NovelToon NovelToon
Bintang Antariksa

Bintang Antariksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Romansa
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: ajab_alit

Aku adalah anak perempuan yang memiliki nama “Upeksa Nayanika”. Aku suka buku dan hal-hal yang menakjubkan. Tapi tanpa ku sadari… aku juga salah satu dari bagian hal yang menakjubkan. Hidupku aneh setelah kejadian itu muncul. Tapi, Apakah aku akan bertahan dengan hal menakjubkan itu? Maukah kamu mengenal ku lebih dalam wahai para bintang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ajab_alit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 26

“Jadi, bagaimana keadaannya?” tanya Emi sambil menulis sesuatu di kertas. Manmal yang sedang menyamar menjadi manusia itu memberikan kertas tersebut pada Abya, kertas itu berisi tes kesehatannya.

“Masih sama seperti dua hari lalu, tidak bisa bergerak dari ranjang.” Abya melipat kertas itu, lalu memasukkannya ke kantung baju. Emi menghela nafas. Sosok itu melepaskan kacamata bacanya. Manmal itu tahu kondisi Naya saat ini dari Abya, lelaki kecil itu menjelaskan semuanya di hari Naya terluka parah. Latihan untuk Naya berhenti sementara waktu sampai ia benar-benar sembuh karena luka itu.

“Apakah aku bisa melihatnya? Aku ingin tahu seberapa buruk kondisinya.”

“Bisa saja, kalau kau punya waktu di siang hari.”

“Sialnya, aku tak punya waktu saat itu,” ucap Emi. “ Apa aku tak bisa berkunjung saat malam hari?”

Abya menggelengkan kepalanya. “Ia mudah lelah semenjak terluka, jadi ia selalu tidur lebih cepat dari biasanya.”

Emi menghela nafasnya lagi. Sosok itu membuka tasnya yang terletak di atas meja, merogoh- rogoh tas itu. Emi mengeluarkan kotak cincin berwarna biru muda dari sana, lalu menaruhnya di atas meja, Kotak itu memiliki ukiran kucing dipenutupnya. Abya memandang kotak itu dan Emi bergantian.

“Itu pil penyembuh, ambillah. Kotak itu hadiah dariku untuk murid pertamaku. Bilang padanya untuk terus berpura-pura sakit saat perutnya sudah membaik, bisa gawat kalau ada yang tau ia bisa sembuh secepat itu.” Abya mengambil kotak itu, ia memperhatikan setiap detail dari benda itu sebelum menyimpannya. Di belakang kotak itu terdapat ukiran nama: Edmond - itulah yang terukir disana.

“Siapa itu Edmond?” tanya Abya masih memperhatikan kotak itu.

“Seseorang.” Emi merampas kotak itu dari tangan Abya. Emi mengambil spidol yang ada di mejanya, mencoret nama itu, lalu mengembalikkan barang itu kembali ke Abya. “Jangan terlalu banyak tanya. Tugasmu hanya satu, memberikan barang itu ke muridku dan pastikan ia menelan pil itu dengan baik. “

“Semakin lama, ucapanmu jadi mirip seperti dia.” Abya menyimpan kotak itu kedalam kantung celananya. “Tidak salah aku memilihmu sebagai gurunya.”

“Kau salah, aku-“

Tringgg! Tringg!

Bel masuk kelas berbunyi, suasana uks itu hening sejenak. “Lebih baik kau masuk ke kelas sana. Anak kecil sepertimu tak boleh membolos.” Penjaga uks yang tidak terlalu tua itu mengusir Abya, membuat Abya menatap tajam padanya.

“Tanpa kau suruh aku juga akan pergi ke kelas, kok.” Abya bangkit dari duduknya, lalu melangkah ke pintu uks itu. Di pertengahan langkahnya, ia berhenti. Anak kecil itu melihat ke belakang. “Kau berutang penjelasan padaku.”

“Tidak ada penjelasan untukmu. Pergi sana,” Emi menunjuk ke luar pintu. Abya menatap sosok itu dengan tajam sampai ke luar uks. Manmal wanita itu menghembuskan nafas lega saat sosok itu sudah menghilang dari pandangannya. “Dia mulai menjengkelkan. Untung saja anak itu tak tau siapa pemilik nama itu.”

...###...

“Kau yakin ini isinya pil?” tanya Naya sambil memperhatikan kotak itu. Baginya, kotak ini terlalu bagus untuk sebuah pil.

“Ya, dia sendiri yang mengatakan itu,” ucap Abya sambil memainkan rubik yang belum di selesaikan Naya. “Setelah kau sembuh dari rasa sakit mu karena pil itu, berpura-pura lah sakit, bisa gawat kalau orang-orang tau kau sudah sembuh,” ucap Abya mengulangi perkataan Emi. Anak lelaki itu menaruh rubik yang sudah terselesaikan ke meja belajar milik Naya.

