NovelToon NovelToon
Dok, Kok Kita Mirip?

Dok, Kok Kita Mirip?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / Reinkarnasi / Dokter Genius
Popularitas:29.5k
Nilai: 5
Nama Author: Eggpudding

Alma, Si anak baru di Sub Bagian SDM Rumah Sakit Harapan Hati mendadak terkenal di hari pertama masuk kerja. Alasannya yaitu wajahnya yang mirip dengan dr Ilman, Si tampan dari poli anak. Tidak hanya wajah, nama mereka juga mirip, Alma dan Ilman.
Gara-gara ini, banyak yang mengira bahwa keduanya adalah saudara, padahal bukan. Adik dr. Ilman yang sebenarnya juga bekerja di divisi yang sama dengan Alma. Tapi, karena suatu alasan, dia tidak mau mengakui bahwa Ilman adalah kakaknya sendiri.

...

"Saya izinkan kamu buat pamer kalau kita berdua bersaudara. Kalau bisa, puji saya tiap hari biar pekerjaan kamu makin gampang.” - Ilman -

“Hahaha... Dokter bercanda, ya?” - Alma -

“Saya serius. Sombongkan saja nama saya. Bukankah bagus kalau kamu jadi adik dari orang yang jenius dan ganteng seperti saya?”

Dih! Bisa ya, ada orang senarsis dan sesombong ini. Dokter pula. Pasiennya tidak apa-apa, tuh?

Tapi, anehnya Alma merasa pernah mendengar kata-kata itu sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eggpudding, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Ayah dr. Ilman

Selama dr. Ilman dan ayahnya berdiskusi, aku terus diam di tempat. Bukannya aku tidak minta izin keluar atau bagaimana, tapi saat aku mau berdiri, Pak Jaya langsung memintaku untuk tinggal sebentar.

Padahal masih ada hal yang harus kukerjakan di mejaku. Biar begitu, aku kan tidak boleh melawan atasan apalagi levelnya pemilik rumah sakit. Baik Pak Arif maupun Pak Surya pasti akan paham lah ya, alasanku terlambat.

“Sudah itu saja?” Pak Jaya memastikan.

Dokter Ilman mengangguk sambil membereskan dokumen yang tadi dia perlihatkan pada ayahnya.

“Sudah, Pak. Kalau begitu, saya pamit dulu untuk ke poli.” sahut dr. Ilman dengan lebih sopan dibandingkan saat awal tadi.

“Ya, silakan.”

Setelah itu, dr. Ilman keluar dari ruang rapat. Kupikir ini adalah kesempatanku untuk keluar, jadi aku berkata, “Anu, saya juga…”

“Kamu tunggu sebentar. Saya masih ada urusan sama kamu.” cegat pria berusia 50 tahunan akhir itu.

Lagi-lagi aku tidak bisa melawan. Ekspresi serius Pak Jaya itu semakin membuatku tidak berkutik.

“Sepertinya saya mengganggu di sini. Jadi, saya lebih baik ikut turun dulu. Mari semuanya.” ujar dr. Hermawan pamit.

Coba bayangkan! Sekarang aku tengah berdua dengan salah satu orang terkaya di kota ini, Edi Sanjaya atau biasa dipanggil Pak Jaya. Selain bisnis pelayanan kesehatan, beliau juga memiliki berbagai bisnis di bidang lain, misalnya perhotelan, kuliner, retail, dan transportasi. Belakangan aku dengar beliau juga akan membuka universitas baru di kota ini.

Jujur aku nervous dan tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Malah akan lebih baik kalau misalnya tadi dr. Hermawan tidak keluar dari ruangan ini.

“Saya tahu ini mendadak,” beliau membuka pembicaraan, “Tapi, saya merasa gak enak kalau tidak ngomong langsung.”

“Maksudnya bagaimana ya, Pak?” tanyaku.

“Saya tahu satu bulan ini putera puteri saya banyak merepotkan kamu. Jadi, sekarang saya bermaksud untuk meminta maaf langsung ke kamu.”

Mendadak AC yang ‘dingin’ di ruang rapat ini menjadi ‘sejuk’. Aku benar-benar tidak menyangka kalau kakak-beradik sengklek itu punya ayah yang normal.

“Padahal saya dan istri saya cuma minta supaya Hani menyembunyikan identitasnya. Malah di belakang saya dia ngerepotin orang lain.” sesalnya.

“Jadi, kamu mau bagaimana supaya saya bisa dimaafkan?”

