Camaraderie berarti rasa saling percaya dan persahabatan diantara orang-orang yang menghabiskan banyak waktu bersama.
Seperti halnya dengan dua anak manusia yang bertemu dan berteman sejak mereka kecil, namun karena tuntutan pekerjaan orang tua, mereka harus terpisah.
Mereka percaya bahwa dikemudian hari mereka akan bertemu dan bersama kembali, entah sebagai teman bermain seperti dulu atau sebagai teman hidup di masa depan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon firefly99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehangatan Keluarga
Liburan semester telah tiba. Seperti janjinya kemarin, Altair dan Ara membawa anak-anaknya berlibur ke Cakrawala. Lelaki berpangkat letkol itu sengaja mengambil cuti dari pekerjaannya untuk menemani keluarga kecilnya liburan dan juga berkumpul dengan keluarganya yang lain.
"Pa, gak ke rumah nenek dulu?" tanya Ale saat melihat Endra yang menjemput mereka.
"Nanti sayang. Kita 4 hari di Cakrawala, selanjutnya yah di rumah nenek." Altair mengelus rambut putrinya.
"Nenek juga nanti bakalan nyusul ke Cakrawala, sayang." sambung Ara.
"Owalaah." Ale mengangguk mengerti.
"Selamat datang!" Endra lebih dulu mendatangi anak dan menantunya sebelum mengelus kepala tiga cucunya.
"Papi datang sendiri?" tanya Ara.
"Ya iya dong. Kalau ngajak mami, nanti mobilnya gak cukup." jawab Endra.
"Saya saja yang nyetir, om" ucap Altair saat melihat Endra hendak naik ke kursi kemudi.
"Gak capek?"
"Nggak, om." jawab Altair.
Jadilah Altair yang mengemudi mobil hingga ke halaman rumah putih.
"Ada yang mau ikut ke rumah grandpa?" tanya Endra.
"Aku"
"Aku"
Kompak twins.
"Kakak?" tanya Endra.
"Nanti sore saja, grandpa." jawab Ale.
Endra mengangguk mengerti.
"Sayang, Al, papi pulang kalau begitu. Bawa twins juga." pamit Endra.
"Papi gak mau istirahat dulu? Kok buru-buru?"
"Papa kamu sudah nunggu ini, mau ditemani ke penangkaran kuda." ringis Endra.
"Dasar papa "
"Terima kasih om sudah dijemput." ucap Altair.
Endra menepuk dua kali pundak menantunya sebelum pergi dan mengajak kedua cucunya ikut bersamanya.
"Kok bad mood?" tanya Ara kepada putrinya.
"PMS attack " jawab Ale yang diakhiri dengan ringisan.
"Sana, istirahat dulu!" suruh Ara.
Ale berlalu memasuki kamarnya yang berada di lantai 2. Ia tidak perlu khawatir akan kebersihan rumah ini, sebab setiap pekan Anala akan mengirim orang untuk membersihkan rumah putih ini.
✨✨✨
"Habis sakit kok yah makin cantik?" heran Ayra saat melihat Ale yang semakin glow up.
"transferan lancar, mommy." jawab Ale ngawur.
"Dih." Ayra mendecih mendengar jawaban ngawur Ale.
"Katanya lagi dekat itu sama teman kecilnya." Naya ikut nimbrung.
"Beneran Nay? Siapa nih? Sky apa Air?" tanya Ayra.
"Dua-duanya, eh nggak ding. Tapi berlima, kak Anta juga, terus mbak Aruna dan mbak Araya. Sama-sama teman kecil itu."
"Wah, jago ngeles ini." Naya terkekeh.
"Kayak papanya yah pasti?"
"Bener banget lagi, mbak. Kak Altair pendiam, tapi jago bersilat lidah." jujur Naya.
"Wah, pada gibahin papa, nanti Ale adukan."
Lalu ketiganya tertawa. Mereka sedang membuat dessert untuk pesta hari jadi pernikahan Ara dan Altair.
Jam 4 sore, semua orang berkumpul di taman samping rumah Endra. Tidak ingin membuat kehangatan berkurang, Altair sengaja tidak mengundang teman-temannya, pun dengan Ara. Hanya ada keluarga Bagaskara dan juga Aryasatya.
Twins harus berbagi kasih sayang kakaknya dengan kedua sepupunya yang sejak tadi mengekori kakak mereka.
"Kak Ale nanti ikut ke rumah. Sehari aja gak apa-apa" ujar Aiman, anak Tama dan Ayra.
"Tapi aku juga mau ajak kakak ke rumahku." Aisar juga tidak mau kalah. Remaja yang satu ini adalah anak dari Naya dan juga Bima.
"Kasian kakak." ringis Aric.
Para orang dewasa sibuk makan, sebenarnya Ale juga, tapi ia sambil mendengar pertengkaran kedua adik sepupunya.
