Bercerita tentang seorang pemuda yang ditinggal menikah oleh wanita pujaannya dengan sahabatnya sendiri. Lebih tepatnya wanita yang disukainya itu pasangan sahabatnya sendiri. Ia menyukai wanita itu karena ada hal istimewa yang ada di dalam wanita itu.
Berbagai cara, dia lakukan untuk melupakan wanita itu. Namun hasilnya nihil, dia sudah berusaha untuk melupakannya. Dan itu sulit baginya. Wanita itu terlalu membekas di hatinya.
Hingga akhirnya ia bertemu wanita lain yang membuatnya jatuh cinta. Wanita sederhana dan senyum manisnya, yang membuatnya jatuh cinta. Berbagai cara dia lakukan untuk menyatukan cintanya pada wanita itu. Namun lagi-lagi ada halangan besar yang menghalangi perbedaan mereka.
Lalu apa yang akan dilakukan pemuda itu? Apakah pemuda itu tetap melanjutkan pilihan hatinya?
Atau dia akan menyerah dan merelakan wanita itu bersama dengan yang lain?
Ingin tahu lebih lanjut ceritanya, jangan lupa untuk membaca kisah selengkapnya....
Happy reading....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jyoti_Pratibha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Firanda juga berharap seperti itu pada anaknya. Dia hanya akan mengasuh Derandra dari kecil hingga remaja. Tugasnya akan selesai ketika anaknya sudah dewasa, bukan berarti selesai semuanya.
Firanda juga akan melakukan pengawasan pada anaknya sama seperti Narisa. Agar anaknya tidak salah pilih jalan nantinya.
Mereka berdua benar-benar akan melepaskan anaknya ketika mereka memilih untuk berkeluarga. Mereka berdua akan lepas tangan dengan kehidupan anaknya nanti.
Namun untuk saat ini Firanda dan Narisa berkewajiban untuk mengawasi anaknya agar tidak salah pilih jalan tentunya. Untuk merawat mereka sudah tidak melakukannya karena anak mereka sudah dewasa.
“Oh ya mbk, bagaimana dengan Andra. Kudengar dia baru saja patah hati karena ditinggal nikah wanita pujaannya?”
“Benarkah? Kamu tahu darimana kalau Andra patah hati?”
“Reja cerita bahwa Andra baru saja patah hati karena ditinggal nikah, ternyata anakmu jatuh cinta pada wanita yang salah mbk.”
“Siapa memangnya wanita itu?”
“Tamara, istri Rega katanya.”
“Ck anak itu, pantas saja ketika aku cerita tentang Tamara, anak itu langsung sendu wajahnya. Benar-benar anak itu.”
“Yah mau bagaimana lagi mbk, kalau urusan asmara kita emang nggak bisa ikut campur di dalamnya. Karena mereka sudah dewasa.”
Urusan anak jika sudah dalam tahap hubungan percintaan memang rumit. Hubungan anak muda sekarang juga tidak akan bisa dipahami keduanya, karena sangat berbeda dengan apa yang dialami keduanya dulu.
Zaman yang semakin berkembang, dan banyak hal yang harus diikuti keduanya agar tidak ketinggalan dalam urusan duniawi. Memang tidak mudah, para orangtua harus mengikuti zamannya sekarang untuk mengasuh anak mereka.
Jika pun mereka tetap mengandalkan pengasuhan tradisional, mereka yakin anak mereka tidak akan bisa menerima hal baru dan sulit untuk berkembang. Mengasuh anak memang harus mengikuti zamannya.
Walaupun Derandra dan Rejandra sudah dewasa, bagi mereka berdua. Anak-anaknya masih lah anak kecil di mata Narisa dan Firanda.
“Aku heran pada Derandra Narisa”ucap Firanda yang sedang berjalan ke arah dapur.
Ia mengambil buah-buahan untuk melengkapi pembicaraan mereka. Dan juga makanan sehat agar perut mereka tidak begah nantinya. Karena mereka akan lama duduk daripada berdiri.
“Anak itu semakin hari semakin aneh, kamu tahu kemarin dia membawa makanan yang bisa kubilang di daerah ini tidak ada yang akan membuat masakan se enak itu. Tapi ketika kutanya membeli dimana, anak itu menjawabnya rahasia.”
Firanda kembali ke tempat duduknya dan menaruh buah-buahan yang diambilnya tadi. Ia menaruhnya dimeja.
“Kalau seperti itu, aku jadi mati penasaran kan”curhatnya.