Aku mengelap keringat yang ada di leherku, kemudian menjawab, “Ini bukan salah Bapak. Dan dr. Ilman sama Hani juga sudah minta maaf ke saya. Selain itu, saya juga sudah mengajukan syarat ke mereka.”

“Oh, ya? Apa itu?”

“Hehehe, saya minta Hani untuk bantuin abang saya dapat sponsorship Indomich.”

“Hah? Abang kamu?”

Dahi Pak Jaya yang sudah keriput pun semakin mengerut.

“Iya, Abang saya Salman Ragnala.” jelasku.

Seketika mata beliau terbelalak dan mulutnya terbuka lebar.

“Waduh… kalau istri saya tahu, bakal heboh ini.” lanjutnya, “Ya sudah. Itu urusan gampang. Saya jamin Indomich bakal di tangan abang kamu. Ada lagi?”

Aku menggelengkan kepala dengan cepat.

“Gak usah sungkan. Coba bilang saja!”

“Betulan gak ada, Pak. Yang penting mereka berdua gak macam-macam sama saya saja sudah cukup. Belakangan mereka sudah memenuhi hal itu.”

Pak Jaya mendengkus.

“Mereka berdua, meskipun jarak usianya cukup jauh, sifatnya itu terlalu sama. Kalau ada hal yang diinginkan, harus mereka dapatkan. Makanya saya susah sekali mengatur mereka. Apalagi saya dan istri sama-sama sibuk.” keluh beliau.

Tidak pernah terbayangkan olehku akan mendengarkan curhatan seorang Adi Sanjaya. Harusnya tadi aku merekamnya, supaya nanti bisa dipamerkan ke Papa dan Mama. Barangkali mereka jadi bangga padaku.

“Begini, saya kasih nomor pribadi saya. Kalau kamu butuh sesuatu atau barangkali anak-anak saya tambah bikin kamu repot, langsung hubungi saya saja.”

Tawaran yang ini jelas langsung kusetujui. Siapa juga yang tidak mau mendapatkan kontak pribadi orang terhormat seperti beliau? Rugi bandar dong!

Kamipun bertukar nomor telfon. Setelah itu, Pak Sanjaya pamit untuk mengunjungi usahanya yang lain.

Sebelum pergi, Pak Jaya sempat berpesan, “Sekarang kamu sedang berperan sebagai puteri saya, jadi saya mohon sekali untuk menjaga nama baik saya dan perusahaan ini.”

Maksud beliau bisa kupahami. Bagaimanapun aku hanya orang asing yang baru dikenalnya selama beberapa menit. Tentu beliau akan khawatir jika aku melakukan hal yang tidak seharusnya.

Saat itu aku menjawab, “Baik, Pak. Saya akan selalu ingat nasihat Bapak.”

Begitu aku kembali ke ruang TU, Hani menyambutku dengan senyum cengengesannya. Namun, aku mengabaikannya begitu saja.

Hal yang sama juga dilakukan Mbak Lia padaku, begitu pula Pak Arif.

Secara personal, aku tidak ada masalah dengan mereka. Tapi, hanya karena anak bos, mereka memperlakukanku begini. Jadi, tidak salah dong kalau aku sok dingin dulu ke mereka. Setidaknya sampai seminggu ke depan.

“Haaa….h” dengusan berat meluncur dari mulutku sore itu.

Hari ini sepertinya Tuhan memang sengaja membuatku sibuk dengan berbagai hal. Mulai dari pagi saat aku terlalu cepat datang ke pertemuan BPJS Ketenagakerjaan, kedatangan Pak Jaya, revisi pengajuan gaji, sampai bencana yang menimpaku sekarang.

“Lho, Al. Kok belum pulang?”

Ini kali kedua pria itu menanyakan hal ini padaku.

“Motor saya mogok lagi, Dok. Udah distarter berkali-kali, tetep aja gak mau nyala.” jawabku.

“Udah pakai kick starter?”

“Udah.”

dr. Ilman lalu mengambil alih motorku dan menginjak kick starternya dengan kuat. Beberapa kali dia menginjaknya, tapi tetap sama. Starter elektrik juga sudah dia coba dan hasilnya sama saja.

“Turun mesin kali, ya?” dia mengira-ngira.

“Ck! Sial banget sih, saya…”

Plok!

Tangan dr. Ilman mengusap kepalaku beberapa kali, kemudian berpindah ke pundakku.

“Kata siapa? Ayo pulang!” ujarnya sambil mendorongku pelan ke parkiran mobil.

“Lah, motor saya gimana?”

