NovelToon NovelToon
SAY 'I Love You'

SAY 'I Love You'

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Cintamanis / Teen School/College / Slice of Life
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Chichi

Ini adalah kisah dari beberapa karakter yang ditulis di satu novel.

Sebenarnya, apa itu Cinta dan bagaimana seseorang bisa saling mencintai? Bisakah dia menerima kekuranganku? Dan mampu kah aku menerima kekurangannya?

Mohon dukungannya ya teman-teman. Karya ini tidaklah sempurna tanpa saran dan komentar kalian♡

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dinding

Pukul 2 malam akhirnya aku baru bisa mengistirahatkan tubuhku.

Aku melihat ke arah Aghil, Firza, dan Dean yang tertidur pulas di tikar yang sama. Mataku sudah sepat sekali. Aku melepaskan kacamataku dan segera tidur bersama mereka bertiga.

...----------------●●●----------------...

Pukul 8 Pagi, kami bersiap sarapan. "Ya, ini dah. Kita masak di dapur umumnya asrama. Disini ni, kalo punya barang, *kudu ati-ati narohya. Mangkanya, kalo dah selese, barang kita taro di kamar. Kalo gak, ya wasalam dah tuh barang" Ucap Firza sambil memasak air untuk mie.

*kudu ati-ati: harus berhati-hati.

Aku memang belum pernah berasrama, walau kecil, ini termasuk ilmu baru.

Air mie sudah mendidih entah apa yang ada di pikiran Firza. Dia memasak mie dengan cara memasukkan bumbunya langsung di panci.

Dia ternyata sekte masak mie bersama bumbu. Mulutku menganga, melihat warna kuah mie nya sampai begitu.

"Kenapa?" Tanya Firza sambil menyicip mie instan masakannya untuk sarapan kami.

"Gak ada, by the way kemaren kok kalian bisa kenal dengan Khanza bagaimana? Bukankah, kalian beda tahun?" Sebenarnya, ini bukan urusanku. Hanya saja, aku sedikit penasaran.

Firza mematikan kompor. "Gimana ya? Khanza itu.... entahlah. Intinya, dia sudah seperti model di angkatannya untuk mewakili univ. Dia juga, pernah jadi model dari pamerannya Louryzen. Kau tau? Dia desainer ternama"

"Dan,... ada yang ngomong, dia rekan dari model Dewasa muda. Kau tau El Cearoz?"

Siapa lagi itu?

"Dia model dari Eropa. Gak tau juga sih, tapi emang tampan tuh anak. Barang kali kau penasaran, kau bisa cari tentang El Cearoz di mbah google"

Tidak perlu diragukan. Khanza memang pantas menjadi seperti itu, karena dia memang sudah memiliki bakat.

...----------------●●●----------------...

Waktu terus berlalu. Tidak terasa aku sudah 6 hari disini. Sekar masih berkomunikasi denganku, meski kami tak pernah bertemu.

Besok adalah hari Minggu. Aku berusaha meyakinkan diriku untuk mengajaknya keluar. Aku tidak memiliki maksud lain. Jauhkan dulu perasaanku, aku hanya ingin meminta maaf padanya dengan benar.

Sekar sudah menyetujui untuk keluar, tapi dia akan mengajak teman dari prodinya. Katanya, ini syarat mendapatkan izin, Khanza. Tidak masalah. Ah, memang sesulit itu saat memiliki pacar. Aku tidak berniat merebutnya.

"Biasanya, barang apa yang dibawa buat minta maaf ke cewe?" Tanyaku sambil menyengol Firza di sebelahku.

"Cewe? Aiih! Dari jurusan mana nieh?!" Firza langsung melihat layar ponselku. Kemudian, dia menatapku.

"Apa? Aku memang punya salah pada Sekar. Jangan berfikiran aneh" Ucapku mendorong dagu Firza agar menjauh dari layar ponselku.

Bibirnya terlihat manyun. "Hiilih, bilang aja nyimpen perasaan"

"Astaga! Mau bantuin apa kagak?!" Ingin sekali ku cekik leher dia.