“Namanya juga anak mbk, mereka juga sudah dewasa. Mungkin saja Andra sedang jauh cinta, pada seseorang dan orangtuanya gak boleh tahu dulu”jawab Narisa.
“Benar juga, tapi kalau seperti itu aku jadi mati penasaran dengan siapa dia jatuh cinta. Sudah lama aku tidak melihatnya membawa gandengan”tungkas Firanda.
Terakhir kali Firanda ingat, anaknya membawa gandengan 2 tahun yang lalu. Itu pun yang dibawa adalah Tamara, yang saat itu kekasih Rega. Ia kira Derandra membawa kekasihnya, ternyata malah kekasih orang.
“Kalau memang dia sedang jatuh hati pada seseorang, aku harap dia serius dalam menjalani hubungan. Umurnya sudah terlalu tua untuk bermain-main sekarang”ungkapnya.
“Kalau di ingat kenakalan anak kita dulu, suka bikin jantung deg-degan ya mbk. Apalagi Derandra.”
“Benar, anak itu sangat mirip dengan papahnya. Sering gonta-ganti pasangan mulu, dan juga sering masuk BK karena ulahnya yang tidak karuan.”
“Aku juga masih ingat Rejandra yang mencampakkan kekasihnya karena beda organisasi. Mana sampek didatengin ke rumah lagi.”
“Anak kita kalau dalam masa remaja emang gak bisa jauh-jauh dari gonta-ganti pasangan. Beda banget sama jaman kita dulu.”
“Terutama Atlas, dialah cikal bakal dari sifat anak kita yang sering gonta-ganti pasangan.”
“Mereka bertiga memang tidak bisa dijauhkan dari sifat bajingan nya dulu.”
“Meskipun begitu mereka tetap anak kita, tugas kita saat itu menasehatinya dan tentu harus tetap minta maaf pada orang yang disakitinya. Tapi entah mereka melakukan itu atau tidak.”
Mengingat waktu anak-anak mereka saat remaja, sering membuat keduanya merasakan pusing dan hanya bisa mengelus dada.
Derandra remaja memang sering membuat onar dengan Atlas dan teman-temannya yang lain. Anak itu seakan ingin membuat kenangan yang bagus dan akan terus diingat nantinya ketika sudah tua.
Bukannya membuat kenangan yang bisa membanggakan, namun malah membuat kenangan yang memalukan. Beruntungnya anak itu, tidak pernah melakukan pembullyan terhadap siswa lain.
Derandra akan melakukan segala cara untuk memberantas pembullyan di sekolahnya dulu. Meskipun harus masuk BK ujungnya.
Cerita anaknya yang sering masuk BK juga ada penyebabnya. Derandra memang nakal, namun bukan berarti nakal.yang merugikan. Anak itu nakal karena ingin melawan pembullyan di sekolah dan ujungnya mereka bertengkar. Lalu masuk BK.
Begitupun juga Rejandra, dia melakukan hal yang sama di setiap organisasi. Rejandra akan melawan segala hal yang merugikan setiap anggota, termasuk senioritas. Anak itu sangat membenci orang yang memiliki sifat senioritas terhadap anak baru, menurutnya sikap seperti ini hanyalah sifat sombong yang merugikan orang lain.
Senioritas hanyalah kata-kata dari orang yang sok pintar dan sok tahu tentang organisasi yang dijalaninya.
Apalagi Atlas, teman anaknya yang satu itu. Benar-benar membuat mereka berdua heran dengan sifatnya. Mereka berdua juga berteman dengan orangtua Atlas. Dan curhatan orangtua Atlas sama seperti mereka. Heran dengan sifat anak-anaknya.
Atlas pun memiliki sifat bergonta-ganti pasangan. Namun anak itu juga menentang kekerasan pada perempuan, pernah sekali ia melihat seorang wanita yang sedang dipukuli oleh pria.
Entah permasalahannya apa, Atlas tentu menolongnya karena anak itu tidak suka ada kekerasan pada seorang perempuan. Tak lama setelah itu, Atlas mengajak perempuan itu berpacaran.
Padahal saat itu perempuan itu masih memiliki status dengan pria yang memukulinya. Bisa dibilang Atlas adalah perusak hubungan bagi orang-orang yang mengalami siksaan dari pasangannya.
Atlas seperti pahlawan bagi perempuan yang tersiksa dari pasangannya.
Firanda menghembuskan napasnya panjang. “Beruntungnya mereka saat itu nakalnya bukan hal yang merugikan orang lain, yah walaupun hati para perempuan yang disakiti tentu sakit hati karena kelakuan mereka.”