“Nanti saya suruh orang saya buat bawa ke bengkel. Anggap saja ini permintaan maaf saya ke kamu.”

Haissshhh… mau bagaimana lagi? Kuikuti saja dr. Ilman ke tempat parkir mobilnya. Daripada aku pulang larut lagi seperti kemarin.

“Kamu mungkin lagi sial, tapi untungnya ketemu bintang keberuntungan seperti saya.”

Mengharapkan dr. Ilman berhenti narsis mungkin lebih sulit daripada membuat Agnes Mo mengeluarkan album dangdut. Orang ini sepertinya tidak pernah kehabisan kata-kata untuk membanggakan dirinya.

Tapi, aku jadi ingat si kakanda. Pralajaya sempat mengatakan hal yang serupa dalam mimpiku. Bedanya, Pralajaya lebih romantis dan manis. Tidak seperti pria di sebelahku yang amit-amit.

“Gak usah mbesengut gitu, dong. Saya itu tadi berusaha hibur kamu aja.” alasannya.

“Menghibur kok begitu sih, Dok. Yang lebih bikin ketawa, dong. Atau minimal bikin senyum gitu.” sungutku.

“Hani selalu tertawa kalau saya ngomong begitu.”

Dokter Ilman lalu menyalakan mesin mobilnya dan bergerak keluar dari parkiran.

“Kan saya bukan Hani.”

“So, apa yang harus saya lakukan kalau kamu lagi sedih?”

Sejenak aku berpikir. Tapi, bayanganku tentang cara menghibur tidak jauh-jauh dari Pralajaya. Dia, walaupun juga seorang yang narsis, kata-katanya selalu terdengar indah seakan setiap silabelnya menyampaikan rasa cinta pada Kinasih.

“Gak usah melakukan apa-apa.” ketusku.

1
Claudia Jung 🐻🐰
Penisirin we
puding telor: saru wei!
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Jangan lupa pake Kacang, Dok biar dikira spesial
Claudia Jung 🐻🐰: Aku juga nggak ngerti
puding telor: masih misteri beneran, deh. kenapa harus martabak??
total 2 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Like A Patrick: “Kukira hubungan kita istimewa!" 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Claudia Jung 🐻🐰
Pecat Ilman dari cerita ini kalo masih Ha-he-ho
Claudia Jung 🐻🐰
ILMAN RA TEGAS
Claudia Jung 🐻🐰: USIR ILMAN DARI CERITA INI 📢📢📢📢🤣
puding telor: pancen lambene tok sing lemes
total 2 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Terima aja tawaran Bu Nerissa
puding telor: noh! tak bikin!
Claudia Jung 🐻🐰: ya dibikin atuh
total 3 replies
susan
lgsg dapat tantangan dari camer
puding telor: mohon doanya...
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Astaghfirullah 🤣
Claudia Jung 🐻🐰: lama-lama jadi nggak aman
puding telor: masih aman,bu.
total 2 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Lha salahmu dhewe ora sabaran
Claudia Jung 🐻🐰
Aku kira resepsionis
Claudia Jung 🐻🐰
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
susan
gas poolll .. Hani gpp lah ketahuan. klo mmg gk mau ketahuan pecat aja si Alma. ato pindahin kmn. Alma Ilman dah over gk cocok acting kakak adek
puding telor: ehehe
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Aseek
Claudia Jung 🐻🐰
Salman apa Ilman hayooo
Claudia Jung 🐻🐰: Fokus mbak, jangan lupa minum
puding telor: tengs bro, belakangan typoku makin parah duh /Gosh//Gosh/
total 2 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Dih!
marrydianaa26
mampir thor, mampir juga ya di karya aku
puding telor: oteweh
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Typo?
Claudia Jung 🐻🐰: Ngantuk mesti
puding telor: lah iya. tengs.
total 2 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Waaa gila sih dari Bapak jadi Kakak
susan
bener Thor. untung sadar hrs to the point. aku jg mulai jenuh dengan teka teki yg tdk terjawab. lumayan ini sdh terbuka sedikit. mmg sih mgkn klo cepet dibuka cepet hbs ceritanya. masih bisa kan diceritain gmn proses terbunuhnya keluarga Choi oleh gi hyeol. ato si Ken welirang itu gmn.
puding telor: udah gitu, habis kutinggal bolos 2 hari gara2 persiapan hardiknas kabupaten. bisa kabur beneran yg baca ;;___;;
total 1 replies
Claudia Jung 🐻🐰
Tolong kasih tahu saya. Ada apa ini sebenarnya? Cepat!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!