"Ya dah, ya dah. Coba kasih Dana ibadah ke Tanah Suci" Celetusnya.

"Ha?! Astaga! Mana ada aku dana segitu!" Gak nanggung-nanggung, anjir😭.

"Ya PSSSST!, langsung terhapus tuh dosamu"

Aku menepuk bahu Firza. "Sudah cukup bantuanmu. Mending aku cari saja rekomendasi di google"

Pada akhirnya, aku membeli dua cokelat dari minimarket searah dengan tempatku janjian dengan Sekar. Ya, niatku satu untuk Sekar dan satu lagi untuk teman Sekar. Tapi, aku sungguh tidak menyangka. Teman Sekar disini, laki-laki yang bertubuh lebih tinggi dariku.

Ku kira, temannya sama-sama perempuan. Aku hanya bisa tersenyum di batin sambil memberikan cokelat ini.

"Apa ini, sogokkan?" Suaranya begitu rendah dan ngebass. Aku merinding mendengarnya dan langsung duduk di kursi cafe setelah memesan minuman untukku dan untuk mereka.

Teman Sekar sungguh aneh. Dan lebih aneh lagi, Khanza, pacar Sekar yang membiarkan Sekar keluar bersama pria berkacamata tebal itu. Dan dia juga menggunakan switer tebal di cuaca siang yang panas.

"Tidak, aku memang membelikannya untuk kalian berdua" Jawabku, membuang pandanganku.

Aku tidak bisa fokus dengan apa yang akan ku lakukan. Aku sungguh lupa dengan semua yang aku ucapkan karena tidak sesuai dengan ekspetasi yang ku bayangkan.

Ini aneh, aku hanya ingin meminta maaf, tapi Sekar membawa teman laki-laki. Sialan, aku hanya bisa tersenyum pasrah di sini.

"Makasi Galih. Lalu, ada masalah apa yang mau kamu omongin?"

Aku melihat Sekar perlahan. Namun, teman Sekar menatapku seolah dia sedang melototiku. Astaga.

Ayo kita mulai dari awal. Aku menarik napas panjang, menghembuskan perlahan dan mengulurkan tanganku di depan tangan temannya Sekar.

"Aku belum tau namamu. Aku Galih, Mahasiswa pertukaran dari Prodi Bahasa Inggris"

Dia menjabat tanganku. "Sebastian Elgard. Panggil saja Elgard. Teman sekelas Sekar" Dia meremas tanganku dengan kuat.

"Ahahaha, se... senang berkenalan dengan-mu!" Aku langsung menarik tanganku. Tenaganya kuat sekali.

Ah, ternyata ini Elgard yang sering di sebut-sebut Sekar di chat.

"PESANAN ATAS NAMA GALIH! MAS GALIH!" Tiba-tiba pegawai cafe memanggil namaku. Sontak itu membuatku menoleh.

Saat aku hendak berdiri, Sekar tiba-tiba mengangkat tangannya. "Biar aku yang ambil yak!" Sekar berinisiatif mengambil pesanan yang sudah ku bayar itu.

Elgard berdehem setelah Sekar meninggalkan kami untuk mengambil pesanan. Aku langsung melihatnya. Mata kami saling bertemu.

"Ku dengar, kau teman Sekar dari SMP??" Dia tiba-tiba bertanya padaku terlebih dahulu.

Kurasa, ini percakapan yang bisa mencairkan suasana.

"Itu benar" Jawabku dengan senang.

"Oh, ku dengar juga,..."

Entah mengapa? Aku merasa nada bicaranya berubah dan suasana di sekitarku menjadi dingin.

Tiba-tiba, aku merasa tak nyaman.

"Kau sering mengganggu Sekar di sekolah?"

Degh!

Ternyata ini maksud rasa tak nyaman yang ku rasakan.

