Psikopat Gila Jatuh Cinta

\=\=\=\=\=\=\=\= • Next Story • \=\=\=\=\=\=\=\=

Dengan perasaan yang campur aduk Barra pergi mengendarai motor sportnya menuju kantor polisi. Sial, karena Winda ia harus melupakan gadis incarannya Arlleta dan membuat salah paham sahabat-sahabatnya.

Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya Barra sampai di kantor polisi. Ia segera mencari keberadaan Arlleta dan sahabat-sahabatnya.

"Gabriel" Sapa Barra ketika ia melihat Gabriel di ujung koridor.

"Lo udah datang!" Tanya Gabriel.

"Dimana Arlleta?" Barra mengabaikan pertanyaan Gabriel dan malah menanyakan tentang Arlleta.

"Masih di dalam, itu anak-anak yang lain masih nunggu di kursi tunggu" Ucap Gabriel menunjuk dimana keberadaan sahabat-sahabatnya.

"Sebenarnya ada apa dengan Arlleta sampai di bawa ke kantor polisi?" Tanya Barra dan Gabriel hanya mengangkat bahunya tanda ia juga tidak mengetahui apa duduk perkaranya.

Kini Gabriel dan Barra sudah bergabung dengan sahabat mereka yang lain. Mereka duduk di kursi tunggu sembari menunggu kedatangan Arlleta yang masih di ruangan interogasi.

...✍️(◔◡◔) ••• (◔◡◔)✍️...

Sementara di rumah sakit orang yang tadi sempat Arlleta tolong sudah membuka matanya ia hanya pingsan karena kelelahan.

Sang asisten yang berada di sampingnya menghela nafas lega karena majikan selamat, sehat dan tidak terjadi sesuatu hal yang buruk.

"Doni, dimana gadis yang telah menolong ku?" Tanya Pria yang kini sudah bisa duduk di ranjang pasien itu.

"Saya sudah membawanya ke kantor polisi tuan karena anda tadi tidak sadarkan diri saya kira dia penyebabnya" Terang asistennya bernama Doni itu sambil menundukkan kepalanya.

"Dasar bodoh, kalau tanpa bantuan gadis itu aku sudah mati di tangan anak buah Degan sekarang kau keluarkan dia. Aku berutang nyawa pada gadis itu" Ucap marah pria yang masih duduk di ranjang pasien dengan tangan yang masih terpasang infus.

"Baik tuan saya sendiri yang akan membawa gadis itu ke hadapan anda dan meminta maaf padanya" Ucap Doni seraya meninggalkan tuannya.

"Hmmm... Pergilah"

...✍️(◔◡◔) ••• (◔◡◔)✍️...

Doni sang asisten tuannya itu pergi menggunakan mobil menuju kantor polisi namun, sebelum itu ia juga menghubungi polisi yang tadi datang mengamankan Arlleta.

"Jangan kau apa-apa gadis itu aku akan segera ke kantor polisi sekarang" Ucap Doni pada seseorang anggota polis yang tadi menangkap Arlleta.

Setelahnya ia melajukan mobilnya menuju kantor polisi. Ia melakukan perintah majikannya ia akan meminta maaf pada gadis itu dan akan membawa gadis itu untuk ikut bersamanya ke rumah sakit.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Doni ia sudah sampai di kantor polisi. Ia berjalan menyusuri koridor kantor polisi hingga sampai di depan ruang interogasi tapi sebelum ia akan masuk ke dalam ruangan itu, tiba-tiba ia melihat sosok yang ia kenal.

"Tuan muda Leon" Ucapnya saat ia berdiri tidak jauh dari Leonardo.

"Doni, apa yang kau lakukan disini?" Tanya Leonardo ingin tahu pasalnya ia berdiri di depan pintu ruangan interogasi Arlleta.

"Saya sedang melakukan perintah tuan Edward" Terang Doni pada Leonardo yang merupakan keponakan dari majikannya.