“Aku tahu itu.” Naya membuka kotak cincin itu. Sebuah cahaya pun muncul dari sana, membuat kedua mata orang itu menutup karena pesona cahayanya. Saat cahaya itu menghilang, mereka berdua kembali melihat kotak yang sudah terbuka itu. Sebuah pil yang berbentuk bulat dan berwarna seputih mutiara adalah isi dari kotak ini. Naya memperhatikan pil cantik itu, mengedikkan bahu, lalu menelannya.

“Jadi… bagaimana?” abya mengerutkan keningnya.

“Rasanya unik. Lalu, tubuhku jadi ringan karenanya.”

“Itu karena kau sedang melayang.”

“hah?!” Naya melihat ke sekelilingnya. Benar saja, ia melayang. sosok itu berusaha menyentuh kasurnya, namun hasilnya nihil. Sinar muncul di mata anak kecil itu, ia terlihat girang sekarang. Naya bangkit dari tidurnya, sosok itu kini sedang berdiri, Kaki Naya sama sekali tak menyentuh Kasur dan ia tak merasakan sakit lagi. “Wow, keren. Rasanya aku seperti menjadi hantu,” ucap Naya takjub.

Anak kecil pemilik kamar itu melompat dari kasurnya. Ia tak jatuh, sosok itu tetap terbang. Naya tertawa kecil, sosok itu mengelilingi Abya, membuatnya iri. “Sudah cukup terbangnya, Naya. Turunlah, kau bisa jatuh jika efek obatnya menghilang.” Naya menjulurkan lidahnya, membuat Abya kesal pada sosok itu. Tidak lama kemudian, Naya tersungkur karena efek obat itu menghilang. Abya tertawa, sedangkan pipi Naya memerah. Naya menepuk-nepuk pantatnya sambil mendumelkan sesuatu. Abya menggeleng melihat tingkah temannya. Sosok itu berjalan ke rak buku yang menyimpan buku sihir mereka. Abya mengambil buku itu, lalu menjulurkannya ke Naya. “Sudah sehatkan, ayo kita pergi latihan sekarang,” ucap Abya sambil tersenyum.

...###...

TAKK!!

Anak panah Naya mengenai sasaran, namun sasaran kain itu tak terbakar. Api yang sebelumnya melayang bersama anak panah itu menghilang ditengah-tengah. Naya jengkel, ia muak dengan latihannya yang tak membuahkan hasil. Sosok itu melempar busurnya ke rumput, lalu mendudukkan dirinya ke rumput hijau yang segar. Naya menatap langit yang ada di wilayah sang pendosa yang tak pernah pulang. Satu kata untuk langit itu dari Naya, cantik.

“Tak berhasil lagi?” tanya Emi yang menghalau penglihatan Naya. Naya memasang wajan masam, perasaan jengkel muncul kembali karena pertanyaan itu.

“Coba kau lihat sasaran itu.” Naya menunjuk ke sasarannya, membuat gurunya melihat ke sasaran yang sudah berlubang.

“hasilnya tidak buruk.”

“itu buruk. Padahal aku sudah melakukan semua yang kau suruh, tapi hasilnya tetap sama seperti beberapa hari yang lalu.” Naya menidurkan dirinya. “ini sudah hari ke empat, aku harus bisa menguasai teknik ini untuk menyelamatkannya,” gumam Naya. Air pun keluar dari matanya, membuat salah satu rumput kebasahan.

Emi mendudukkan dirinya. Sosok itu menatap sasaran Naya yang berlubang. Sebenarnya, muridnya sudah memiliki kemajuan. Di pinggiran lubang itu terdapat bekas bakaran, walaupun bekasnya hampir tak keliatan, setidaknya itu bukanlah hal yang buruk.

“Siapa yang ingin kau selamatkan?” tanya Emi. Manmal itu melihat ke Naya yang juga sedang melihatnya.

“Bagaimana kau bisa tahu aku ingin menyelamatkan seseorang.”

Emi mendecak. “Suara mu masih bisa kudengar. Aku itu manmal kucing, pendengaranku tajam. Jadi, percuma kau bersuara pelan kalau aku ada di dekatmu,” jelas Emi. “Sekarang kembali ke pertanyaan sebelumnya, siapa?”

“Hanya seorang teman.” Naya menghela nafasnya. “Hei, Em. Kau tau cara memanggil peri bintang?”

“Maksudmu, libiz?” Naya mengerutkan keningnya, bingung dengan pertanyaan gurunya. Emi memutar bola matanya malas. “Bahasa basque. Itu singkatan dari ‘Liburuzain izarra’ yang memiliki arti bintang penjaga buku. Biasanya, mereka menjaga buku riwayat hidup bangsawan penting yang sudah mati. Apakah itu yang kau maksud?”

Naya mengangguk. “Kalau mereka aku tidak tau cara memanggilnya,”sambung Emi, membuat suasana hati Naya semakin buruk. Sosok itu mengubah posisi tidurnya, ia menghadap ke rerumputan yang ada di sebelah kirinya.