“Benar, meskipun kadang aku risih dengan sifat mereka yang membuat pusing dan menepuk dada. Setidaknya nakal mereka adalah hal yang bermanfaat dalam menyikapi orang-orang yang semena-mena”ungkap Narisa.
Meskipun Narisa dan Firanda mengelus dada dengan sifat anak-anaknya. Namun disaat bersamaan mereka juga bangga dengan keberanian mereka dalam melawan penindasan. Mereka bangga dengan sifat mereka yang berhasil dalam melawan hal buruk.
Walaupun anak mereka nakal dan seperti tidak tau aturan. Namun bagi Narisa dan Firanda, sifat nakal mereka itu karena anaknya belum bisa mengendalikan emosi.
ΠΠ
Sementara orang yang dibicarakan mereka berdua saat ini sedang menuju ke tempat wanita yang akhir-akhir ini menemaninya.
Entah mengapa setiap kali mengingat wanita itu, Derandra merasakan hal menyenangkan bersama dengannya. Dia merasa patah hati yang bernama selama ini, perlahan sembuh ketika bersama Veronica.
Derandra juga tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Namun ia merasa bahwa hatinya tidak ingin jauh-jauh dari wanita itu. Dia tidak bisa menyebutnya jatuh cinta karena hatinya masih terpatri pada wanita yang sama.
Sepanjang perjalanan ia menyunggingkan senyumnya ketika mengingat kebersamaan mereka. Apalagi ketika wanita itu memasakkan makanan untuknya. Ia merasa ingin berdekatan dengannya setiap saat.
“Huft semoga saja dia ada di tempat kostnya, beruntungnya aku sudah menanyakan tentang cafe hari ini.”
Sebelum menemui Veronica, ia sudah menanyakan tentang pekerjaannya di cafe tempatnya kerja. Menurut Mada, hari ini cafe sedang tutup karena akan ada penggrebekan dari polisi tentang tawuran yang ada di daerah tersebut.
Pihak keamanan mengimbau bahwa akan ada tawuran antar sekolah yang berada di gang sempit dekat dengan cafenya. Tentunya hal itu diantisipasi oleh Mada agar tidak menimbulkan kerugian nantinya. Mada memutuskan untuk menutup cafe dan meliburkan para pekerja.
Terkadang Derandra heran dengan kelakuan anak sekolah jaman sekarang. Apa-apa harus ada tawuran untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Mereka seakan mengedepankan egonya daripada musyawarah.
Padahal jamannya dulu yng namanya tawuran hanya dilakukan oleh orang-orang pengecut yang takut melawan sendiri. Dulu di sekolahnya ia selalu mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan masalah daripada adu otot.
Dia selalu bilang pada teman-temannya agar menurunkan ego ketika sedang berantem. Berantem memang boleh, tapi kalau bisa hanya dilingkup sekolah saja, dan tidak usah dibawa keluar. Itu sangatlah tidak etis menurutnya.
“Anak-anak jaman sekarang memang gak tau tentang adab.”
Derandra hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak jaman sekarang.
Butuh beberapa menit untuk sampai ke tempat Veronica. Perjalanan yang cukup lancar dan tidak terkendala macet adalah kebahagiaan baginya.
Berada di kota besar dan sibuk seperti ini membuat Derandra terkadang stress dengan keadaan. Dia tidak stress karena pekerjaannya, namun dia stres karena suasana yang ada di kota ini.
Sesampainya di kost, Derandra langsung berjalan menuju kamar wanita itu. Beruntungnya Veronica sudah memberitahukan kamarnya berada dimana.
Sepanjang jalan ia menyapa penghuni kost yang berada di depan kost mereka. Walaupun ia tidak kenal, dia tetap menyapa orang-orang disini.
Namun satu hal yang membuat dirinya ingin berhenti, yaitu pembicaraan orang-orang tentang gadis yang akan dikunjunginya.
“Si Veron dikunjungi laki-laki lagi ya?”
“Kayaknya iya sih, bukannya itu laki-laki yang jalan bareng tuh anak akhir-akhir ini?”
“Eh iya itu, laki-laki yang jalan bareng sama Veron kemarin malam keknya kalo gak salah.”
“Si Veron baru aja ngerusak hubungan orang, sekarang udah ganti pasangan aja tuh anak.”
“Mau gimana lagi, sekalinya jalang ya tetep jalang.”
“Untung banget tuh anak gonta-ganti cowok. Mana cakep-cakep lagi.”
