NovelToon NovelToon
Aku Menciptakan Akademi Pahlawan

Aku Menciptakan Akademi Pahlawan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Sistem / Epik Petualangan / Akademi Sihir
Popularitas:33.6k
Nilai: 5
Nama Author: Secret_N

Novel Ini dibuat sebatas Fiksi dan Imajinasi Penulis Semata!

|Percayakah anda bahwa di dunia ini ada keberadaan yang luar biasa? Kami mengundang anda untuk bergabung dengan Akademi Pahlawan

Di dunia ini, banyak hal yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Monster monster dari kedalaman alam semesta siap menyerang kapan saja.

Anda adalah harapan umat manusia, masa depan anda terikat dengan masa depan seluruh umat manusia.

Bergabunglah dengan Akademi Pahlawan, dan jadilah pahlawan dengan segenap hati, jiwa dan raga anda.

Kami menantikan anda... |

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Secret_N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

"Sudah kuduga, aku masih terlalu lemah!" Arshaka mengepalkan tangannya kesal. Menengadah, menatap langit biru yang tertutup awan hitam. Arshaka menggerakkan pikirannya ringan dan segera membubarkan awan yang menumpuk.

Detik berikutnya, mentari sekali lagi menunjukkan sinarnya. Arshaka melihat bajunya yang basah, berjalan dengan langkah tegas mendekati portal. Kemudian, dengan tangan kosong Arshaka memaksa penutupan Portal Abyss itu secara permanen.

Berbalik, ia melihat teman kecil itu masih berdiri di dalam penghalang buatannya.

Berjalan mendekat, Arshaka berlutut satu kaki. Setelah menghilangkan penghalang perlindungan buatannya. Arshaka tersenyum, "Apakah kamu baik baik saja?"

"Kakak, kamu luar biasa! Apakah kamu seorang dewa? " Corin berbicara dengan penuh semangat.

"Hahaha, Aku bukan dewa" Arshaka terkekeh.

"Kakak dewa, Apakah kamu lelah?" Corin meraih tangan Arshaka, ia memiliki ekspresi bingung di wajahnya.

"Tidak, tidak lelah" Arshaka tertawa.

"Benar, bagaimana kamu bisa lelah jika itu untuk melindungi umat manusia?" Mendengar ungkapan Corin, Arshaka tertegun. Darimana Corin berfikir ia melindungi umat manusia?

"Kenapa kamu bisa berfikir seperti itu?" Arshaka tersenyum dan bertanya bingung.

"Bukankah kakak membunuh semua monster itu? Sejujurnya aku melihat monster itu datang darimana. Melihatnya saja, aku tahu mereka bukan sesuatu yang baik." Arshaka tertawa, ia tidak menyangka jawaban Corin seperti itu.

"Benar, Kamu benar! Jadi, mari kita simpan rahasia ini untuk kita berdua?" Arshaka tidak menyangka, meskipun Corin terlihat masih muda. Tetapi otaknya sangat cerdas.

"Baiklah"

"Dimana tempatmu tinggal! Aku akan mengantarmu kesana" Arshaka berdiri, memegang tangan Corin dan mengantarnya sampai di sebuah desa.

Saat Arshaka tiba di desa, ia melihat seorang pria paruh baya datang bergegas. "Corin, bukankah sudah kukatakan! Jangan pergi ke hutan! Dihutan ada monster!"

Tubuh Arshaka menegang, ia menatap Corin dengan tatapan bingung. Ia tidak mengerti apa yang terjadi.

"Kepala desa, aku baik baik saja" Corin tersenyum dan menggelengkan kepalanya tenang. Sorot matanya yang tenang, benar benar tidak selaras dengan penampilannya.

"Kamu kamu... Haishhh salahkan aku yang meminta ayahmu pergi ke hutan untuk berburu" Semakin Arshaka mendengarnya, ia semakin tidak paham.

"Tidak apa apa kepala desa" Corin berbalik menatap Arshaka di belakangnya.

"Terimakasih kakak telah mengantarkanku kembali. Kakak keren" Corin melambaikan tangannya dan berlari memasuki desa. Meninggalkan Arshaka yang terdiam.

