Dok, Kok Kita Mirip?

Dok, Kok Kita Mirip?

1. Desas-Desus

“Kinasih, maafkan Kakanda. Maaf...”

“Maaf...”

Kinasih siapa sih?

Lagipula zaman sekarang siapa yang memanggil pakai istilah ‘kakanda’? Memangnya sedang bermain drama kolosal?

Tapi, orang ini terdengar begitu menyesal. Entah apa salahnya padaku sampai meminta maaf berkali-kali.

“Maafkan Kakanda...”

Duh, sayang sekali kalau suara sexy-nya dipakai untuk menangis. Apa aku harus membelai rambutnya supaya dia berhenti menangis?

Lho, lho? Mau kupegang, kok tambah jauh?

“Kinasih. Sebaiknya kau tidak banyak bergerak. Nanti lukamu bertambah parah.” pria itu berbisik sambil menggenggam tanganku yang tak bisa meraihnya.

Pada saat itu, aku juga baru menyadari sakit di sekujur badanku. Yang paling kurasakan adalah sakit di perutku. Tetapi, tiba-tiba cairan merah mengucur melewati mataku.

Ah, ternyata kepalaku juga terluka.

“Kinasih, bersabarlah! Jati sedang mencarikan obat untukmu. Kakanda pasti akan mengobatimu.”

Sebelum orang yang namanya Jati itu datang, sepertinya aku akan mati. Hahaha...

“Kinasih, mengapa kau tersenyum?”

Karena, aku sudah tidak kuat.

Kalau ini semua mimpi, kumohon... cepatlah berakhir.

...

“Selamat pagi, Alma sayang. Bangun, dong. Udah pagi, nih. Katanya mau kerja.”

Nah, ini nih. Harusnya suaranya yang manis seperti ini. Kalau sedih seperti tadi kan aku jadi tidak enak hati.

“Alma, ayo bangun.”

Mendengar suaranya yang semakin manis di telinga, aku pun tersungging. Pemilik suara ini jelas orang yang sangat tampan luar biasa. Beruntung sekali aku bisa dibangunkan setiap hari olehnya.

“Ayo bangun dong, cintaku.”

‘PLAK!!’

“Adaww!”

Bukannya belaian sayang dari si pemilik suara, aku malah mendapatkan pukulan maut.

“Njijiki banget alarm-mu, Alma! Cepetan matiin, atau Mama yang rusakin hapemu!?”

Ancaman mamaku semakin membuka mataku. Segera kumatikan alarm ponsel itu supaya tidak berbunyi lagi.

Begitulah. Suara manis tadi tidak nyata, melainkan hanya suara alarm yang kubuat sendiri dengan aplikasi AI. Namanya juga jomblo. Apapun dilakukan supaya hidup tidak terlalu mengenaskan.

“Percuma aja pasang alarm. Cepetan bangun, mandi, terus berangkat!” perintah Mama lagi.

“Iya. Ini juga mau mandi.”

Sebelum Mama semakin mengamuk, aku ambil handukku di gantungan baju dan berlari ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi pun aku masih mendengar suara Mama yang mengomel tanpa henti. Gara-gara itu, aku jadi tidak bisa menikmati mandi pagi. Terpaksa, akupun memepercepat waktu mandiku.

Saat aku selesai, Mama sudah tidak lagi di kamarku walaupun aku masih mendengar omelannya.

Sekitar setengah jam kemudian, aku selesai berganti baju dan berdandan. Lalu, akupun bergegas menuju meja makan untuk sarapan.

Untungnya, Mamaku tidak ada di sana. Jadi, aku tidak mendengar omelannya lagi. Paling-paling Mama sedang di halaman depan. Jam segini memang sudah saatnya tukang belanja datang.

“Gawat, udah jam segini.”

Segera kuselesaikan makanku, lalu berangkat. Kuberikan salam pada Mamaku sebelum sepeda motor kunyalakan.