"Mending, menjauh saja dari Sekar. Sekar sudah memiliki kami. Orang sepertimu, tidak pantas bertemu dengannya lagi"

Aku menatap Elgard dengan kedua mataku. Dia terlihat menyeringai tipis. "Apa kau mengajak Sekar bertemu di sini, untuk meminta maaf padanya? Dan menurutmu, apa rasa manis cokelat ini bisa menghilangkan rasa sakit yang dia derita? PLAK!" Dia melemparkan dua cokelat itu di hadapanku. Dekat dengan tanganku.

Dia berdiri. Mendekatkan wajahnya dihadapanku. Aku tidak bergeming sedikit pun. Tubuhku seakan kehilangan sistem motorik untuk bergerak.

"Menjauhlah dari hadapannya. Aku bisa membelikan cokelat yang lebih baik dari cokelat yang kau berikan ini. Melihat kau yang menyembunyikan penampilanmu ini, membuat perutku mual"

Aku menunduk. Tak berani melihatnya. Jantungku terus berdetak dengan cepat. Telingaku berdengung. Aku berkeringat dingin. Pandanganku seakan menghitam perlahan.

"Elgard, apa yang kau lakukan?"

Suasana buruk di hatiku tiba-tiba mencair saat mendengar suara Sekar. Meski begitu, memang ada benarnya ucapan teman Sekar. Pandanganku terasa berkunang-kunang.

Kenapa aku harus sulit-sulit mencari sesuatu untukku bawa. Padahal, belum tentu Sekar merasa nyaman melihatku. Perutku merasa mual. Aku ingin muntah.

Aku berdiri. Keringatku sudah terlalu banyak.

Aku menutup mulutku dan memegang perutku. Asam lambungku terasa seakan naik. "Sekar, kita bertemu lain waktu ya. Maaf untuk hari ini" Aku segera mengambil ranselku di lantai dekat dengan kaki Sekar.

"Hei, Galih! Ada apa? Kenapa pergi? Elgard, apa yang kau lakukan?"

"Huh? Aku tidak melakukan apapun. Apa mulutku bau petai, mangkanya dia pergi?"

Sialan! Sialan! Sialan!

Kenapa lagi-lagi aku selalu kabur. Padahal, Sekar sudah ada di hadapanku. Aku duduk di kursi pinggir jalan. Menumpu kepalaku di atas kedua telapak tanganku.

Mataku serasa perih. Lensa kacamataku menjadi berembun. Kurasa, aku menangis.

Sialan, mengapa aku menangis? Aku sudah sebesar ini.

Apa aku merasa sakit hati?

Kenapa aku harus merasa sakit hati? Ini sudah pantas ku dapatkan. Aku selama ini memang sudah berbuat seburuk itu pada Sekar.

"Tep!" Punggungku, tiba-tiba ditepuk oleh seseorang dari samping.

Aku mengangkat pandanganku. Melihatnya, "Hei, apa yang terjadi?" Sekar, aku tidak tau dia mengejarku sampai sini.

Ini membuatku malu.

1
Introvert
Novel awal yang bagus
gua udah Vote, Vav, Rate, Thor

nyicil gua bacanya
ChiArt_27: Makasi kak, atas dukungannya
total 1 replies
Introvert
bagus ceritamu Thor. pembawaannya juga jelas dan tulisan yang rapih
Introvert
Sekar gadis baik meski memiliki kekurangan tak ada patah semangat
Archplanetes
Semangat thor🙌
Archplanetes
emang sakit sih, harus kuakui🗿
ChiArt_27: Apa lagi, kalau bolanya baru ya kak/Smile/
total 1 replies
Archplanetes
OH! NAMANYA SEKAR... astaga, aku lupa, udah lama gak baca :v

Sorry banget thor🙏
Archplanetes
Huft, syukurlah :v
Archplanetes
Waduh, perasaanku kok gak enak ya...
Archplanetes
Iya juga😂
Archplanetes
uhuk, dia anak laki2 kan? Masih masa pertumbuhan haha
Archplanetes
Waduh, berat banget. Tapi keren thor! Aku suka caramu membawakan ceritanya!!!
ChiArt_27: Hehe, terima kasih kak🙌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!