Anin akhirnya menemukan alasan yang mungkin menjadi penyebab suaminya bersikap cuek terhadapnya. Tidak lain adalah adanya perempuan idaman lain yang dimiliki suaminya, Kenan.
Setelah berbicara dengan sang suami, akhirnya dengan berbagai pertimbangan, Anin meminta suaminya untuk menikahi wanita itu.
" Nikahilah ia, jika ia adalah wanita yang mas cintai," Anindita Pratiwi
" Tapi, aku tidak bisa menceraikanmu karena aku sudah berjanji pada ibuku," Kenan Sanjaya.
Pernikahan Anin dan Kenan terjadi karena amanah terakhir Ibu Yuni, ibunda Kenan sekaligus ibu panti tempat Anin tinggal. Bertahannya pernikahan selama satu tahun tanpa cinta pun atas dasar menjaga amanat terakhir Ibu Yuni.
Bagaimana kehidupan Anin setelah di madu? Akankah ia bisa menjaga amanah terakhir itu sampai akhir hayatnya? Atau menyerah pada akhirnya?
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAT 26 Menyesal
Menjaga Amanah Terakhir (26)
Belum sempat Kenan menjawab, ponsel Ujang berbunyi.
" Iya, iya Pak. Sebentar. Pintunya memang sedikit macet. Biar saya bantu buka dari luar,"
Jelas Ujang yang langsung pamit pergi.
"Pasti pintu toilet belakang bermasalah lagi. Barusan ada yang ikut ke toilet. Mungkin terjebak tidak bisa keluar," jelas Ucup saat melihat kedua orang yang berbicara dengan Ujang tampak bengong.
" oh begitu ya." Kenan tersenyum.
Kenan mengambil sesuatu dari dalam saku celananya.
" Ini ada uang, tolong bagi dengan mang Ujang. Bilang saya dan istri sangat berterima kasih karena selama ini sudah merawat malam ibu mertua saya.
Insya Allah kapan-kapan saya dan istri akan berdziarah lagi,"
" Alhamdulillah. Jazakallah Khoiron, Den," Lembaran uang merah itu berpindah tangan.
Ucup nampak bersyukur. Ia akan membaginya tidak hanya dengan Ujang tapi dengan penjaga makam lain yang memang tidak ada di tempat.
Sebuah kebiasaan di antara para penjaga kebersihan makam jika ada yang memberi uang adalah saling berbagi. Kecuali pada hari raya karena biasanya hampir semua penjaga kebersihan makam pasti mendapatkan rezeki dari para peziarah tidak seperti hari-hari biasa.
" Aamiin. Kami permisi.. Assalamu'alaikum," Kenan menyalami Ucup. Sementara Anin hanya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
" Wa'alaikumsalam," jawab Ucup.
Ucup lalu mengerutkan keningnya. Rasanya ia lupa sesuatu. Ada yang ingin ia tanyakan tapi, ia lupa apa itu. Hingga akhirnya mobil yang di tumpangi Anin dan Kenan pergi meninggalkan area pemakaman.
" Mereka sudah pergi, Cup?," tanya Ujang yang kembali bersama laki-laki paruh baya yang memang seperti apa yang Ucup katakan. Terjebak di toilet.
" Sudah,Jang. Ada rezeki yang dititipkan untuk kita,"
" Alhamdulillah,"
" Yang laki-laki juga bilang terimakasih karena sudah menjaga makam mertuanya..."
" Tunggu, Mertua? Jadi yang tadi menantu Almarhumah Bu Intan?," Ujang terkejut.
Begitupun dengan laki-laki paruh baya yang mendengar obrolan keduanya.
" Iya, yang perempuan malah anaknya kalau dengar ucapannya," jelas Ucup masih tak sadar apa yang mengganjal.
" Astaghfirullah, Cup. Kamu tidak minta nomer ponselnya?," Ucup hanya menggelengkan kepalanya.
" Untuk apa?,"
" Kalau yang tadi anak dan menantunya almarhumah, berati perempuan tadi yang di cari Pak Agung,"
Ucapan Ujang membuat Ucup menepuk jidatnya. "Ya,Allah. Pantas saya teh merasa ada yang mengganjal. Tapi, saya tak ingat. Ternyata ini..."
Ucup memang pelupa. Itu bawaan dari Orok.
" Maksudnya, Makam ibu Intan itu,.."
" Makam perempuan yang bapak suka datangi,"
" Ya Allah. Jadi, tadi ada anak dan menantunya datang berziarah?,"
Keduanya mengangguk.
" Mobil yang tadi parkir tepat di samping mobil saya?,"
" Iya, Pak."
Agung terduduk lemas. Skenario Allah memang tak bisa di rubah. Padahal mereka sudah berada di tempat yang sama. Namun, takdir belum mempertemukan mereka.
" Kalian tahu nama mereka?,"
Keduanya lagi-lagi menggelengkan kepalanya.
" Saya hanya tahu kalau mereka dari ibu kota.,"
" Berarti kita tinggal di kota yang sama," Lirihnya. " Tolong jelaskan ciri-cirinya!,"
Ujang dan Ucup pun menjelaskan ciri-ciri Kenan dan Anin kepada Agung.
