Si Cupu Kesayangan Mr. Mafia

"Makasih El, makasih banyak." Ucap Alvin, Elvin tersenyum dan menepuk-nepuk pundak sang Kakak.

"Sama-sama Kak," Keduanya sama-sama tersenyum, Calya juga di masukan ke dalam ruang isolasi di ICU untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut. Selain itu, hal itu juga di lakukan untuk memastikan kestabilan pasien pasca operasi.

Alvin memperhatikan Calya dari luar ruang isolasi, para dokter ahli juga sangat terkejut dengan kemampuan Elvin. Selama hidup Elvin, dia memang tak pernah gagal dalam melakukan Operasi meski dalam kondisi seperti apapun juga. Itulah mengapa dia memiliki gelar sebagai Bapak Operasi Indonesia.

"Jangan lupa sholat ya?" Tuan Khan mengingatkan, tanpa ragu Alvin juga mengangguk. Selain karena keberadaan sang adik alias Elvin agaknya kekuatan do'a dan cinta juga sangat membantu.

"Pah, kalo aku buat Taj Malah lagi di sini boleh gak?" Tuan Khan mengangkat alisnya.

"Maksud kamu?" Tuan Khan bingung, sedangkan Elvin dan keluarganya saat itu tengah istirahat di salah satu apartemen milik Alvin.

"Aku berencana membuat Tak Mahal lagi, agar cinta kita bisa abadi seperti Jodha-Akbar." Tuan Khan menepuk jidat mendengar pernyataan sang menantu, Alvin nampak menatap mertuanya bingung.

"Gak harus seperti itu juga Alvin, kamu sebaiknya menggunkan uang kamu menjadi hal yang jauh lebih berguna lagi." Alvin terdiam, menurut Alvin itu juga sangat berguna untuk kisah cinta Calya-Alvin.

"Membuat yayasan panti asuhan untuk menampung anak-anak terlantar dengan nama istri mu itu lebih baik, atau membuat rumah sakit dan beberapa fasilitas yang dapat membantu masyarakat banyak agaknya itu akan lebih berguna Alvin." Tuan Khan tersenyum, dia merasa bila Alvin saat ini benar-benar seperti putra-nya sendiri. Alvin juga nampak berfikir sejenak.

"Pah, kenapa Papah ngikutin aku saat itu? Kenapa hanya diam dan tidak mencegah Calya pergi, padahal saat itu Calya sangat terluka." Ingat Alvin, Tuan Khan terdiam. Ingatan mereka masuk saat Calya pulang ke rumahnya bersama dengan Alvin.

"Kamu tahu rupanya." Ucap Tuan Khan, Alvin terkekeh.

"Tentu saja, aku bahkan akan tahu bila ada cicak yang mendekati apartemen itu." Ucap Alvin, Tuan Khan menelan saliva.

"Kamu juga sangat lama di dalam apartemen itu, habis apa?" Tanya Tuan Khan, Alvin terdiam dia tak mungkin bilang habis tidur dulu dan mimpi ehem-ehem bukan?

"Aku jarang menghuni apartemen itu, jadi sudah pasti aku memastikan keamanan bagi calon istri ku dulu sebelum pergi." Ucap Alvin, Tuan Khan tersenyum.

"Maaf, aku menilai mu hanya dai penampilan." Ucap Tuan Khan, Alvin menggelengkan kepalanya.

"Anda tidak salah Pah, aku juga mungkin akan melakukan hal yang sama sepeti anda." Tuan Khan tersenyum mendengarnya.

"Apa kamu akan tinggal di sini ke depannya?" Alvin menggelengkan kepalanya, Tuan Khan nampak sedikit kecewa.

"Aku akan di Indonesia dulu untuk beberapa bulan kedepan. Aku ingin fokus dalam penyembuhan Istri ku. Setelah itu mungkin aku akan tinggal di sini lagi, aku juga harus mengembangkan perusahaan A." Ucap Alvin, Tuan Khan tersenyum puas akhirnya.

"Aku sangat mencintai Putri mu Pah." Ucap Alvin, Tuan Khan tersenyum dan mengusap punggung sang menantu.

"Terima kasih sudah mencintainya dengan sangat besar.

"Kamu sangat luar biasa." Puji Tuan Khan memang benar bila selama ini dirinya diam-diam mengagumi sosok pemimpin dari Perusahaan A, dan dia memberikan syarat itu pada Calya agar di masa depan Calya dapat hidup berkecukupan dan bahagia.

Tidak di sangka, bukan hanya pekerja biasa yang di dapatkan oleh Calya melainkan Presdir perusahan tersebut. Pria yang di kaguminya ternyata seorang pria yang memiliki tampilan penjahat.

