NovelToon NovelToon
As You Wish, Duke!

As You Wish, Duke!

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam
Popularitas:72.4k
Nilai: 4.9
Nama Author: Eva IM

Elia putri Duke Haliden menikah dengan putra selir kaisar yang berstatus Duke, Julius Harbert.
Pernikahan yang tidak didasari cinta tidak akan bertahan selamanya, itulah yang Elia percaya. Julius selalu melihatnya sebagai gangguan di matanya.
Selama tiga tahun pernikahan Elia siang malam memikirkan bagaimana caranya lepas dari rumah Harbert yang tidak pernah menghargainya.
Kematian.
Hanya ada satu ide yang terlintas di benaknya.
"Seperti apa yang kamu inginkan, Duke! Kematianku."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva IM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Efek Violacea

Julius segera melepas jas luarnya dengan satu tangan karena tangan yang lainnya masih menahan pemberontakan Ines.

Tanpa mempedulikan setiap pemberontakan Ines, Julius menutupi kepala Ines dengan jasnya. Dia harus membawa Ines keluar dari pesta ini. Mencari dokter dan memberinya penawar Violacea.

Jika tidak ditangani dengan baik, tubuh yang tidak bisa menanggung Violacea akan hancur. Julius tidak bisa membayangkan wanita di dalam pelukannya ini mati dua kali.

Saat knop pintu diputar, Owen berdiri tegak di depan pintu. Tersentak melihat Julius yang memegang erat Ines dalam pelukannya.

"Yang Mulia." Seru Owen.

"Siapkan satu kamar di dekat istana, dan panggil dokter." Titah Julius.

Owen segera mengangguk kemudian menghilang. Dia telah menangani Yosef dengan bantuan pengawal bayaran. Karena mereka berada di luar Delian, Owen membuat antisipasi keadaan darurat dengan bantuan pengawal bayaran.

Pesta yang hampir usai menjadi tenang, sebagian tamu telah meninggalkan ruangan dan mereka yang tersisa terlihat mabuk oleh anggur.

Hanya beberapa orang saja yang masih sadar. Mereka adalah para aristokrat.

Persetan dengan pandangan mereka. Julius mendekati Wilhem kemudian memberi salam singkat.

"Tolong pinjamkan satu kamar di istana dan kirimkan juga dokter."

"Apa yang terjadi?" Wilhem terhenyak dari tempat duduknya.

Beberapa pasang mata para aristokrat yang duduk bersama Wilhem terlihat penuh minat.

Melihat Julius yang memeluk seorang wanita, terlihat dari gaunnya yang menjuntai. Mereka penasaran siapa itu. Karena bagian atasnya tertutup oleh jas, mereka hanya bisa menebaknya.

Pasti terjadi sesuatu. Pikir mereka.

"Akan saya jelaskan nanti." Desak Julius.

Wilhem mengangguk kemudian memanggil salah satu pelayan untuk membimbing Julius. Sama dengan para aristokrat lain, Wilhem berusaha memahami apa yang terjadi. Terlalu sembrono jika seorang pangeran menunjukkan hal-hal seperti ini. Bukankah yang ada di pelukannya adalah seorang wanita. Melihat sebuah gaun yang menjuntai dari tubuh yang diangkatnya.

Mereka hanya bisa tertegun melihat Julius yang berjalan pergi dengan tergesa-gesa mengikuti seorang pelayan yang dikirim Wilhem. Mereka saling melirik namun tidak membuat anggapan apapun. Satu karena dia adalah seorang pangeran dari negara sahabat dan yang kedua dia adalah tamu istimewa raja. Terlalu kurang ajar kalau membicarakan seseorang di depan orang yang dekat dengannya.

Praktis mata dan mulut mereka tertutup. Menganggap tidak melihat dan mendengar apapun.

"Ah!" Julius kembali mengerang saat rasa perih kembali terasa.

Dalam perjalanan menuju kamar di istana yang disiapkan oleh Wilhem, Ines beberapa kali menggigit kembali lehernya atau pundaknya. Meskipun hanya terasa menyengat, Julius tetap terkejut dengan perilaku Ines ini. Pemberontakannya mereda, Ines dengan patuh memeluk leher Julius.

Tubuhnya bergoyang karena langkah kaki Julius, namun Ines tak peduli. Rasa ingin menggigit Julius tak tertahankan. Dia kesal. Tidak tahu apa alasannya. Dia ingin melampiaskan semuanya. Karena yang terdekat dengan bibirnya adalah leher dan pundaknya, maka Ines mengarahkannya ke dua titik ini. Tidak peduli dengan Julius yang terkejut beberapa kali.

"Aku membencimu Julius Harbert." Ucap Ines setengah berbisik.

