Ramon tokoh utama dalam novel ini ingin berbagi hasil karnyanya di media sosial, karena dia memiliki jiwa seni yang tinggi. Namun pengetahuan Ramon mengenai internet terbatas, dia seperti kebanyakan orang pada umumnya menggunakan internet untuk kebutuhannya saja. Ramon mendapati banyaknya serangan cybercrime, sehingga dia menyadari bahwa ada sekelompok orang yang menjadikan dirinya sebagai target berbagai macam bentuk peretasan, yang sangat amat merugikan dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fandy Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21 Protokol Keselamatan Ramon Part I
Setelah semua perangkat terbaru Ramon aman dari serangan para peretas, Ramon pun mengunakannya sebagai perangkat terbaru miliknya. Namun Ramon seperti mendapati serangkaian ancaman dan serangan setelah Ramon Menganti perangkat terbarunya.
Ramon pergi ke salah satu pusat perbelanjaan, disana dia ingin belanja keperluan bulanannya. Ramon memasuki salah satu pusat perbelanjaan tersebut, dan mulai membeli barang kebutuhannya. Ramon merasa seperti ada beberapa orang yang selalu mengikuti dirinya, namun Ramon abaikan hal itu.
Ramon tetap berbelanja seperti biasanya, walaupun dia merasakan hal aneh seperti itu. Setelah Ramon selesai berbelanja, Ramon menuju parkir motor dimana dia memarkir- kan motornya saat kesana.
Ramon yang baru saja keluar dari pintu basement melihat ada pria gondrong sedang memperhatikan motor yang diparkir disana yang mana itu adalah motor milik Ramon. Pria gondrong tersebut lalu menoreh ke arah pintu basement yang baru saja terbuka, dia melihat Ramon keluar dari sana membawa barang belanjaannya dan berjala menuju motor miliknya. Melihat hal itu pria gondrong tersebut lekas pergi, dari hadapan Ramon.
Saat melihat pria gondrong tersebut, Ramon teringat akan kejadian peretasan salah satu apartemen kosong di samping unit apartemen miliknya. Ramon berkata dalam benaknya, "Bukannya itu pria yang tempo lalu meretas salah satu unit apartemen disebelah."
Ramon terus berjalan menuju motor yang dia parkir, dan memperhatikan pria gondrong tersebut pergi menjauhi motor tersebut. "Mirip seperti Dosa Katulung, yang mana salah pria yang selalu saja muncul entah dari mana di hampir semua foto dan tempat yang Ramon kunjungi."
Ramon tiba di motor miliknya, dia pun memeriksa semua motor miliknya dari Ban, hingga lampu motor miliknya, dia khawatir pria gondrong tersebut melakukan kejahatan ke salah satu motor miliknya, karena memang pria tersebut sudah tertangkap basah sebagai salah satu orang yang patut dicurigai sebagai peretas dan psycho yang selalu menganggu Ramon dimana pun Ramon berada.
"Anjir ini ban kempes, pasti dia yang berulah. Emang sialan itu orang gak senang jika orang senang." Ramon pun meletakan barang belanjaannya dan segera dia pergi meninggalkan tempat tersebut, beruntung tak jauh dari sana ada montir yang bisa untuk memperbaiki ban Ramon.
Sesampai di montir pingir jalan tersebut, Ramon melihat ada pria dengan pakaian serba hitam melihat kearah Ramon seolah pria tersebut sudah menunggu Ramon disana, tapi Ramon tak menghiraukannya. "Pak tambah angin dong." Ujar Ramon kesalah satu montir disana. "Iya de, tunggu sebentar ya." Ramon pun menunggu hingga ban motor miliknya di tambah angin oleh montir tersebut, tak berapa lama pria yang sudah sejak tadi memperhatikan Ramon, seolah mengambil handphone miliknya dan mulai bercakap.