Sebetulnya masih ada waktu sebelum jam masuk kerja. Tapi, berhubung ini adalah hari pertamaku, aku berniat untuk datang lebih awal.

Tempat kerja baruku tidak terlalu jauh dari rumah. Hanya butuh sekitar 20 menit untuk sampai ke sana. Dan sampailah aku di sana dengan selamat sentosa.

Rumah Sakit Harapan Hati. Sebuah rumah sakit tipe B yang terkenal dengan pelayanannya yang top notch.

Meskipun tidak sebesar rumah sakit milik pemerintah, rumah sakit ini sudah 10 tahun lebih menjadi salah satu pilihan utama para warga Kota B. Tidak hanya tenaga medisnya yang mumpuni, pelayanan lainnya pun tidak kaleng-kaleng. Karena itu, aku sangat bangga bisa diterima di rumah sakit ini. Padahal sebenarnya aku bukan lulusan dari jurusan yang ada hubungannya dengan bidang kesehatan sama sekali.

“Selamat pagi, Bu. Mohon maaf, sekarang belum jam besuk. Jadi, Ibu belum boleh masuk ke dalam.” ujar seorang satpam sambil tersenyum ramah.

“Bukan, Pak. Saya pegawai baru.”

Kuperlihatkan kartu pegawaiku kepada satpam itu. Barulah dia manggut-manggut paham.

“Maafkan saya, Bu. Saya kira Ibu pengunjung. Kalau begitu silakan masuk.” katanya kemudian.

“Baik, Pak. Terima kasih.”

Seharusnya aku mengalungkan ID card-ku dari awal. Dengan begitu, satpam tadi tidak mencegatku terlebih dahulu.

Tujuanku selanjutnya adalah lift khusus pegawai yang berada tidak jauh dari lobi dan IGD. Aku masuk ke dalam lift bersamaan dengan tiga orang pegawai lainnya.

“Eh, itu bukan, sih?” bisik salah satu dari mereka.

“Kayaknya iya. Mirip banget.” bisik yang lainnya.

Berhubung aku berdiri tidak jauh dari mereka, aku bisa mendengar bisikan-bisikan itu dengan jelas. Mereka nampak seru saat membicarakan orang yang entah siapa itu.

Aku kepo, sih. Tapi, kan tidak sopan juga langsung bertanya soal pembicaraan mereka. Lagi pula aku belum mengenal mereka.

Dua orang itu lalu turun di lantai tiga. Sementara itu, aku masih harus naik dua lantai lagi.

Sesampainya di lantai tempatku bekerja, aku langsung menuju ruangan yang sebelumnya sudah diberitahukan oleh atasanku. Untungnya aku sudah cukup hafal lokasinya, karena ini lantai yang sama dengan yang digunakan saat wawancara.

“Wah, beneran mirip banget, cuy. Tapi, versi cantiknya.”

“Yang ini tukang narsis juga gak ya?”

“Elah, narsis juga lo masih naksir sama tuh dokter gesrek.”

“Hehehe iya, sih. Kan humoris orangnya. Ganteng pula. Ini adeknya juga cantik.”

“Gak gue pungkiri. Kayaknya satu keluarga gak ada cacatnya.”

“Pokoknya gue bakalan baik-baikin adeknya, biar bisa pedekate ke kakaknya.”

“Dih! Modus benerr!”

Dua orang perempuan yang tengah berbisik-bisik itu beberapa kali melirik ke arahku. Maksudnya apa, aku juga tidak begitu paham.

Tapi, sebelum ini aku pernah mengalami kejadian yang sama seperti deja vu. Firasatku jadi tidak enak.

“Mbak Alma.” sapa seorang pria berusia 40 tahunan sambil berjalan ke arahku.

“Selamat pagi, Pak Arif.” aku balas menyapa.

Pria bernama Arif ini adalah orang yang mewawancaraiku beberapa hari lalu. Beliau adalah kepala sub bagian SDM yang juga merupakan atasanku langsung di rumah sakit ini.