Berbagai umpatan dan cacian ia dengar dari penghuni kost untuk Veronica. Ia tidak tahu permasalahan apa yang dilakukan Veronica terhadap penghuni kost sini, sampai semua orang yang ada disini membencinya. Kebencian itu sangat kentara dari penghuni kost ketika ia berjalan menuju tempat Veronica.
“Mungkin aku akan bertanya tentang hal ini nanti”batinnya.
Derandra akan menanyakan hal ini nantinya pada wanita itu, namun jika wanita itu mau bercerita. Mengingat mereka belum terlalu dekat dan tentu akan sulit untuknya mengetahui permasalahan yang dialaminya.
Sesampainya di depan kamar kost wanita itu, Derandra mengetuk pintunya untuk memanggil penghuni kost itu.
Setelahnya ia melihat pintu terbuka dan menampilkan Veronica dengan muka bantalnya dan rambut yang acak-acakan.
“Andra! Ngapain kamu disini?”pekik Veronica yang terkejut dengan Derandra berada di depan kamar kostnya.
“Mau ngajak kamu keluar, kamu liburkan?”tanya Derandra pada wanita yang ada didepannya.
“Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku libur?”tanya balik Veronica.
“Eh itu aku tadi berkunjung ke tempat kerjamu dan melihat cafenya tutup, ya sudah aku berspekulasi bahwa kamu ada di kost. Ternyata benar”jawab Derandra dengan berbohong. Rasanya tidak etis jika ia jujur tentang kabar liburnya cafe.
Veronica mengangguk-anggukkan kepalanya. “Memangnya kamu mau mengajak aku kemana?”
“Ke pantai sih, mumpung keadaan jalan gak terlalu macet. Tapi kalau kamu mempunyai opsi lain, kita bisa berkunjung ke tempat yang kamu inginkan.”
“Oke, tunggu aku 15 menit untuk bersiap diri.”
Veronica masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintu tanpa memperdulikan Derandra yang akan mengucapkan sesuatu.
Derandra hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan wanita itu. Ia berjalan menuju tempat spot yang sepertinya sering menjadi tempat tongkrongan penghuni kost ini.
Kost ini sangatlah luas dan nyaman, penghuni kost ini membedakan antara kost besar dan kost perseorangan.
Dia bisa menemukan melihat beberapa orang yang datang bersama dengan keluarga dan sendiri. Beberapa orang yang berkeluarga, pemilik menaruhnya di bawah.
Dan untuk perseorangan pemilik kost menaruhnya di lantai atas. Mungkin pemilik kost membedakan seperti ini karena beberapa pekerja adalah pegawai kantoran dan pegawai pabrik.
“Kira-kira berapa biaya untuk penghuni kost ini?”gumamnya.
Derandra meyakini beberapa orang yang ada disini pasti memiliki gaji dibawah UMR. Dan ia berpikir kost ini seharga beberapa juta, karena fasilitas disini yang sangat nyaman bagi penghuni kost.
“Yuk kita jalan”ajak Veronica yang sudah selesai bersiap. Derandra pun menolehkan kepalanya dan melihat wanita yang ditunggunya sudah selesai bersiap.
Tidak ada yang istimewa dengan penampilan wanita itu, berpakaian sederhana dengan make up yang simpel. Sangat menggambarkan diri Veronica sekali.
Mereka berjalan menuju ke tempat parkiran mobil. Dan tentu berbagai tatapan sinis serta umpatan lirih terdengar di telinga mereka berdua. Derandra menolehkan kepalanya untuk melihat Veronica. Ia melihat wanita itu seakan menutup telinganya dan tetap fokus dengan jalannya.
Sesampainya di mobil, ia menjalankan mobilnya.
“Veron”panggil Derandra.
Veronica menolehkan kepalanya ke samping dan melihat wajah Derandra yang ingin mengatakan sesuatu.
“Bolehkah aku bertanya?”
“Tentu.”
“Apa kamu mempunyai masalah dengan tetangga kost mu? Aku lihat mereka menatapmu dengan sinis?”
“Itu sudah hal biasa bagiku. Mau bagaimana lagi kita hidup bertetangga dan sering bersosialisasi pasti sering mendapati hal seperti itu bukan?”
“Tapi aku merasa bahwa tetangga kost mu seperti memberikan kebencian padamu? Maaf kalau aku terlalu jujur.”
Veronica tersenyum tipis mendengar pernyataan Derandra, ia sudah tidak kaget lagi tentang hal itu. “Banyak hal yang ku lalui di kost itu, dan tentu banyak hal yang tak menyenangkan juga kualami selama berada di kost itu.”
salam hangat dari saya👋
jika berkenan mampir juga🙏