Pernikahan tanpa cinta yang didasari sebuah pengorbanan dan misi balas dendam nyatanya membuat Fahreza Narendra putra terjebak di posisi yang sulit.
Pertemuannya kembali dengan cinta pertamanya, membuat Pria itu kembali harus memilih antara cinta sejatinya atau tetap bertahan dengan pernikahan tanpa cinta yang harus dijalaninya.
Akankah ia lebih memilih cinta sejatinya atau tetap bertahan mengarungi bahtera rumah tangga bersama wanita yang tidak ia cintai.
cerita ini merupakan sekuel dari Cerita "Story of my life"
Yuk simak cerita lengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teteh lia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Satu Minggu sudah Nayara tinggal di negara tempat suaminya di lahir kan.
Untuk pertama kalinya, Nayara pergi keluar Apartemen untuk berbelanja sendiri kebutuhan dapurnya. Karena biasanya, Nayara tidak perlu bersusah payah pergi berbelanja sendiri, karena akan ada seseorang yang selalu datang setiap hari untuk memenuhi isi dapur Unit Apartemen Nayara. Namun kali ini, Nayara menginginkan untuk pergi berbelanja sendiri untuk mencari bahan bahan kebutuhan dapurnya.
Setelah sebelumnya meminta izin terlebih dahulu pada Reza melalui sambungan telepon, kini Nayara sudah berada di salah satu pusat perbelanjaan terbesar yang ada di kota ini.
Nayara tengah asyik memilih beragam aneka jenis sayuran segar yang tersedia, hingga tanpa sengaja tangan Nayara yang hendak meraih seikat daun selada berbarengan dengan tangan gadis lain yang juga hendak meraih seikat daun selada yang sama, karena kebetulan daun selada itu hanya tinggal satu ikat itu saja yang tersisa.
kedua tangan dari gadis yang berbeda itu sama-sama meraih seikat daun selada yang sama. Hingga akhirnya, kedua gadis itu pun saling menatap.
"Fathia, kamu....." Ucap Nayara yang terkejut dengan gadis yang berada di hadapannya saat ini, bahkan sempat berebut seikat daun selada dengannya tadi.
Fathia sendiri juga tampak terkejut dengan kehadiran wanita cantik yang ia kenali adalah istri dari pemuda yang masih ia cintai sampai saat ini.
"Nayara.... Apa yang sedang kamu lakukan disini?" Tanya Fathia dengan wajah yang terlihat khawatir.
"Aku sedang berbelanja kebutuhan dapur yang kebetulan sudah habis." Jawab Nayara ramah.
"Ah... Kalau begitu, silahkan lanjutkan belanjanya,,,, daun selada ini. Ambil saja untukmu." Fathia berkata seraya memberikan seikat daun selada yang berhasil ia pegang lebih dahulu tadi kepada Nayara.
Nayara pun dengan senang hati menerima daun selada pemberian Fathia, karena Nayara memang membutuhkan daun selada itu.
"Untuk apa memberikan apa yang sudah menjadi milikmu kepada gadis pengkhianat itu lagi!"
DEG
Suara itu,,, Nayara mengenal persis pemilik suara itu.
Sementara Fathia, gadis itu menjadi semakin khawatir dengan kedatangan Hana.
Sebenarnya, Fathia memang tidak datang berbelanja seorang diri, Hana juga ikut bersamanya untuk sekedar menemaninya. Namun, sebelumya Hana pamit padanya tadi untuk pergi ke toilet. Itu lah sebabnya, Fathia khawatir jika Hana sampai keburu datang dan bertemu dengan Nayara.
Nayara menoleh, kedua matanya bertatapan langsung dengan kedua manik mata milik mantan sahabatnya yang kini malah menjadi adik iparnya.
"Farhana..." Gumam Nayara.
Hana berjalan mendekat kearah Nayara dan Fathia yang tengah berdiri berhadapan.
"kembalikan daun selada itu!" Dengan sekali tarikan, Hana berhasil mengambil kembali daun selada itu dari tangan Nayara tanpa ada perlawanan sedikitpun dari Nayara.
"Hana... Apa yang kamu lakukan? Berikan kembali daun selada itu pada Nayara!" Fathia hendak meraih seikat daun selada itu dari tangan Hana untuk kemudian ia kembalikan kepada Nayara.
Namun, Hana justru menatap tajam wajah Fathia hingga Fathia merasa takut dan memilih untuk mengurungkan niat nya itu.
"Wanita itu sudah pernah mengambil paksa apa yang seharusnya jadi milik Lo, Thia. Dan sekarang... Lo mau mengalah lagi demi wanita pengkhianat kaya dia!" Hana yang sudah tidak bisa mengendalikan emosinya mulai berbicara dengan nada tingginya, hingga membuat beberapa pengunjung yang kebetulan lewat merasa penasaran dan menatap kearah mereka bertiga.
"Hana,,,, aku...."
"Denger Naya... Bagi gue, Lo adalah cewe pengkhianat yang udah tega merampas kebahagiaan sahabat gue dan juga kebahagian gue dan Bunda Alya." potong Hana dengan jari telunjuk Hana yang menunjuk kearah wajah Nayara.
Air mata Nayara luruh seketika kala mendengar kalimat menyakitkan yang Hana tuduhkan padanya.
"Hana,,, aku minta maaf.... Tolong dengarkan penjelasanku dulu." Nayara berkata sembari meraih tangan Hana. Namun Hana langsung menepis tangan Nayara yang berhasil meraih tangannya.
