As You Wish, Duke!

As You Wish, Duke!

Seorang Haliden

Rambut hitam, bermata coklat cerah, kulit pucat dan ramping. Itu adalah Elia Haliden, putri bungsu Duke Haliden yang memiliki ciri fisik paling berbeda dengan kedua kakaknya.

Seorang Haliden akan memiliki rambut berwarna emas dengan mata hijau emerald. Ini adalah garus keturunan asli Haliden yang tidak akan terbantahkan. Oleh sebab itu, Elia dianggap sebagai malapetaka, kutukan, hingga darah kotor keluarga.

Duchess Haliden, bunuh diri tak lama setelah Elia lahir. Rasa bersalah dan rendah dirinya lebih kuat karena merasa membawa aib keluarga Haliden. Kelahiran Elia adalah hal paling memalukan bagi seorang Duchess yang setia kepada suaminya.

Armand Haliden, sang Duke membenci putri sulungnya karena menjadi penyeban kematian tragis istri tercintanya. Dia mencurahkan rasa marahnya dengan mengabaikan Elia, sang putri yang memiliki darah tercemar. Dia sangat percaya pada istrinya, namun setiap melihat Elia dia seperti melihat pengkhianatan istrinya.

Sang Duchess yang tidak bisa lagi memberikan pernyataan bahwa dia adalah istri setia. Karena inilah Elia selama dua puluh tahun hidup dalam kesengsaraan. Keluarganya membuangnya, para pelayan mengabaikannya, tidak ada yang mau menerimanya. Dia hidup seperti orang yang sudah mati di dalam rumah besar Haliden yang tampak damai dari luar.

Dia sama sekali tidak diijinkan untuk keluar. Bahkan menginjakkan kaki di taman saja Elia dilarang. Berbeda dengan kakak perempuannya, Elois Haliden, sang bintang sosial. Kecantikannya melegenda. Dia dipuja-puja oleh semua orang. Dia adalah calon istri putra mahkota.

Kemudian kakak pertamanya, sang Duke muda, Elyos Haliden, adalah pemimpin dari pasukan pengawal keluarga kerajaan Delian. Prestasinya setara dengan pahlawan negara. Dia adalah salah satu anak buah dari jenderal besar Delian, Julius Harbert atau putra ketiga kaisar dari garis keturunan seorang selir.

Hanya Elia seorang yang berkembang di tempat. Dia seorang hadis muda tapi tidak pernah debut di dunia sosial. Seorang anggota keluarga yang tak dianggap keluarganya sendiri. Seorang manusia yang bukan bagian dari manapun. Dia hanya hidup dan berusaha bertahan hidup. Entahlah kenapa dia ingin bertahan hidup dari kehidupannga yang menyedihkan. Hanya satu jawabannya, harapan.

Harapan yang selalu Elia ucapkan sebelum tidur akhirnya dijawab oleh Dewa. Seberkas cahaya yang disebut harapan datang menghampirinya.

Suatu pagi dia dipanggil oleh ayahnya, Duke Haliden.

Pintu tinggi dan besar itu menjadi tanda betapa tingginya kedudukan orang yang ada di dalamnya. Saat pintu terbuka, seorang pria tua yang berwajah kasar terlihat. Ini adalah kali pertama Elia memasuki kantor ayahnya. Meskipun dia beberapa kali berpapasan dengan ayahnya, mereka tidak pernah saling mengobrol. Bahkan bertegur sapapun tidak pernah. Tatapan sinis dari seorang ayah membuat tubuh Elia meringkuk. Dia lebih memilih diam disudut agar tidak terlihat.

"Anda memanggil saya ayah." Suaranya kaku. Menyebut kata "Ayah" sangat asing dilidahnya. Ah bahkan mengeluarkan suara adalah hak istimewa baginya. Kesehariannya yang dimakan kesendirian dan tidak memiliki teman untuk berbicara membuat Elia cenderung diam.

Alih-alih menjawab, Duke Haliden mengangkat salah satu alisnya seraya dengan malas menatap gadis kecil yang meringkuk di hadapannya. Rambut hitam itu mengingatkannya pada seseorang. Istri tercintanya, Yellia Haliden.

Sejarah panjang Haliden percaya jika darah Haliden adalah darah murni dengan superioritas tertinggi. Dikatakan bahwa keluarga Haliden adalah pendukung dari berdirinya Kerajaan Delian. Karena sumbangan besarnya ini, raja Delian pertama memberikan hadiah dari Dewa, yaitu kemurnian darah keturunan Haliden. Jika seorang dari Haliden lahir tidak menyerupai leluhurnya, artinya keturunan tersebut telah bercampur dengan darah dari luar.

