saling panggil dengan nama ledekan yaitu si keong dan si kodok. Di rumah mereka harus berakting menjadi pasangan suami istri muda yang romantis untuk menyenangkan hati orangtua mereka. Meski demikian Zea dan Zio sepakat merahasiakan pernikahan mereka dari teman-teman di sekolah.
Kata orang benci dan cinta adalah rasa yang sangat tipis perbedaannya. Mungkin karena terbiasa bertengkar dan bersama, tumbuhlah rasa cemburu dihati mereka, sebuah rasa tidak suka jika milik diri di ambil orang lain. Akankah Zea dan Zio menyadari rasa cinta mereka masing-masing? Dan memberikan cucu seperti yang diharapkan kedua orangtua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32 : Senda Gurau Di Pagi Hari
Orangtua Zio sampai sekarang masih merahasiakan masalah perusahaan dari kakek Zio. Mereka pikir semua masalah yang muncul karena ulah Arya Wiguna dapat mereka atasi sendiri. Bahkan di Indonesia, kakek Zio dan Zio tidak tau apa-apa.
Zio dan Zea masih bersekolah seperti biasa. Setelah hampir seminggu berlalu, kini SMA 25 akan mengadakan study tour ke Candi Prambanan di provinsi Yogyakarta kabupaten Sleman. Semua murid mulai dari kelas 10 sampai kelas 12 diwajibkan ikut. Karena jumlah guru dan murid yang terlalu banyak, maka sekolah menyewa agen travel dan menyediakan lima bis super besar, dimana satu bis muat sampai 59 orang penumpang. Perjalanan dari SMA 25 Jakarta ke Prambanan kurang lebih 8 jam.
***
"Zea, Zio, gimana kalau Mama aja ngantar kalian ke sekolah hari ini? Dari pada kalian naik taksi. Mama juga pengen liat kalian berangkat study tour," tawar Murni.
Mereka sedang sarapan bersama di meja makan. Hari ini adalah hari keberangkatan Zio dan Zea ikut study tour. Sesuai jadwal, bis akan berangkat dari sekolah pukul 7 pagi, sekarang baru pukul enam pagi, jadi masih ada waktu 1 jam untuk sarapan dan perjalanan menuju sekolah.
"Udah Ma gak usah, kami bisa naik taksi," tolak Zea.
"Dari pada Mama ngantar mereka, kenapa gak ikut Papa ngantar pesanan di toko aja?" jawab Hafiz, ayah Zea.
"Ya elah Bang, ngantar barang pelanggan di toko kan urusan Abang, Aku cuma nerima duitnya doang," jawab Murni.
"Kok gitu Ma? Kasian Papa kerja terus, yang nerima duitnya malah Mama," jawab Zea.
"Gak usah komplen, Mama ini manager keuangan rumah tangga. Jadi semua uang, Mama yang pegang. Kamu juga harus gitu, uang Zio kamu yang harus pegang," jawab Murni tanpa menyaring perkataannya. Dia bicara di depan Zio langsung.
"Murni!" sela Hafiz karena tidak enak bicara soal uang depan Zio.
"Mama tenang aja, semua uangku Zea yang pegang. Zea punya kartu yang isinya 1 milyar," jawab Zio.
"Apa?" Murni dan Hafiz terkejut.
Kenapa anak SMA seperti Zio punya banyak uang, harusnya anak seumuran Zio hanya dapat jatah beberapa juta sebulan dari orangtuanya. Orang kaya memang beda.
"Mantu Mama Sayang, ternyata keluargamu memang sultan ya? Mama pikir kamu cuma dijatahi paling banyak 10 juta oleh Rangga," kata Murni lagi tanpa pikir panjang.
"Papi dan Mami gak pernah kasih jatah uang ke aku, Ma. Uang yang aku hasilnya dari pekerjaanku. Aku membantu mereka mengurus beberapa proyek perusahaan. Hasilnya untukku semua," jawab Zio lagi.
"Oh ya? Bagus dong. Gak salah kami pilih mantu," puji Murni, Hafiz mengangguk. Jujur, Hafiz kagum dengan menantunya, awalnya Hafiz pikir Zio hanya anak manja yang selalu mengandalkan uang dari orangtuanya, ternyata Zio juga bekerja walau masih muda. Penilaian buruk Hafiz terhadap Zio langsung sirna seketika.
"Nak, jadilah istri yang baik. Cepat-cepat ya punya anak. Semoga pulang bulan madu dari Prambanan kamu langsung hamil," doa Hafiz.
"Papa apaan sih? Kok semuanya ngarepin aku hamil muda? Gak jelas. Aku masih mau sekolah. Masih mau lanjut kuliah. Ogah punya anak di usia belum 20 tahun," jawab Zea.
"Kalau Zea belum siap, Mama dan Papa jangan memaksa dia. Insyaallah jika waktunya tepat kami pasti punya anak," jawab Zio.
"Tuh denger kata suami kamu. Untung Zio pengertian," kata Murni. "Ya udah, kalau kalian mau naik taksi ke sekolah, silahkan. Mama mau ke toko sama Papa. Hati-hati ya di sana. Semoga pulang bawa kabar bahagia. Kalau pulang dari sana Zea hamil, Mama bakal bikin pesta syukuran besar-besaran," sambung Murni lagi.
"Mama!" jawab Zea dengan kesal. Zio dan Hafiz hanya bisa tertawa kecil melihat Murni suka sekali mengganggu Zea dengan mengatakan hal yang Zea tidak suka. Anak dan ibu seperti tikus dan kucing saja.
Melihat Zea kesal, Murni pun berhenti bicara yang tidak-tidak. Mereka pun kembali melanjutkan sarapan dengan hening, sampai makanan di piring masing-masing habis. Setelah selesai sarapan, Zea dan Zio langsung berangkat ke sekolah. Murni dan Hafiz berangkat ke toko.
Lo itu udah kalaaaaaah jauuuh banget dari Zea...
udah la move on,kek gak laku aja jadi perawan...
putus satu ya cari lagi...
plong kan rasanya....