"Jangan berani-beraninya Lo sentuh gue, sebelum Lo kembalikan Abang gue seperti dulu!" Teriak Hana dengan penuh amarah.
Fathia yang sempat terkejut dengan teriakan Hana segera tersadar dan dengan cepat menarik lengan sahabatnya itu untuk segera pergi dari sana. Fathia tidak ingin kemarahan sahabatnya justru menjadi tontonan gratis pengunjung disana.
"Hana, sebaiknya kita cepat pergi. Jangan buat dirimu menjadi tontonan banyak orang seperti ini!" Fathia berkata seraya menarik lengan Hana sekuat tenaga.
"Lepasin gue Thia,,, gue belum puas ngomong banyak hal sama cewe pengkhianat itu." Teriak Hana yang sama sekali tidak di gubris oleh Fathia. Gadis itu tetap fokus Menarik lengan Hana dan menggeret nya agar segera pergi menjauh dari Nayara karena tempat itu sudah mulai ramai karena teriakan Hana tadi.
Sementara Nayara sendiri, menatap nanar tubuh Hana yang tengah di tarik paksa oleh Fathia. Perasaan Nayara begitu terluka mendengar semua tuduhan yang Hana tujukan padanya. Meski Nayara juga menyadari, bahwa ia memang bersalah.
*******
"Berhenti terus-terusan mengumpat Hana!Apa kamu tidak lelah? Sudah lebih dari satu jam mulut bawel mu itu tidak berhenti mengumpat Nayara. Telingaku saja sampai panas mendengarnya." Keluh Fathia.
Keduanya kini berada di kafe tempat Fathia bekerja.
Fathia berhasil membawa pergi Hana menjauh dari Nayara. Beruntung tadi mereka berada di pusat perbelanjaan milik Ayah Vino. sehingga keributan tadi tidak menyebar luas dan tidak berbuntut panjang. karena beberapa security yang bertugas di sana segera mengamankan tempat kejadian dari pengunjung yang sempat berkerumun.
Hana terdiam, mulutnya baru terasa pegal setelah tidak terasa lebih dari satu jam ia mengumpat mantan sahabatnya itu.
"Kedepannya,,, kamu harus bisa bersikap dewasa, Hana. Ingat... Umurmu sudah hampir kepala 3. Tapi sikap mu masih saja seperti bocah yang sewaktu waktu bisa tantrum seperti tadi." Sindir Fathia.
"Gue emosi Thia.... Gue muak liat tampang sok polos dari cewe pengkhianat itu." Lirih Hana.
"Tapi Hana, walau bagaimana pun.... Nayara sekarang adalah Kaka ipar kamu yang tentunya harus kamu hormati." Fathia berusaha menasehati Hana meski tak dapat di pungkiri, hati Fathia pun masih terasa perih melihat wajah Nayara tadi.
"Sampai kapanpun, gue ga bakal bisa terima cewe pengkhianat itu jadi Kaka ipar gue! Karena gue cuma mau, Lo.... yang jadi Kaka ipar gue." Ucap Hana. Tentunya membuat Fathia menggeleng lelah. Sahabatnya ini memang sulit untuk di nasehati.
********
Sementara di kantor pusat Narendra group.
Lee masuk kedalam ruangan sahabatnya sembari membawa sebuah berkas. Wajah Lee tampak terlihat sumringah.
"Akhirnya....." Ucap Lee sembari meletakkan berkas itu tepat di atas meja di hadapan Reza yang tengah fokus menatap layar laptopnya.
"Ada apa!" Tanya Reza sembari tetap menatap fokus layar laptopnya.
" Tentang dana besar yang kita butuhkan.... Seseorang telah mengucurkan sejumlah dana yang cukup besar untuk proyek rahasia kita itu." Jawab Lee sambil tersenyum sumringah.
Proyek besar tersembunyi itu akhirnya bisa mulai di jalankan. Meski belum sepenuhnya bisa berjalan. Karena mereka masih membutuhkan satu aliran dana penopang lagi sebagai cadangan jika sewaktu waktu rencana awal mereka gagal.
"Aku sudah tahu tentang itu. Dan mulai besok proyek itu akan mulai berjalan." Jawab Reza tanpa menoleh sedikit pun pada berkas yang Lee bawa.
"Sebenarnya, aku masih belum percaya.. Bahkan tidak menyangka. Jika gadis yang terlihat sederhana itu memiliki kekayaan yang tentunya sangat fantastis, karena dia mampu mengucurkan dana sebesar itu." Lee berkata sembari membayangkan wajah gadis yang namanya tertera sebagai penyumbang dana terbesar proyek itu.
"Jangan coba-coba membayangkan wajahnya!" Peringat Reza yang kali ini berkata sambil menatap wajah Lee.
Reza tahu persis siapa yang sedang Lee bayangkan saat ini.
"Ah... Pantas saja kau begitu tergila gila padanya sampai rela mengabaikan istri cantikmu itu." Tambah Lee.
"Pergilah Lee... Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu!" Reza mengalihkan kembali fokusnya pada layar laptopnya. Banyak mengobrol dengan Lee malah akan memancing emosi pria pekerja keras itu.
"Ku pikir...... Kau harus mulai bisa bersikap tegas pada hatimu. Karena kedepannya aku yakin, kisah cinta mu itu akan semakin rumit, sobat!" Ujar Lee sebelum pergi meninggalkan ruangan besar Reza.
Reza terdiam sejenak. Apa yang Lee katakan memang benar. kedepannya, tentunya akan menjadi jauh lebih rumit lagi.
Lanjut bab berikutnya 👉
🌹buat kakak author 🤗