"Jika tidak begini kan, pasti lupa sama kita, sombong amet sudah punya kawan baru." Mendengar hal itu Ramon hanya menoreh ke pria tersebut, tak berapa lama pria tersebut kembali berkata, "Pelit banget gak mau bagi sedikit apa, duit- nya." Ramon kembali menoreh pria tersebut, tetapi pandangan Ramon tidak kepada pria tersebut melainkan ke arah jalan yang ada disamping pria tersebut.
Setelah montir memompa ban milik Ramon, Ramon pun segera menaiki motor miliknya dan bersiap meninggalkan tempat tersebut, tanpa menghiraukan pria yang sejak tadi berteriak tidak jelas dengan handphone miliknya. "Jika begini kita gak laku." Ramon hanya mengacuhkannya dan menaiki motor miliknya.
Dijalan tanpa Ramon sadari ternyata ada pria yang menggunakan motor dengan kencangnya dan dengan knalpot yang sangat berisik sekali melewati Ramon. Ramon sempat terkejut dengan hal itu. Beberapa orang pun melihat pria tersebut dengan menunjukan keresahannya.
Tak berapa lama Ramon kembali menuju ke apartement miliknya. Setelah Ramon tiba di lantai apartemen miliknya, dia menyadari ada sepucuk surat yang di gantung di depan pintu Ramon. Ramon segera mengambil itu dan membawa masuk bersama belanjaan miliknya.
Ramon duduk di salah satu meja ruang tengah dan mulai membaca surat itu terlebih dahulu, Ramon menyadari surat tersebut seperti surat ancaman dibanding dengan surat dari seorang penggemar.
Untuk Ramon,
Mon, sombong dan pelit banget sih. Lupa sama kita, beda sekarang mah. Pindah mati lo, ribut dah hayo ribut. Semua perangkat di ganti semua, sombong amet. Detergent Mon buat pemutih bagaimana Mon.
PremanRoti ft. Gajahberanak bersama bolpoint.
Setelah membaca hal itu, Ramon menceritakan kejadian itu kepada Juan, dia segera menelfon Juan.
"Halo Juan."
"Iya Mon, kenapa?"
"Gw rasa lagi di ganggu dan di ancam sama peretas ini."
"Kenapa Mon?"
"Inget pria gondrong yang waktu itu sempat menjadi salah seorang terduga dari peretas yang gw alami itu yan."
"Iya siapa namanya Dosa Katulung ya."
"Betul tadi gw bertemu dengan dia di tempat parkir salah satu pusat perbelanjaan, dan setelah itu ban gw kempes lagi."
"Loh kok bisa?"
"Makanya, pasti dia deh sengaja, lalu gw ke montir dekat sana buat tambah angin ban gw kan, eh ternyata sudah ada orang dia yang menunggu gw disana yan."
"Mau ngapain dia nungguin lo disana?"
"Gak jelas, seperti mereka sudah merencanakan sesuatu dan menseting situasi seperti keinginannya."
"Terus orang itu ngapain dia."
"Ngeliatin gw mulu yan, dia telfonan ngomongnya kenceng banget lagi, seperti orang curhat gitu."
"Mungkin dia gak ada tempat untuk bercerita dan kawan yang mengerti situasi mereka."
"Mungkin kasian banget ya."
"Yaudah abaikan saja, kalau sangat merugikan laporin saja sebagai tindakan penguntitan."
"Iya yan terus di apartemen gw ada surat gak jelas dari mana, bilang pindah mati lo."
"Wah ini udah tindakan pengancaman Mon, harus segera Lo laporkan ini."
"Iya gak jelas banget itu orang, dia ganggu gw ya jelas gw pindah dong, eh gw pindah dia ancam begitu. Konyol ya dia."
"Jadi maksud Lo dia mau terus saja melakukan kejahatan dan drama yang dia lakuin itu?"
"Iya bener yan."
"Sumpah psycho itu orang."
"Iya bener, hmm.. gw nginep di tempat lo aja yan, takut kejadian peretasan pintu apartemen seperti tempo lalu terulang lagi yan."