“Apa Mbak Alma sudah ambil presensi?” tanyanya.

Kedua alisku seketika terangkat. Aku hampir saja lupa melakukan hal yang seharusnya kulakukan sejak masuk lobi.

“Maaf, Pak. Saya lupa. Kalau begitu, saya turun ke lobi dulu.”

Pak Arif lalu tertawa.

“Tidak perlu, Mbak. Di belakang Mbak juga ada mesinnya. Mbak tinggal tempel barcode di ID card ke mesinnya.”

Malunya... untung saja belum banyak orang di sini.

“Kalau begitu, saya presensi dulu, Pak.”

Setelah itu, aku mengikuti Pak Arif menuju ruang tata usaha. Beliau juga menjelaskan beberapa ruangan lain di lantai yang sama saat kami melewatinya.

Kemudian, saat melewati ruang komite medis, beliau tiba-tiba mengatakan satu hal yang membuatku bingung.

“Kakak-nya Mbak Alma biasanya ke sini cuma pas meeting dengan dokter yang lain.” katanya sambil menunjuk ke ruangan dengan pintu yang tertutup rapat itu.

Buat apa kakakku rapat di sini?

Terpopuler

Comments

Ira

Ira

keren

2024-04-02

0

👑Queen of tears👑

👑Queen of tears👑

haha edan/Joyful//Joyful/

2024-03-17

0

〈⎳ Say My Name Claudia 1288

〈⎳ Say My Name Claudia 1288

Rumah Sakit Harapan Hati ... ku, supaya cintaku bersambut dengan cintanya, Eaaaa 🤣

2024-03-16

1

lihat semua
Episodes
1 1. Desas-Desus
2 2. 'Kakakku'
3 3. Barang Titipan
4 4. Sombongkan Aku!
5 5. Sampai Terbawa Mimpi
6 6. Sampai Terbawa Mimpi 2
7 7. Pacar Dokter Ilman
8 8. Yang Patut Dicontoh
9 9. Hal Penting
10 10. Berasa Skripsi
11 11. CPR
12 12. Asal Kau Tidak Mengikutiku
13 13. Mutasi
14 14. Musuh Segala Umat
15 15. Abangku Yang Ganteng
16 16. Brother Complex
17 17. Wani Piro?
18 18. Kriteria
19 19. Makin Ngawur
20 20. Dia Cuma dr. Ilman
21 21. Divisi Gibah
22 22. Derita Para Dokter
23 23. Bom Kenyataan
24 24. DIAM, DOK!
25 25. Diterima
26 26. Tugas Di Luar
27 27. Bertemu XXX
28 27. Ayah dr. Ilman
29 29. Aku Terlambat
30 30. Ahlinya
31 31. Mengejar dan Menunggu
32 32. Panggil Aku 'Mas'
33 33. PDKT
34 34. Kehidupan Yang Lalu
35 35. Kembalinya Mea
36 36. Perasaan Saat Ini
37 37. Tak Mau Mengaku
38 38. Rencana Licik
39 39. Pembagian Tim
40 40. Pak Arif, Lulung, dan Juleha
41 41. Hidup yang Lain
42 42. Minta Penjelasan
43 43. Kalian Berantem?
44 44. Terlalu Banyak Rahasia
45 45. Feri
46 46. Ada Dalam Sejarah
47 47. Tidak Sabaran
48 48. Yoon Si Stylist
49 49. Patah Hati
50 50. Bukan Menghindar
51 51. Super Market
52 52. Feri yang Mencurigakan
53 53. Rahasia Salman
54 54. Kecelakaan
55 55. Puncak Tragedi
56 56. Selamat dari Maut
57 57. Tes DNA
58 58. Ganti Status
59 59. Gara-Gara Cincin
60 60. Solusi
61 61. Calon Ibu Mertua
62 62. Galau
63 63. Lalernya Banyak
64 64. Cuma Kamu
65 65. Hani Mulai Terpojok
66 66. Distraksi
67 67. Lamaran
68 68. Employee Gathering
69 69. Bath Talk
70 70. Candi Misterius
71 71. Kakek Tua
72 72. Koma
73 73. Kaihe dan Hevia
74 74. Wisartala
75 75. Eksekusi Raja
76 76. Kedatangan Sang Resi
77 77. Amarah Sang Resi
78 78. Syarat
79 79. Takdir
80 CURHATAN PENULIS
81 PROMO NOVEL BARU
82 SPIN OFF: Dinda dan Salman_1
83 SPIN OFF: Dinda dan Salman_2
84 SPIN OFF: Dinda dan Salman_3
85 SPIN OFF: Dinda dan Salman_4
86 SPIN OFF: Dinda dan Salman_5
87 SPIN OFF: Dinda dan Salman_6
Episodes