Julius yang mendengarnya berhenti. Ini adalah kali pertamanya Ines memanggilnya Julius, bahkan bukan Delian, Ines memanggilnya dengan gelar Dukenya, Harbert.

Dia menjauhkan tubuh Ines sedikit untuk mencuri pandangannya. Ines tersenyum menatapnya. Sorot matanya penuh keberanian. Bola mata keunguan yang berkobar penuh kegilaan.

Tatapan mereka bertemu sejenak. Saling mengunci penuh kesengitan. Sayangnya suara pelayan yang menginterupsi memotong kesengitan mereka.

Memalingkan pandangannya, Julius kembali mengikuti pelayan yang memandunya. Sedangkan Ines kembali melampiaskan kekesalannya dengan menggigit bahu Julius. Julius sendiri sudah pada tahap tidak lagi terkejut. Kadang jika gigi Ines terlalu dalam mengenai kulitnya, Julius akan mengernyit.

Akhirnya mereka tiba di sebuah kamar yang terletak di istana dalam. Pelayan mengambil jalan memutar sesuai dengan perintah Wilhem untuk menghindari pandangan orang-orang. Tak disangka, Owen telah menunggunya dengan seorang dokter di pintu masuk kamar.

"Yang Mulia." Seru Owen saat melihat sosok Julius.

Dengan sigap Owen membuka pintu. Setelah Julius masuk Owen mengangguk kepada pelayan yang segera pergi tanpa jejak. Owen menutup pintu diikuti oleh dokter.

"Violacea, berikan obat penawarnya dulu." Tanpa menunggu dokter Julius segera mengeluarkan perintah.

Karena tidak ada jawaban, Julius menoleh. Dokter yang dibawa Owen berdiri mematung di belakang Owen.

"Owen!" Bentak Julius.

Dokter yang linglung ditarik Owen ke kenyataan secara paksa. Dia diseret di tengah malam tanpa tahu apa yang terjadi. Kemudian dia harus menunggu di depan pintu. Entah menunggu siapa. Begitu seseorang datang dia langsung diberi perintah tanpa aba-aba.

Dia dengan ringan menarik selimut kemudian menurunkan tubuh Ines ke bidang yang empuk. Melempar jas yang menyelimutinya. Menggantinya dengan selimut yang sebenarnya.

Ines yang tubuhnya panas semakin panas saat sebuah selimut menutupi tubuhnya. Tangan dan kakinya memandang selimut hingga berantakan.

"Panas." Keluhnya. Selain panas kini tubuhnya terasa gatal. Pada titik-titik tertentu sepeti leher, bagian dada dan tubuh bawahnya.

Ines menggaruknya secara acak. Menggesek kedua kakinya yang gatal. Tapi tidak pernah merasa puas. Ines tak bisa mengendalikan dirinya.

Julius segera meraih kedua tangan Ines. Mencegahnya untuk melukai dirinya sendiri.

Tampaknya Ines yang tidak terima menghempaskan tangan Julius kemudian berteriak.

"Lepaskan aku!"

Dia bangun tiba-tiba. Mengedarkan pandang sebentar kemudian tanpa di duga salah satu tangannya menarik ikatan tali di belakang punggungnya hingga ikatannya lepas.

Bagian gaun yang menutupi tubuh bagian atasnya terlepas perlahan hingga memperlihatkan sebagian dadanya.

Julius yang terkejut langsung menarik tubuh Ines ke dalam pelukannya. Menutupinya dengan tubuhnya yang besar. Sadar bahwa bukan hanya dia yang ada di ruangan ini, Julius berteriak.

"Owen keluar! Bawa dokter itu keluar! Siapkan obar penawar Violacea, letakkan di depan pintu dan jangan pernah masuk tanpa perintahku!" Darah Julius mendidih. Gejala kegilaan Ines semakin menjadi. Julius tak bisa lagi memprediksinya.

Mendengar pintu tertutup dengan bunyi klik, Julius melepaskan tubuh Ines kemudian membungkusnya dengan selimut. Menahan pemberontakannya yang berulang.

Jika terus seperti ini, bukan hanya Ines, Julius bisa ikut gila.

"Panas! Panas! Gatal! Lepaskan aku!" Tangis Ines pecah.

Menatap mata ungunya yang penuh kegilaan, Julius menelan rasa pahit. Dia sudah banyak menangis dan Julius tidak bisa berbuat apa-apa. Betapa tidak bergunanya dia dalam situasi seperti ini. Melihatnya yang terus menangis, hati Julius luluh. Dia melepas cengkeramannya pada Ines. Mundur satu langkah untuk memberi kebebasan padanya. Sambil berharap Owen segera kembali dengan obat penawar Violacea.

