NovelToon NovelToon
Sisi Lain Dari Pagar Sekolah: Pengalaman Dan Penyesalan

Sisi Lain Dari Pagar Sekolah: Pengalaman Dan Penyesalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Teen School/College / Slice of Life
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Aku punya cerita nih, soal dunia ku yang banyak orang bilang sih kelam, tapi buat ku malah keren dan penuh dengan keseruan. Aku punya circle, sebuah geng yang isinya anak-anak yahut yang terkenal jahil dan berani. Seru abis pokoknya! Mereka itu sahabat-sahabat yang selalu ada buat ngelakuin hal-hal yang bikin adrenaline kita ngacir.

Kita sering hang out bareng, kadang sampe lupa waktu. Dari yang cuma nongkrong asyik di tempat-tempat yang biasa kita tongkrongin, sampe yang agak miring kayak nyoba barang-barang yang sebenernya sih, yah, kurang direkomendasiin buat anak muda. Tapi, yah, lagi-lagi itu semua bagian dari mencari identitas dan pengalaman di masa remaja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 17

Tadi, pas hari Jumat, aku pulang lebih cepat dari biasanya. Gak tau kenapa, tiba-tiba aja aku kepengen ngerjain PR. Padahal biasanya kan aku termasuk yang males-malesan gitu, loh. Selama ini, PR juga sering aku kerjain asal-asalan. Tapi hari ini, entah kenapa, semangat belajar aku mendadak ngebu-ngebu.

Biasanya sih, temen-temen sekelompok kayak Miranda dan yang lainnya itu juga gak terlalu rajin atau pinter-pinter banget. Tapi, gak tahu nih, mungkin karena suasana hati yang bagus atau apa, aku jadi berasa pengen lebih giat lagi belajar dari biasanya.

Seru juga ternyata kalau lagi semangat gini, rasanya pekerjaan rumah yang biasanya terasa berat jadi lebih gampang dan cepat selesai!

\~\~\~

Malemnya, seperti biasanya, aku dan keluarga kumpul di depan TV. Biasa deh, nonton sinetron yang lagi hits. Sambil itu, kami sering nyemil apa gitu, kadang-kadang sampe bikin boled bakar. Suasana rumah jadi rame dan hangat.

Tiba-tiba Aries, adikku, mulai manja-manja sama Bapak. "Pak, ulang tahunku di rayain ya," rengek dia dengan nada yang minta perhatian banget.

Aku lihat aja dia yang bisa gitu akrab dan manja-manjaan sama Bapak.

Sedangkan aku? Entahlah, aku enggak biasa kayak gitu. Aku juga malu kalau harus manja-manja gitu sama Bapak atau Mamak.

Bapak nanya ke Aries, "Nasi kuning ya?" sambil elus-elus kepala dia.

Duh, liatnya jadi baper. Udah lama kayaknya gak merasakan Bapak bersikap manis gitu ke aku. Sebenernya, aku tahu sih, aku enggak seharusnya iri gitu. Tapi, ya gimana dong, di dalam hati kecil ini tetep aja pengen merasakan kasih sayang yang sama.

Aku ingat banget waktu itu pernah bilang ke Bapak, "Aku enggak butuh-butuh banget sih yang namanya kasih sayang." 

Mungkin sejak itu Bapak pikir aku tipe yang lebih mandiri atau gak terlalu butuh perhatian. Tapi, sejujurnya, kadang aku juga pengen dimanja kayak Aries.

Aries yang gak mau kalah, rengek lagi, "Mau pakek kue."

Tapi Mamak langsung nyeletuk, "Nasi kuning aja."

Aries ngomong, "Iya-iya. Tapi yang banyak ya. Aku ajak temen-temen."

Bapak langsung setuju, "Iya. Ajak semua temenmu ya."

Ngomong-ngomong soal teman, memang teman-teman Aries itu banyak banget, beda sama aku yang lebih suka sering sendirian atau cuma punya beberapa teman dekat.

Tapi sekarang sih, kondisinya udah mulai berubah. Aku mulai buka diri, dan sekarang aku juga punya teman-teman, bahkan bisa dibilang aku udah masuk ke dalam geng mereka. Seru juga ternyata punya banyak teman, banyak yang bisa diajak ngobrol dan berbagi cerita.

"Mbak jangan lupa kasih hadiah ke aku ya," ucap Aries sambil tersenyum manis.

Aku hanya bisa balas tersenyum, "Iya."

Sebenarnya, aku gak benci-benci amat sama dia. Cuma, yah, susah juga sih jelasin perasaannya. Intinya, aku tuh iri sama dia. Dia selalu terlihat begitu dicintai dan diperhatikan.

"Seriusan mbak? Makasih ya," sahut Aries dengan semangat.

Dia bentar lagi ulang tahun, jadi wajar aja sih kalau dia kelihatan bahagia. Dan untuk hal ini, aku ikutan bahagia juga. Tapi di sisi lain, ada masalah kecil: aku enggak punya tabungan.

Pikiran langsung melayang ke uang saku yang cuma Rp2.000 sehari. Dengan uang seadanya itu, sulit banget buat nabung. Mau minta ke Mamak atau Bapak juga kayaknya bukan pilihan yang mungkin.

Di satu sisi, aku pengen kasih sesuatu yang berarti buat Aries di hari ulang tahunnya, tapi di sisi lain, aku juga harus realistis dengan keadaan keuangan yang aku punya.