Flashback on
" Saya hamil, Pak," ucap seorang perempuan muda kepada atasannya
Dhuarr
" Jangan bercanda. Aku hanya melakukan sekali dan itupun aku tidak sadar. Bisa saja anakmu dari laki-laki lain kan?" jawabnya merasa tak mungkin jika sekretarisnya benar-benar hamil karena perbuatannya malam itu.
Walaupun ia yang merenggut kehormatan sang sekretaris, tapi ia merasa tak yakin bahwa sekretarisnya bisa langsung hamil begitu saja.
" Tapi, saya benar-benar hamil anak bapak. Saya tidak pernah melakukan itu dengan laki-laki lain. Saya buka perempuan mur@han, Pak!," tegasnya yang mulai tersulut emosi. Tidak terima dituduh yang bukan-bukan.
Kalau bukan karena ia yang tidak bisa melawan, malam itu pasti ia sudah kabur saat atasannya itu menyeretnya ke kamar hotel yang ia pesan.
Agung terdiam. Ia sudah memiliki istri. Lima tahun menikahi istrinya, istrinya tak kunjung hamil. Bahkan menurut surat kesehatan ia sulit memiliki anak karena ada masalah dengan sperm@ miliknya.
" Kamu tahu, saya punya masalah kesehatan. Istri saya yang saya nikahi selama lima tahun saja belum bisa hamil..Lalu, kamu yang hanya satu kali saya masuki bisa langsung hamil? Lelucon apa ini?," ucapnya membuat Intan merasa sakit hati. Ada tawa juga rasa aneh merasuki hatinya.
Intan diam. Namun, bukan berarti ia mengakui bahwa ia sudah menuduh atasannya yang tidak-tidak.
" Masalah itu hanya Allah saja yang tahu, Pak. Yang pasti ini benih yang bapak tanam,"
Agung menggelengkan kepalanya. Kalau istrinya yang mengatakan hamil, sudah pasti ia senang luar biasa. Lalu, ini malah sekretarisnya yang ia p3rkosa karena obat p3rangsang yang entah siapa yang menaruhnya di minuman miliknya.
" Gugurkan!," perintahnya tegas.
Bak di tikam sembilu, Intan meremas bajunya. Tak menyangka orang yang ia kira baik itu berpikir jauh kesana.
" Bapak yakin tidak akan menyesal?," tanya Intan dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Agung tidak menjawab. Ia hanya mengeluarkan sebuah kertas dan menuliskan sesuatu di sana.
" Pakailah uang ini untuk menggugurkan janin itu. Mumpung masih muda. Tidak akan membahayakan kamu," Cek sebesar seratus juta berpindah ke tangan Intan.
Intan tertegun saat Agung memaksa meletakkan di atas tangannya.
" Saya harap bapak tidak akan menyesal," ucapnya pergi meninggalkan ruangan Agung dengan perasaan kecewa.
Cek itu pun ia bawa serta. Entah apa yang akan ia lakukan. Apa menggunakan uang itu atau tidak.
Agung langsung merasa hampa saat Intan keluar dari ruangannya.
" Aku sudah benar kan? Tidak boleh ada anakku yang lahir dari selain istriku?," gumamnya sambil menjatuhkan tubuhnya di atas kursi kebesarannya.
Sejak hari itu, Intan tidak masuk kantor. Karena Intan izin dan mengatakan akan melakukan apa yang Agung perintahkan, akhirnya Agung tak khawatir.
Namun, hari berganti hari hingga Minggu. Tidak ada kabar. Akhirnya, karena penasaran dan khawatir, ia memerintahkan orang mencari Intan ke kontrakannya.
Namun, nihil Intan tidak ada. Ia tidak ada dimana-mana.
Hingga beberapa tahun kemudian, tanpa sengaja ia mendapat kabar kematian Intan. Sejak saat itu ia selalu mendatangi makam intan berharap bisa bertemu keluarganya dan meminta maaf. Juga mencari tahu tentang janin yang sempat ada di dalam rahim intan.
Flashback end
" Kamu benar. Sekarang aku sangat menyesal. Seandainya aku menerima anak itu, mungkin saat ini aku sudah memiliki keturunan," Tangan yang mulai keriput itu mengusap nisan.
Entahlah, ini seperti sebuah balasan atas penolakan terhadap janin yang ada di rahim Intan. Sampai detik ini ia tidak memiliki keturunan. Sekalipun ia menikah lagi setelah istri pertamanya meninggal dunia.
" Jadi, kamu tidak menggugurkannya? Anak kita masih hidup?,'
Untuk pertama kali Agung mengakui perihal anak itu. Padahal sebelumnya ia sangat menolak dan tidak percaya.
" Maafkan aku. Seandainya aku tidak meminta hal b0doh itu. Mungkin aku bisa merasakan rasanya menjadi seorang ayah," diam sejenak. " Apa dia akan menerimaku? Putri kita akan menerima aku sebagai ayahnya?,"
Mendengar cerita Ucup, ia tahu anaknya perempuan dan sudah menikah.
" Kenapa penyesalan selalu datang terlambat?,"
TBC