"Yaudah bole, lagian perangkat lo sudah baru kan, tidak ada yang meretas lo lagi, ini peretas memang sangat menganggu banget kerjaannya."
"Betul yan, sudah apapun milik gw mau dicuri. Orangnya mau melakukan tindak kejahatan ke gw pula."
"Memang sangat merugikan sekali orang seperti itu."
"Sangat menyesal saya memompa angin ban motor gw disana yan."
"Yaudah nanti gw jemput siap-siapin aja dulu barang-barang Lo Mon."
"Iya yan, serem banget disini."
Setelah menutup telfon itu, Ramon segera merapihkan barang-barang miliknya. Dia hanya membawa barang keperluannya saja, tidak banyak hanya beberapa pakaian, perlengkapan mandi, dan beberapa perangkat miliknya.
Tak berapa lama Juan datang untuk menjemput Ramon, Ramon yang sudah menyiapkan segalanya segera meninggal- kan apartemen miliknya dan segera pergi dengan Juan. Juan datang menjemput Ramon, dan menaiki mobil yang dibawa oleh Juan. Perjalanan dari apartemen Ramon menuju tempat Juan cukup jauh itu sebabnya jika Juan datang ke apartemen Ramon dia memilih untuk menginap beberapa hari. Sekitar enam jam perjalanan mereka baru saja tiba di kediaman Juan.
Cukup melelahkan karena membutuhkan enam jam perjalanan, setiba disana hari sudah malam. Mereka hanya mencari rumah makan untuk mengisi makan malam mereka. Karena rumah milik Juan berada di salah satu lokasi yang cukup jauh dengan Ramon, maka salaah satu makanan disana juga berbeda dengan yang kebanyakan makanan yang ada di tempat Ramon.
Mereka memesan dua porsi daging belut panggang dengan sebuah nasi, mereka berdua memakan itu dan cukup mengenyangkan setelah perjalanan panjang yang melegakan tersebut. Hari itu sangat cepat sekali, setelah mereka makan, yang mereka pikirkan adalah istirahat.
******
Keesokan harinya, Ramon sudah merasakan baikan, rasa lelahnya hilang, mood-nya pun kembali membaik. Ramon merapihkan tempat tidur yang semalam dia gunakan, lalu segera dia Mandi. Selesai itu dia keluar dari kamarnya dan melihat Juan sedang menyiapkan sarapan untuk mereka.
"Sudah bangun rupanya."
"Iya yan, lagi siapin sarapan?"
"Iya pas banget sini makan dulu, baru nanti kita lanjutin membahas proses peretasan tersebut."
Beberapa menu makanan sudah tersedia di meja makan, Ramon pun segera duduk di sana dan Juan pun, duduk di sebelahnya.
"Makan aja sepuasnya, sampai kenyang Mon."
"Iya yan."
Sembari makan Juan menceritakan apa yang akan mereka lakukan sepanjang hari itu.
"Hari ini kita sibuk Mon."
"Kita laporin kasus yang lo alami, ke bagian keamanan disini, serta kita datengin juga instansi yang berhubungan dengan kasus peretasan lo Mon.
"Instansi apa saja yang yang harus kita kunjungi?"
"Banyak mulai dari penyedia layanan internet lo, setelah dari sana kita mendapatkan data yang kita butuhkan, kita menuju instansi kebebasan bersuara dan anti Plagiatan mengenai beberapa hasil karya lo Mon. Terakhir kita datangin pabrikan tempat perangkat lo yang diretas itu."
"Banyak juga ya, makanya makan yang banyak Mon."
"Iya yan."
Setelah selesai sarapan mereka bersiap-siap, untuk pergi menuju instansi terkait, Juan mengenakan pakaian kaos putih dengan jaket biru kulit dan celana jeans-nya, sedangkan Ramon dengan kaos putih dan celana Chino berwarna krem. Mereka menaiki mobil milik Juan, dan segera menyiapkan semua data dan perangkat yang akan mereka gunakan untuk melaporkan kejadian peretasan yang dialami Ramon.
******