This Is ME

Kini Andin semakin berkeringat, bagaimana tidak, pastinya semua orang disana semakin penasaran akan dirinya.

"My God, kenapa Tuan Aftan yang menjadi pemilik perusahaan ini" batin Andin yang semakin merasa tidak enak saat berkasnya kini sudah di bolak balik oleh sang suami.

"Apa tujuan anda bekerja disini?" Tanya Aftan membuat lamunan Andin langsung terbang.

"Sa saya_" Andin seketika blank, dan tidak tau akan dirinya sendiri.

Setelah menarik nafas panjang, Andin pun sedikit tenang dan menjawab dengan semua logika dan pengalaman kerjanya.

"Untuk membantu perusahaan ini sesuai bidang saya, dan tentu saja dengan hak yang saya dapatkan" jawab Andin.

"Bagaimana dengan rumor mu diluar sana, apa itu tidak mempengaruhi perusahaan ini seandainya kamu diterima?" Tanya Aftan dengan tatapan tenangnya.

"Apa-apaan ini, kenapa dia menanyakan hal ini, sengaja ingin membuatku tidak diterima?" Andin sedikit kesal.

"Hanya waktu, yang nanti akan mengetahui siapa yang salah sebenarnya, dan saya rasa perusahaan tidak akan mencampur adukkan profesionalisme kerja dengan masalah pribadi"

"Dengan kata lain semua rumor itu tidak benar?" Tanya Aftan.

"Tentu tidak"

"Kesuksesan karirmu mu tidak ada sangkut pautnya dengan tubuhmu?" Tanya Aftan lebih menekan.

"Apa maksud anda?" Tentu saja Andin sangat terkejut dengan pertanyaannya.

"Kamu bisa membuktikan?" Pertanyaan yang justru di jawab dengan pertanyaan oleh Aftan.

"Tentu saja Tuan, maaf pertanyaan anda di luar_"

"Aku pemilik perusahaan, terserah apa yang aku mau tanyakan"

"Kalau begitu saya permisi, dan anggap saya tidak pernah melamar di perusahaan ini" Andin merasa tersinggung, dan kakinya bersiap melangkah pergi.

"Aku menerimanya, tidak perlu dilanjut lagi" sebuah perintah terucapkan.

Deg

Andin langsung berhenti mematung di tempatnya, tak menyangka sama sekali keputusan yang akhirnya dilontarkan oleh Aftan.

Begitu juga dengan semua peserta yang masih dalam tahap interview, hingga protes pun akhirnya di ucapkan oleh satu dari mereka.

Bukan Aftan jika bertindak gegabah, semua langkah bahkan sudah di pikirkan dari awal, mengetahui semua calon pegawai yang ada disana, dan tidak ada satupun yang masuk kriterianya, bahkan kebanyakan dari mereka hanya penjilat saja.

Saat protes dilayangkan, Aftan hanya tersenyum sinis, lalu mengungkapkan kenyataan yang membuat peserta yang protes harus berpikir ribuan kali, dan yang lainpun tak berani berucap kalau tidak mau di kuliti.

"Maaf Tuan, apa tidak sebaiknya kita selesaikan dulu interview sesuai dengan aturan?" Tanya seorang wanita dalam Tim itu yang sepertinya paling berkuasa.

"Aturan yang mana, apa disini ada aturan yang memasukkan salah satu saudaramu menggunakan data palsu dengan bantuan mu?" Tanya Aftan dengan nada sedikit mentertawakan.

Semua terkejut, wanita itu langsung menunduk, tangannya gemetar, sungguh tak menyangka jika sosok pemilik tertinggi yang tak pernah terlihat di perusahaan mengetahui secara detail tentang kecurangannya.

Dan sang manager segera mengerti akan kode yang diberikan oleh tatapan mata Aftan sebelum pergi meninggalkan ruangan, sesaat suasana terasa sepi, hingga akhirnya Andin di persilahkan masuk di sebuah ruangan atas perintah Aftan tentunya.

"Kenapa kamu melakukan hal itu, aku ingin berusaha sesuai kemampuan ku, tidak perlu seperti yang tadi anda lakukan Tuan Aftan" Andin memberanikan diri karena merasa tidak suka perlakuan suaminya.

"Aku sudah mempelajari semua, ini bacalah" Aftan dengan santai memberikan semua berkas penting di tangan Andin yang masih berdiri di depannya.