"Sistem, sebenarnya apakah ada korban?" Arshaka mengerutkan kening bingung. Jelas ia tidak merasakan adanya jejak korban manusia. Tetapi dari perbincangan Corin dan kepala desa, Arshaka tahu ada sesuatu yang terjadi.

|Mengapa Tuan Rumah tidak mengamatinya sendiri?|

Arshaka mengerutkan keningnya, menggerakkan tubuhnya melayang di atas langit. Mengikuti jejak Corin.

Disisi Corin.

Ia berlari pulang, melewati satu persatu rumah dengan penuh senyuman. Memasuki sebuah halaman, ia membuka pintu dengan bahagia.

"Ayah, ibu aku pulang" Corin berjalan masuk. Dalam pandangannya, ia melihat ayahnya sedang terbaring tanpa tangan dan tersisa satu kaki di atas tempat tidur. Sebuah keberuntungan, ia tetap hidup.

"Ayah tenang saja, dendammu sudah terbalaskan!" Mata Corin memerah, ia mendekati ayahnya yang telah memejamkan mata sejak ia ditemukan di gerbang desa.

Ayahnya adalah prajurit terkuat di desanya. Sebagai prajurit terkuat, sudah sewajarnya ayahnya akan pergi berburu dan mendapatkan daging untuk seluruh warga desa.

Beberapa waktu lalu, ayahnya diminta kepala desa untuk pergi berburu di hutan yang biasanya mereka kunjungi. Namun, ketika hari mulai gelap. Ayahnya tetap tak kunjung kembali.

Ibu dan dirinya khawatir semalaman, dan ketika ia bangun keesokan paginya. Ayahnya ditemukan di pintu masuk desa dengan keadaan seperti saat ini.

Saat itu ayahnya masih sadar, ia meninggalkan pesan agar tidak pergi ke hutan karena monster yang ada disana.

Corin jelas diperingatkan untuk tidak sekalipun mendekati hutan, namun ia tidak bisa menahannya. Ayahnya membutuhkan obat, jadi pagi ini dia pergi diam diam untuk mendapatkan obat di hutan.

Baru kemudian, ia melihat Arshaka yang berdiri di atas langit membantai puluhan ribu monster layaknya dewa.

"CORIN!, Kamu darimana saja" Ibu Corin bergegas memeluk Corin dengan penuh rasa cemas.

"Ibu, maafkan aku. Aku tidak bisa mendapatkan obat untuk ayah"

"Apa yang kamu katakan, bagaimana kamu bisa pergi ke hitan seorang diri"

"Tidak apa apa bu, monster itu sudah tidak ada"

Yang tidak diketahui Corin, di atap rumahnya. Arshaka menatap duduk dan menatap langit dengan sorot mata rumit.

"Jelas dia tahu aku seperti dewa, tetapi ia tidak meminta bantuanku untuk menyembuhkan ayahnya?" Untuk sejenak, Arshaka tidak tahu bagaimana ia harus bereaksi.

Malam tiba begitu cepat, Arshaka melihat Corin dan ibunya terlelap. Arshaka melangkah memasuki rumah dengan langkah pelan.

Melihat pria yang kekar tengah terbaring di atas ranjang. Suara sistem terdengar dalam benaknya.

|Tuan Rumah, jika anda ingin membantunya mungkin akan mempengaruhi sedikit sejarah masa depan|

'Apakah itu parah?' Arshaka bergumam betanya pada sistem.

|Masih dalam kondisi yang bisa di kendalikan|

Arshaka mengangguk, ia mengendalikan kekuatan kehendaknya untuk memulihkan ayah Corin. Namun, ketika ia hendak berbalik pergi ia melihat Corin terbangun menatapnya dengan tak percaya.

Arshaka berlutut satu kaki, memberi isyarat untuk tidak berbicara. Mengusap puncak kepala Corin dengan hangat. Arshaka berjalan pergi, menghilang di gelapnya malam.