Ponsel Alvin berdering kala itu, dan mendapati nomor sang adik di sana. Alvin menghela nafas berat, entah protes apa lagi yang akan di layangkan oleh Alvin. Setelah sebelumnya dia protes karena Alvin mengajari Rayyan yang tidak-tidak katanya.

"Ya El?"

"Kakak boleh minta izin sama dokter di sana untuk melihat Calya, aku fikir saat ini dia sudah lebih baik. Terima kasih apartemennya sangat nyaman." Ucap Elvin, Alvin tersenyum.

"Sama-sama kalo mau aku kasih apartemennya buat kamu saja, aku masih banyak." Ucap Alvin, terdengar tawa dari Elvin kemudian.

"Wah, terima kasih Kak." Ucap Elvin, Alvin juga akhirnya menghubungi dokter yang berjaga untuk meminta izin. Izin di dapatkan oleh Alvin, dia akhirnya masuk ke dalam rungan Calya.

Calya nampak masih belum sadarkan diri, bibirnya nampak pucat namun Alvin masih terus mendekat dan menggenggam tangan Calya dengan hati-hati.

"Terima kasih sayang, kamu sangat tangguh." Ucap Alvin, dia mengecup kening Calya hingga mata Calya akhirnya terbuka secara perlahan.

"Kamu sudah bangun?" Bisik Alvin, Calya nampak tersenyum meski samar karena terhalang oleh alat bantu pernafasan.

"Sayang, kamu baik-baik ya?" Calya menanggapi dengan mengedipkan matanya, Alvin tersenyum lembut dan terus menatap Calya dengan kagum. Dia enggan pergi sebelum akhirnya seorang dokter memperingatkan Alvin, karena Calya harus istirahat lebih banyak.

Setelah dua hari menanti, akhirnya Alvin bisa melihat Calya sadar dan membuka mata. Dapat menemuinya dan dapat merasa jauh lebih tenang. Sejak hari itu juga sebuah berita di dunia Mafia buming.

Mereka mendapatkan kabar bila Mr. A sudah meninggal di sebuah pertempuran sengit di India. Tentu saja hal itu hanya settingsan belaka, semua itu di lakukan agar nama Mr. A musnah dari dunia Mafia.

Mr. A seolah telah lenyap dari dunia dan hanya hidup satu manusia yaitu Tuan Alvin Bagaskara sang pemimpin Perusahaan A. Vanessa dan Kodoi juga telah memilih jalan mereka sendiri.

Mereka berencana membuat sebuah restoran berkelas di Indonesia dan akan memilih tinggal di sana, Fika yang saat itu menjadi korban atas kekacauan yang di lakukan oleh Alvin pada akhirnya membereskan segalanya.

Di awali dari para reporter yang kepo, bahkan sampai masalah lainnya dia tangani bersama sang suami. Tuan Bagaskara merasa bangga dengan kekompakan anak-anaknya sendiri.

Satu minggu pada akhirnya berlalu, Calya nampak sudah lebih baik meski harus tetap ada di rumah sakit. Suatu malam, keadaan kamar Calya sangat sunyi. Malam itu Amita akan melangsungkan pernikahan.

Amita jelas merasa terkejut saat mendengar kabar bila sang Kakak telah menikah dengan Presdir Perusahan A, pada awalnya dia merasa sangat iri. Karena di bandingkan dengan sang Kakak, dirinya merasa bila dia jauh lebih baik dari sang Kakak.

Dia kesal, karena dia di kalahkan oleh sang Kakak yang memiliki penampilan yang sangat kolot dan bahkan suami Calya agaknya lebih tampan dari calon suaminya sendiri.

"Yank?" Alvin memelintir rambut Calya yang masih berbaring, Calya menanggapi dengan senyuman.

"Kamu mau denger cerita gak?" Tanya Alvin, Calya nampak mengedipkan matanya.

"Hari ini adik mu akan menikah, tapi jujur aku kurang suka melihat dia. Boleh gak aku minta agar kamu jangan pernah masukin dia ke rumah kita?" Calya mengedipkan lagi matanya.

"Aku juga kurang menyukainya saat ini." Ucap Calya, ya diam-diam Calya mendengarkan Amita saat Amita memaki Calya yang di kira Amita bila Calya masih tidak sadarkan diri. Amita memakinya dan mengatakan bila dia akan merebut Alvin entah bagaimanapun juga caranya. Jujur Calya tak menyangka melihat tabi'at yang di perlihatkan sang adik, namun dia akhirnya sadar bila Alvin adalah cintanya yang tidak akan pernah dia lepaskan meski untuk adiknya sendiri.