Andin satu persatu membaca, dan terkejut melihat sejarah kerja dari semua yang melakukan interview hari ini, lalu dirinya terdiam dan duduk sambil menunduk.

"Aku mengatur semua ini karena ada maksudnya, begitu juga dengan menempatkan mu di perusahaan cabang ini, setidaknya jadilah istri yang tau terimakasih, dengan membantuku mengawasi disini"

"Apa?!" Andin baru tersadar, lalu terdiam kembali.

"Pulang bersamaku, masih tiga hari lagi kamu mulai bekerja" ucap Aftan lalu segera beranjak.

Sementara Andin masih duduk terdiam di tempatnya, menyesali kenapa dia sampai berpikir terlalu naif dengan mengira Aftan melakukan hal itu karena dia adalah sosok istri yang harus di jaga.

Hingga sesuatu yang sangat mengejutkan terjadi, entah kenapa tubuhnya tiba-tiba melesat cepat hingga berdiri di belakang suaminya, lalu genggaman itu terasa hangat menyambut jari jemarinya.

Andin segera menarik kembali tangannya saat berada di luar ruangan, dan Aftan membiarkan hal itu terjadi, berjalan didepan Andin yang masih banyak diam, sesekali menyapa mereka yang berpapasan.

Aftan melirik saat Andin bahkan di sapa dengan hangat oleh laki-laki yang bekerja disana, memberikan sapaan dengan sopan dan Andin tersenyum menyambutnya.

Hingga saat di depan pintu lift, tangan kokoh itu segera menarik Andin hingga terjatuh dalam pelukannya.

"Tuan" Andin terkejut segera ingin melepaskan diri, namun satu tangan lagi justru menekan erat hingga membuatnya susah untuk menjaga jaraknya.

Disaat yang sama pula, Andin di kejutkan dengan sosok laki-laki yang langsung tertawa melihat keadaannya dan sang suami yang sedang memeluknya.

"Sialan, kenapa kau kesini?" Tanya Aftan segera melepaskan pelukannya.

"Sepertinya aku kehilangan sebuah pertunjukkan dari Tuan Aftan Brian Nugraha, benar begitu?" Laki-laki itu ingin berjalan maju, yang tentunya akan sangat dekat dengan istrinya.

Entah kenapa, tiba-tiba Andin segera berpindah di belakang Aftan tanpa diminta, laki-laki itu pun semakin tertawa.

"Wow, siapa wanita ini?"

"Jaga jarakmu!" Perintah mutlak yang membuat laki-laki itupun segera mundur dan kembali ke tempat semula.

"Ck, kau sama sekali tak menghargai kedatangan ku" ucapnya.

Andin masih memegang tangan Aftan dengan kuat, terlihat masih begitu takut akan sosok yang baru saja muncul di depannya.

Aftan mengetahui apa yang terjadi dengan Andin, dan segera memperkenalkan sosok laki-laki yang sempat muncul dan membuat kehebohan.

Rupanya sosok sekretaris pribadi dari Aftan yang kini sudah ada di sana, memenuhi panggilan Aftan yang mengharuskan dirinya segera terbang kembali dan bekerja bersama sang majikan.

Dan pertanyaan Andin terjawab sudah, kenapa laki-laki yang di perkenalkan sebagai asisten pribadi itu berani bersikap begitu menyebalkan di depan Aftan?, yah karena laki-laki yang dipanggil Leon itu adalah sahabatnya.

"Jangan sampai aku mencongkel matamu le" ucapan Aftan sukses membuat sahabatnya itu segera mengalihkan pandangan dari Andin yang kini disamping Aftan.

"Ck, apa ada yang aku tak tau soal hubungan kalian?" Tanya Leon yang merasa aneh.

"Jangan bilang kamu tidak mendapat kabar apapun dari kakek dan orang tuaku"

"Belum, dan mereka sepertinya sedang pusing memikirkan mu, ada apa?, apa kau menghamili nya?" Leon menatap Andin kembali.

Plak

"Jaga mulutmu!" Ucap Aftan dengan tatapan tajam setelah satu pukulan mendarat ke tubuh sahabatnya.

"Mangkanya jelaskan!" Leon merasa kesal sambil mengusap bekas pukulan yang terasa panas di kulitnya.

"Aku sudah menikah"

"Apa?!"

"Tidak perlu berteriak" Aftan lalu melangkah keluar bersama Andin dari dalam lif yang sudah terbuka.

Bersambung.