Ketika Corin mengejarnya, yang dia lihat hanya angin malam yang berhembus tenang. Berlutut di halaman rumahnya, air matanya menetes membasahi pipinya.

"Terimakasih terimakasih terimakasih" mengucapkan terimakasih berulang kali dengan suara rendah.

Setelah mengucapkan terimakasih. Corin berjalan masuk, melihat ayahnya yang terbaring di tempat tidur dengan tangan dan kaki yang masih utuh.

Tidak ada lagi ekspresi kesakitan di wajahnya, ekspresinya sangat tenang dan damai. Corin tersenyum sekali lagi, menatap langit malam. Ia memutuskan menyimpan rasa terimakasihnya ini seumur hidup.

...

Arshaka berjalan di dampingi oleh angin malam yang berhembus dingin. Langit gelap itu terlihat sangat indah. Dengan bintang bertaburan dimana mana.

"Malam ini sangat indah" Arshaka bergerak cepat. Karena ia berada di masa lalu. Ia tidak bisa menyia nyiakan waktu begitu saja.

Ia harus memanfaatkan waktu untuk menciptakan legenda akademi. Untuk membentuk akademi seperti yang diinginkannya. Ia harus memiliki dasar yang kokoh. Tiang yang mampu menciptakan akademi berdiri menopang langit dan bumi.

Kebetulan Arshaka juga mampu melewati ruang dan waktu masa lalu dalam kehidupan ini. Jadi, ia harus memanfaatkan kesempatan ini.

"Sistem, berada di tahun berapa aku saat ini?"

|Bulan ke 2 Tahun 900 Masehi|

Arshaka membelalakkan matanya terkejut, ini sangat jauh dari perkiraan awalnya. Bergerak cepat, Arshaka tiba sebuah hutan yang cukup besar.

"Dimana ini?"

|Hutan Forêt de Compiègne, hutan ketiga terbesar Prancis di ruang dan waktu masa depan|

"Ini tempat yang bagus!"

1
Zak a Oh
upp
Hinata Sakaguchi
bro, aku masih bingung, dia melawan Puluhan Ribuan Monster tapi melawan Monster tingkat Bencana saja Dia sudah menghabiskan hampir semua Energinya, bagaimana Sih, tingkat Monster ini
Secret-N: Kalo Ribuan Monster tapi level rendah bisa di atasi tanpa menghabiskan energi ka. Saya buat seperti itu tentu saya sesuaikan dengan level bencana itu sangat kuat melebihi ribuan monster yang di lawannya.

Ngomong ngomong Terimakasih ka untuk komennya 🙏
total 1 replies
Hinata Sakaguchi
ㅤㅤㅤ
Hinata Sakaguchi
Mereka ✔️

Nereka ✖️
Hinata Sakaguchi
.
Fendi Kurnia Anggara
up
Ikmal
lanjut 👍
~•Dewi~Sistem~•
update Thor /Smile//Smile//Smile//Smile/
Arsy Putra
oke, sejauh ini novel ini membuatku tertarik, semangat Thor
Fendi Kurnia Anggara
up
Zak a Oh
semangat thor
Lyr
lanjut thor
♪Fifi♪
semangat update nya Thor~/Smile/
Fendi Kurnia Anggara
ok
Fendi Kurnia Anggara
up
♪Fifi♪
akhirnya aku punya waktu untuk baca novel /Sob/
Fendi Kurnia Anggara
up
Fahrur Rozi
nggak menarik jadinya.
harus tingkatkan tata penulis.
Secret-N: Terimakasih sarannya ka
total 1 replies
Ikmal
/Good/
Fahrur Rozi
author, kalau si MC mau sembunyikan identitasnya. setidaknya pakai samaran jadi lebih tua dikit dibanding mudanya.
terus gunanya sistem apa sih,, nggak bisa di andalkan.
harusnya punya sistem canggih itu serba bisa.
jadi, bacanya kurang misterius / masih bnyak kekurangannya.
mohon tingkatkn tata kalimatnya yang lebih baik lagi.
Hinata Sakaguchi: lv. 20, adakah ya, yang level 100
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!