Jadilah selama Ale di Cakrawala, ia tidak bisa beristirahat dengan tenang. Setiap hari berganti, ia juga pasti berganti tempat. Misalnya malam ini tidur di rumah Endra, besoknya tidur di rumah Tama, besoknya lagi tidur di rumah Bima.
Apakah twins ikut ribet seperti kakaknya ? Tentu saja tidak. Mereka bisa menikmati liburan sebagaimana mestinya dan tidak perlu mendengar rengekan adik-adik mereka.
"Mau bilang enak jadi kakak kok yah berdosa banget. Lihat ia tidur sepanjang hari bikin aku kepikiran, capeknya gimana." ringis Ara.
"Derita anak perempuan sendiri yah gitu, Ra. Apalagi kak Tama dan Bima tuh senang ada anak gadis. Kedua adiknya juga gemesan, kakak yang perempuan sendiri jadi sasaran." Altair terkekeh pelan membayangkan bagaimana ekspresi Tama dan Bima saat berada di sekitar Ale.
Ini adalah malam terakhir mereka berada di Cakrawala. Jadilah kelimanya kompak akan tidur di rumah putih.
"Siap?" tanya Ale kepada kedua adiknya.
"Siap!" seru twins.
Al baru saja mengatur ponselnya yang ditahan dengan tripod untuk mengabadikan momen sore ini.
Ditangan Ale ada kue tart yang cukup besar, berukuran 50x50 cm dengan tulisan Happy Anniversary Papa dan Mama dibagian atas kuenya.
Tok tok tok
Al mengetuk pintu kamar kedua orang tuanya.
Altair membuka pintu kamarnya dan speechless melihat ketiga anaknya yang nyengir, mana putrinya sambil membawa kue.
"Mama mana?" tanya Aric.
"Ma, anak-anak cariin mama ini" panggil Altair.
Ara keluar dari kamar mandi dan ikut terkejut melihat ketiga anaknya.
"HAPPY ANNIVERSARY PAPA DAN MAMA!" seru ketiganya.
Senyum Ara dan Altair sama-sama terlihat. Merasa terharu setiap kali anak-anak mereka melakukan ini. Padahal ini bukan yang pertama kali. Seingat Ara, ini sudah keempat kalinya anak-anaknya melakukan ini.
"Terima kasih sayang- sayangnya mama." ucap Ara.
"Ayo, papa dan mama potong kue dulu" ajak Al.
Mereka melipir ke ruang tamu dan makan kue bersama.
"Terima kasih yah anak-anak papa, sudah hadir ke dunia dan menjadi anak papa dan mama. Lucky to have you all." ujar Altair.
"Mau ke pasar malam dong pa" pinta Aric.
"Iya, nanti malam kita ke pasar malam." janji Altair.
"Kakak masih capek?" tanya Ara.
"Nggak kok, ma. Kuenya enak, makanya kakak cuma diam." jujur Ale. Kuenya memang seenak itu, sampai mulutnya tidak ingin berhenti mengunyah.
Altair tidak perlu menunggu hingga malam tiba. Sebelum gelap tiba pun, mereka sudah berangkat ke lapangan kota yang terletak tidak jauh dari rumah putih. Iya, di lapangan yang terletak di depan rumah sakit, yang dekat juga dari batalyon.
Altair dan Ara bergandengan tangan mengikuti langkah anak-anak mereka yang berjalan di depan.
"Kok berhenti?" heran Ara saat melihat ketiga anaknya berhenti di depan tempat mewarnai.
"Mau mewarnai?" tanya Altair.
"Mau" kompak ketiganya.
"Owalaah. Ayo kalau begitu" ucap Altair.
Ketiga anaknya duduk di depan lukisan berbagai karakter yang akan mereka warnai.
Ara dan Altair duduk di pojok sambil makan bakso bakar.
"Senang gak Ra?"
"Senang sekali, mas. Apalagi kalau lihat anak-anak. Terima kasih atas kerjasamanya membangun keluarga yang hangat seperti ini."
"Terima kasih kembali" Altair sambil mengacak rambut istrinya.
"Papa, mama, sini dulu." panggil Ale.
Keduanya lalu berdiri dan berjalan ke anak perempuannya.
"Telapak tangan papa dan mama nana deh?"
Dengan polosnya Ara dan Altair sama-sama memperlihatkan telapak tangan kanan mereka, yang langsung dieksekusi oleh twins, dengan cara memberikan pewarna ke seluruh telapak tangan keduanya.
"Papa tempelkan di sini" tunjuk Ale pada gabus putih kosong di depannya.
"Terus mama" lanjut Ale.
Setelahnya, Ale juga melakukan hal yang sama, pun dengan kedua adiknya. Hingga warna putih tadi tergambar telapak tangan yang dibentuk bintang.
Ale lalu menulis di ujung bawahnya, Altair's icon ❤️.
mksih ya kak jd ikut happy sama geng nya Alesha... 😍😍
kapan terbongkarnya ini kayaknya semakin seru 😁
Kapan nihh ale sama air nikah hehe 😂