Setelah tubuhnya bebas Ines segera menyibak selimut. Dia duduk dengan kedua kaki yang tertekuk ke belakang. Menumpu tubuh lemahnya dengan kedua tangannya. Ines masih menangis. Tangannya juga terus menggaruk beberapa bagian tubuhnya.

Melihat kuku yang bisa saja melukai kulitnya, Julius mendekat. Menarik lembut tangannya. Mengusapnya kemudian berbicara sepelan mungkin.

"Anda bisa terluka."

Ines mendongak. Tangisannya berhenti. Bola matanya menatap Julius lekat-lekat.

"Duke Julius Harbert?" Tanpa diduga, Ines mengeluarkan suaranya yang lirih.

Julius mengangguk. Membawa kedua tangan Ines ke bibirnya. Menciumnya dengan penuh perhatian.

"Kenapa anda tidak memedulikan saya?" Tanya Ines dengan kepala yang dimiringkan.

Julius terhenyak kemudian memandang Ines. Sikapnya berubah lagi. Tadi pemberontak, menangis, berteriak, menggigit, kini melembut. Julius mengernyitkan alisnya atas pertanyaan Ines. Kenapa dia tidak memedulikannya, sejak awal dia peduli. Jika tidak, Ines tidak akan ada disini bersamanya.

"Aku juga manusia. Bukan hewan yang menjijikkan." Suara Ines menajam.

"Lady Ines? Apa maksud anda?" Julius masih tidak mengerti apa maksud Ines.

Di tengah kebingungannya, tubuh Ines mendekat tanpa dia sadari. Mendekatkan bibirnya ke telinganya.

"Kamu adalah darah kotor. Wanita tercemar. Tidak cocok dengan Duke Harbert yang terhormat. Pernikahan kalian hanyalah penghinaan bagi Harbert. Jadi kenapa tidak menyerah saja pada pernikahan ini." Bisik Ines.

Dia menjauh untuk melihat respon Julius. Sesuai dengan harapannya, mata Julius membulat. Orang yang tidak akan menoleh meskipun bumi hancur kini terguncang. Wajah tenangnya pecah berkeping-keping.

Ines mengulas senyum sambil melanjutkan.

"Menikahi wanita dengan darah tercemar seperti anda sudah merupakan penghinaan bagi Yang Mulia. Dengan kehadiran anda yang tidak tahu malu di mansion Harbert menambah rasa malu Yang Mulia. Kenapa anda masih bertahan padahal sudah diabaikan? Apakah anda tidak punya harga diri? Kembalilah ke keluarga anda. Maka semua masalah ini akan selesai."

Tidak satu kalimat pun Ines lupa. Apa yang dikatakan Owen hari itu. Menancap erat di dalam hatinya. Darah tercemar. Penghinaan. Penambah rasa malu. Ines hidup dengan mengingat hal itu. Dia akan menangis saat mengingatnya.

Namun kali ini, Ines berhasil mengucapkannya. Lancar tanpa rasa rendah diri. Dihadapan orang yang ingin dia beritahu bahwa dia bukan lagi darah tercemar. Bukan lagi Elia Haliden, dia Ines Margareth sekarang.

Bersambung...

1
Kastini
smangat semoga sehat sllu
Esti Afitri88
bikin jengkel banget si petrus nih ya
Eva IM
Halo ini Eva, maaf Eva menghilang cukup lama. Eva sempat sakit dan proses penyembuhannya cukup lama, untuk kedepannya Eva akan berusaha untuk update dan memperhatikan kesehatan Eva. Terima kasih atas dukungannya ❤️
Melani Sunardi: cepat pulih ya Thor.....
Abel_alone: smg sllu sehat
total 5 replies
Diah Al Khalifi
menarik😘
Dona Monasari
dizman kerajaan udah pake dasi????
Anonymous
up nya kelamaan …
Nhana tan
Thor, tumben lama gak up
Kastini
kok lama Ndak up"?
Wini
bagus bangett
Leny Leny
ribet banget deh ines...dah bye..bye..aja cewek kok ribet, cerewet and jengkelin, keras kepala..
Esti Afitri88
julius harus ekstra sabar ya sama ines . hihihi...
Esti Afitri88
kasihan juga si owen . selalu sesak bila ingat masa lalu elia haliden
Yuliana Nengrum
lanjut toor jalius dan ines saling jatuh cinta dan punya perasaan lah
yani
lanjut thorr
Kastini
lanjuttt
Dandelion Queen
bagus
Yuliana Nengrum
bisa ines jatuh cinta pada jalius dan hidup romantis untuk biduk rumah tangga , beri kasih sayang sama ines biar dia buka hatinya buat jalius
Era Simatupang
bisakah upnya d banyakin karena sangat suka ceritanya
Diah Al Khalifi
thank u sdh up...😘🥰
Merry Maria
mksh sdh up akak...🥳🥳💐💐
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!