\~\~\~

Keesokan harinya, aku masuk sekolah dengan perasaan yang benar-benar gak enak. Wajahku masam, semangatku seret banget, seolah-olah semua warna di dunia ini mendadak pudar. Pas aku masuk ke kelas, udah rame banget suasana di sana.

Ternyata, lagi-lagi, Miranda dan Salsa yang berseteru. Mereka lagi beradu argumen tapi dengan cara yang aneh, saling lempar kata-kata mutiara yang terdengar sarkastik, bahkan sampai menyebut-nyebut nama-nama binatang.

Fifin,nyindir, "Cari perhatian tuh mbok yang keren dikit lah. Masak pura-pura kesurupan."

Aku cuma bisa duduk di bangku ku sambil memperhatikan mereka dari kejauhan. Rasanya kayak nonton drama langsung tanpa perlu TV atau layar.

Di tengah kekacauan itu, mataku tanpa sengaja bertatapan dengan Yura, dan dari ekspresinya, aku bisa bilang dia makin benci sama aku. Padahal, sumpah, aku gak ngapa-ngapain. Mungkin dia salah paham atau mungkin dia terpengaruh gosip yang gak jelas. Rasanya tuh bingung dan sedih aja, kenapa sih harus ada yang benci tanpa alasan yang jelas?

Diana, yang gak terima dengan perkataan Fifin, langsung menegaskan kembali, "Itu beneran ya!"

Suasana yang sudah panas itu semakin memanas. Tapi tiba-tiba Gilang, dengan suara yang cukup tinggi, memotong semua pembicaraan, "Kalian semua bisa diem enggak?"

Suaranya yang keras itu langsung membuat kelas menjadi sepi, semua mata tertuju padanya.

Dia melanjutkan, dengan nada yang masih tinggi tapi lebih terkendali, "Kita tuh satu kelas, bisa enggak sih sehari aja jangan ribut?"

Gilang terlihat benar-benar lelah dengan semua kegaduhan yang terus-menerus terjadi. Sementara itu, anak-anak cowok di kelas sepertinya sudah terbiasa dengan drama antara geng Miranda dan Salsa.

Mereka santai aja, mendengarkan keributan itu seperti suara latar belakang kelas yang merdu, terlebih karena ini masih pagi hari dan sepertinya semangat untuk berantem dan teriak-teriak masih tinggi.

Gilang, yang tampaknya sudah sangat frustrasi dengan kegaduhan berkelanjutan, tak lupa memberi teguran langsung ke kedua belah pihak.

Dia memandang kelompok Miranda, "Miranda tolong teman-temanmu dikondisikan mulutnya."

Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke geng Salsa, "Dan untuk Salsa dan anggotanya, tolong jangan bikin drama. Ini masih pagi," ucap Gilang dengan nada yang meski terdengar biasa, namun menyiratkan sindiran yang cukup tajam.

Anggota geng Salsa, mendengar sindiran itu, langsung merasa Gilang tidak adil.

Gina, yang terlihat paling tak terima, langsung bereaksi, "Lu belain mereka?"

Kecurigaan itu ditambah dengan komentar Yura yang nyinyir, "Mentang-mentang ada Alisa di kelompok mereka."

Davina, yang tidak tahan karena namaku dibawa-bawa, langsung membela, "Oi, enggak usah bawa-bawa Alisa. Lagian dia juga baru masuk kelas."

Belaannya itu seakan menambah minyak ke api yang sudah membara.

Sementara itu, aku yang sejak tadi hanya duduk di pojokan kelas sambil memperhatikan mereka berantem, tiba-tiba jadi pusat perhatian. Entah bagaimana, beberapa mata mulai menoleh ke arahku.

Gilang, yang sudah sangat terlihat frustasi, akhirnya tak kuasa menahan emosinya lagi. Dengan tangan terkepal dan suara yang meninggi, dia berteriak, "Cukup!"

Suasanya yang tadinya seperti pasar tawar-menawar itu seketika menjadi hening. Semua mata tertuju pada Gilang yang tampaknya telah mencapai batas kesabarannya.

Ketika ketegangan mulai mereda sedikit, Gilang melanjutkan, "Kita semua di sini harus bisa saling menghormati. Ini kelas kita, bukan arena pertempuran. Kalian semua punya tempat di sini dan harus bisa rukun."

Menjadi ketua kelas VII A bukanlah pekerjaan mudah, terlebih di kelas yang dihuni oleh berbagai 'geng' ini—walaupun tidak resmi, tetapi keberadaan dan pengaruhnya sangat nyata. Miranda dan Salsa, sebagai pemimpin geng yang paling dominan, sering kali menjadi pusat kegaduhan. Sementara itu, geng lain di kelas memilih untuk tidak terlalu bersinggungan, namun masih tetap memiliki pengaruh dalam dinamika kelas.

Gilang, dalam usahanya untuk meredam suasana, memperlihatkan bahwa tugasnya sebagai ketua kelas benar-benar penuh dengan tantangan. Tanggung jawab itu bukan hanya mengatur kegiatan akademik, tetapi juga mengelola hubungan interpersonal antara anggota kelas yang bervariasi karakternya. Sebuah pekerjaan yang kadang kala lebih sulit dari pada yang tampak di permukaan.

1
Amelia
halo salam kenal ❤️🙏
Atika Norma Yanti: salam kenal juga ya😄
total 1 replies
Anita Jenius
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Anita Jenius
seru nih mengangkat masalah pembullyan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!