Updated 87 Episodes

1
1. Desas-Desus
2
2. 'Kakakku'
3
3. Barang Titipan
4
4. Sombongkan Aku!
5
5. Sampai Terbawa Mimpi
6
6. Sampai Terbawa Mimpi 2
7
7. Pacar Dokter Ilman
8
8. Yang Patut Dicontoh
9
9. Hal Penting
10
10. Berasa Skripsi
11
11. CPR
12
12. Asal Kau Tidak Mengikutiku
13
13. Mutasi
14
14. Musuh Segala Umat
15
15. Abangku Yang Ganteng
16
16. Brother Complex
17
17. Wani Piro?
18
18. Kriteria
19
19. Makin Ngawur
20
20. Dia Cuma dr. Ilman
21
21. Divisi Gibah
22
22. Derita Para Dokter
23
23. Bom Kenyataan
24
24. DIAM, DOK!
25
25. Diterima
26
26. Tugas Di Luar
27
27. Bertemu XXX
28
27. Ayah dr. Ilman
29
29. Aku Terlambat
30
30. Ahlinya
31
31. Mengejar dan Menunggu
32
32. Panggil Aku 'Mas'
33
33. PDKT
34
34. Kehidupan Yang Lalu
35
35. Kembalinya Mea
36
36. Perasaan Saat Ini
37
37. Tak Mau Mengaku
38
38. Rencana Licik
39
39. Pembagian Tim
40
40. Pak Arif, Lulung, dan Juleha
41
41. Hidup yang Lain
42
42. Minta Penjelasan
43
43. Kalian Berantem?
44
44. Terlalu Banyak Rahasia
45
45. Feri
46
46. Ada Dalam Sejarah
47
47. Tidak Sabaran
48
48. Yoon Si Stylist
49
49. Patah Hati
50
50. Bukan Menghindar
51
51. Super Market
52
52. Feri yang Mencurigakan
53
53. Rahasia Salman
54
54. Kecelakaan
55
55. Puncak Tragedi
56
56. Selamat dari Maut
57
57. Tes DNA
58
58. Ganti Status
59
59. Gara-Gara Cincin
60
60. Solusi
61
61. Calon Ibu Mertua
62
62. Galau
63
63. Lalernya Banyak
64
64. Cuma Kamu
65
65. Hani Mulai Terpojok
66
66. Distraksi
67
67. Lamaran
68
68. Employee Gathering
69
69. Bath Talk
70
70. Candi Misterius
71
71. Kakek Tua
72
72. Koma
73
73. Kaihe dan Hevia
74
74. Wisartala
75
75. Eksekusi Raja
76
76. Kedatangan Sang Resi
77
77. Amarah Sang Resi
78
78. Syarat
79
79. Takdir
80
CURHATAN PENULIS
81
PROMO NOVEL BARU
82
SPIN OFF: Dinda dan Salman_1
83
SPIN OFF: Dinda dan Salman_2
84
SPIN OFF: Dinda dan Salman_3
85
SPIN OFF: Dinda dan Salman_4
86
SPIN OFF: Dinda dan Salman_5
87
SPIN OFF: Dinda dan Salman_6

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!