Hari kelahiran Elia adalah hari pertama kalinya keturunan Haliden tercemar. Seorang putri yang lahir tidak seperti keturunan keluarga lainnya.

Rasa pahit inilah yang menjadi penyakit hati Albert Haliden, sampai sekarang dia masih tidak percaya jika istrinya tidak setia. Tapi bukti nyata dari semua itu terpampang nyata di matanya. Elia Haliden, menjadi simbol dari pengkhianatan Yellia Haliden.

Albert menelan rasa pahit dihatinya dengan membenci putri bungsunya. Seorang anak yang seharusnya tidak bisa disalahkan. Selain bukti mengkhianatan, Elia juga menjadi alasan dia kehilangan Yellia. Kehadiran Elia menjadi pukulan telak baginya. Anak itu tidak bisa untuk tidak dibencinya. Terlalu banyak variabel yang membuatnya pantas bersalah.

"Ada lamaran datang dari istana Delian, kamu akan menikah dengan pangeran ketiga, Julius Harbert."

Tubuh Elia bergetar mendengar suara menusuk ayahnya. Hingga tak sengaja tatapannya berserobok dengan sorot kebencian dari ayahnya. Elia bergidik. Segera dia menundukkan kepalanya untuk menatap sepatu usangnya.

Saat dia hendak menjawab, suara ayahnya memotongnya.

"Dalam satu minggu lagi akan ada kereta yang menjumputmu. Tidak ada perayaan pernikahan. Perjanjian pernikahan telah ditanda tangani oleh kedua keluarga. Hari ini kamu resmi menjadi Duchess Harbert. Selamat!"

Ada jeda sebentar.

"Keluar sekarang. Tidak ada lagi yang perlu disampaikan."

Tidak seperti biasanya, kata-kata ayahnya lebih panjang. Biasanya hanya decakan, desisan hingga gumaman ketidaksukaan yang dia terima. Tapi rasa sakitnya sama seperti biasanya. Kata-kata ayahnya tidak menyenangkan. Namun Elia tidak menangis. Dia sudah lama tidak peduli dengan keluarganya. Dia bertahan karena dia ingin hidup.

Sepanjang perjalanan dia kembali ke kamarnya, Elia berpikir panjang. Apakah ini adalah jawaban dari Dewa atas doa-doanya. Akhirnya dia akan keluar dari mansion Haliden. Apakah akhirnya dia dibebaskan dari penjara bernama keluarga ini, dan masih banyak lagi pemikiran di kepala Elia hingga tidak terasa waktu satu minggu berlalu begitu cepat.

Dia hanya fokus pada kebebasannya dari mansion Haliden hingga melupakan tujuannya keluar dari mansion itu. Pernikahan.

Elia tidak pernah menghadiri kelas sebagai putri Duke. Jadi dia tidak tahu pelajaran tentang pernikahan, menjadi seorang istri, atau menjadi seorang Duchess. Hanya sedikit pengetahuan yang dia curi dari buku-buku di perpusatakaan ayahnya saat dia sedang bosan. Itupun sangat sedikit.

Kebahagiaannya bisa keluar dari rumah terkutuk itu membuatnya lupa jika tempat baru yang dia datangi tidak jauh berbeda dengan Haliden. Senyum Elia langsung sirna. Rumah barunya Harbert, sama dengan Haliden, tidak menerimanya.

Kereta kuda yang biasa saja, pakaian yang tidak istimewa, tidak ada sambutan, bahkan di malam pertama pernikahannya suaminya tidak datang ke kamar. Elia masih tidak menangis. Takdirnya masih sama. Diabaikan. Entah apa kesalahannya, Elia terlalu enggan untuk bertanya pada siapapun.

Satu hal yang masih dia ingat dari perkataan ayahnya, "Selamat telah menjadi Duchess!". Elia merenung dikamar barunya yang gelap dan sepi, sama dengan kamar lamanya. Perbedaannya hanya tidak berbau apak. Kamarnya sekarang lumayan bersih. Jika dia seorang Duchess paling tidak dia akan memiliki kamar dengan skala lebih besar dari kamar Elois. Dia pernah mengintipnya beberapa kali, dan pernah tertangkap. Elia tidak pernah lagi berani mendekati kamar kakaknya setelah cambukan seratus kali yang dia terima.

"Duchess Harbert, nama yang menggelikan." Gumam Elia parau. Dia mendesah pelan kemudian membaringkan tubuhnya yang lemah ke kasur yang empuk hingga tubuhnya terbawa ke alam mimpi.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Dede Mila

Dede Mila

/Whimper/

2024-05-06

2

Fajar Ayu Kurniawati

Fajar Ayu Kurniawati

.

2024-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!