“Semua manusia tidak berguna, aku juga salah satunya.” Emi menghela nafasnya. Melihat ada orang di dekatnya yang sedang frustasi, membuatnya tidak nyaman. Emi ikut tertidur di rerumputan, Ia menatap ke langit yang tak pernah berganti menjadi malam itu.

“Jangan frustasi, Nay. Suatu saat nanti, latihanmu juga akan menunjukkan hasil yang lebih besar. Hari ini hasilnya tidak buruk, kau punya sedikit kemajuan, di pinggiran lubang terdapat sedikit bekas bakaran.”

“Benarkah?” Naya bangkit dari tidurnya, ia cepat-cepat berlari ke sasarannya. Benar, pinggiran lubangnya terbakar. Naya menyentuh pinggiran itu, ‘masih hangat’. Seketika hal itu membuat Naya tersenyum. Akhirnya, kekuatan untuk menolong dirinya sendiri ternyata ada kemajuan.

“Sudah selesai latihannya?” ucap seseorang yang suaranya sangat mereka kedua kenali. Naya dan Emi melihat ke sumber suara itu, mereka sama-sama tersenyum. Naya tersenyum karena Abya datang lagi kemari, sedang Emi tersenyum karena sosok itu membawa tas piknik yang memiliki aroma daging. “Ayo kemari, kita makan bersama.” Abya mengangkat tasnya, membuat Emi langsung menghampirinya, sosok itu benar-benar seekor kucing.

Mereka bertiga pun makan di tempat ini bersama, keduanya duduk di karpet kotak-kotak berwarna hitam dan putih. Mereka berbagi cerita, tertawa, dan main kartu bersama di tempat ini. Walaupun Emi adalah seorang manmal, sosok itu sangat jago dalam permainan kartu uno milik Abya. Sosok itu tak pernah kalah di setiap babak, membuat Abya dan Naya frustasi, lalu bertengkar dengan manusia setengah kucing itu. Akhirnya, piknik mereka selesai. Emi tidur dikarpet dengan nyaman, sedangkan Abya dan Naya membereskan pring-piring serta mainan yang mereka gunakan tadi. Suasana hening, hanya suara angin yang terdengar. Tapi, suara angin itu berubah menjadi mencekam saat Naya mengeluarkan ucapannya.

“Bagaimana? Apakah Timira terluka parah?” ucap Naya yang membuat Abya terdiam. Abya berpikir, ia tak tau harus berkata apa dengan sosok itu. “Abya? Apakah dia terluka parah?” ulang Naya.

Abya menghela nafasnya. “Aku tidak tau, guruku… tak mau melakukan itu.” Abya tak melihat Naya, ia masih membereskan alat-alat makan mereka. “Maaf, aku sudah berusaha.”

“Ya, aku memakluminya, kok. Itu memang permintaan yang sulit,” ucap Naya. “Aku akan mengurus masalahku sendiri, jadi jangan khawatir.”

“Apa? Kau… mau menyelamatkannya sendirian? ” Abya melihat ke punggung Naya, sosok itu sibuk dengan mainan mereka. “Nay, lebih baik jangan lakukan itu. Kau bahkan tak tau mereka sedang ada dimana dan seberapa kuat mereka.”

“Aku tahu itu, tapi kalau aku tak menolongnya, aku merasa menjadi teman yang buruk. Dia adalah orang yang berarti bagi ku, Abya. Aku tidak bisa jika dia hilang dariku.”

Abya mendesah kesal. Sekarang dirinya merasa bersalah. “Kalau begitu pergilah bersamaku. Aku akan menjagamu, jika bahaya datang.”

Naya memberhentikan aktivitasnya. Ia melihat ke Abya yang sudah menatapnya dingin. Naya tersenyum pahit. “Itu akan sangat merepotkan.”

“If that’s you, then no problem.”

Naya menggelengkan kepalanya. “But, I don’t want you to be in danger.”

“Me too. Nay, please, biarkan aku ikut terjun dalam bahaya bersamamu.”

Naya menarik nafas panjang, lalu mengangguk. Abya adalah orang yang tidak bisa disuruh diam, jika orang yang ia sayang ingin datang pada bahaya. Tapi, keputusan yang telah Naya ambil, akan segera ia sesali.

1
apayaaaa
bagus bet, seruu fantasi nya
ajab_alit: makasih atas komentarnya kakak
total 1 replies
Yusup Muzaki
terasa kdunia pantasi ...walw ceritanya masih blom dpahami
ajab_alit: nanti lama-lama juga ngerti kok, kak.
total 1 replies
Shinn Asuka
Setting ceritanya memang hebat banget! Bener-bener dapet jadi mood baca di dunia fiksi ini. ❤️
ajab_alit: terimakasih
total 1 replies
XVIDEOS2212
Gak sabar lanjut baca!
Debby Liem: tuiiooooo
ajab_alit: untuk kelanjutan akan saya up besok. di tunggu saja ya/Smirk/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!