"Perintah apa, dan apa ada hubungannya dengan teman ku yang ada didalam?" Tanya Leonardo memicingkan matanya seolah ada kecurigaan bahwa perintah pamannya berhubungan dengan Arlleta.

"Jadi gadis itu teman anda tuan muda, saya akan membebaskannya dan meminta maaf atas kekeliruan saya tuan muda" Ucap Doni.

"Jadi benar ada hubungannya dengan Arlleta" Kali ini Leonardo yang naik pitam di buat oleh asisten pamannya.

Barra dan sahabatnya yang lain mendengar suara keras Leonardo langsung menghampiri mereka.

"Ada apa Leon?" Tanya Barra.

"Gara-gara dia Arlleta ada disini" Tunjuk Leonardo dengan marah.

"Maaf tuan muda saya akan menyelesaikan hal ini" Doni menunduk hormat pada Leonardo dan Barra, lalu masuk ke dalam ruangan interogasi.

Setelah Doni masuk kedalam ruangan itu, Barra mau buka suara ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi tapi Leonardo lebih cepat berkata.

"Jadi dia___" Ucap Barra di potong langsung oleh Leonardo.

"Paman gue" Sahut Leonardo dengan menetralkan emosinya.

Barra tentu tahu siapa paman Leonardo, pamannya masih memiliki hubungan dengan dunia bawah. Barra sedikit banyak tentu mengetahui tentang dunia bawah yang kejam.

"Edward" Gumam Barra.

Pikiran Barra tentu saja sudah melayang kemana-mana jika Arlleta memiliki sesuatu yang di incar oleh para mafia dunia bawah itu artinya Arlleta dalam bahaya.

Menunggu sekitar 10 menit akhirnya Doni dan Arlleta keluar dari ruangan interogasi tersebut. Arlleta masih berada di ambang pintu namun Doni sudah tidak sabar untuk membawa Arlleta kepada majikannya.

"Baiklah nona, jika anda tidak ada masalah lagi anda bisa ikut saya sekarang" Ucap Doni dengan santai tanpa melihat tatapan tajam Barra dan Leonardo.

Streeeeek...

Leonardo langsung menarik kerah kemeja yang di kenakan oleh Doni dengan tatapan matanya yang tajam di kuasai amarah Leonardo pun berkata dengan sarkasme.

"Lo pikir seenak itu lo untuk pergi bawa Arlleta Don" Ucap Leonardo.

"Maaf tuan muda tapi saya sudah meminta maaf pada nona Arlleta saya hanya menjalankan perintah tuan Edward selanjutnya membawa non Arlleta padanya" ungkap Doni yang langsung dapat tatapan tidak suka dari Barra.

"Apa Lo bilang bawa Arlleta pada Edward" Ucap Barra dengan tangan yang sudah mengepal kuat.

"Saya hanya menjalankan perintah" ucap Doni.

"Cuiih... Perintah" Barra meludah tepat di depan Doni.

"Bilang sama bos lo Arlleta nggak akan ketemu sama dia" Lanjut Barra mencoba menahan diri karena Arlleta memegang lengan tangannya.

"Udah ya bar" Ucap Arlleta menenangkan.

"Begini aja kak, kalau memang beliau ingin saya menemuinya saya bawa Meraka bersama saya kak" Sahut Arlleta pada Doni.

"Apa boleh buat, saya hanya ingin melaksanakan perintah." jawab Doni dengan menghela nafas panjangnya.

Pada akhirnya Arlleta dan yang lainnya pergi ke rumah sakit di mana Edward di rawat. Barra membonceng Arlleta, sementara yang lain pergi dengan motor mereka masing-masing.

Selama di perjalanan Barra meminta Arlleta menceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Dengan senang hati Arlleta menceritakan kronologi kejadianmya.

Barra yang mendengarkan cerita yang Arlleta sampaikan ia baru memahami jika Edward bisa saja ingin bertemu dengan Arlleta karena ingin berterimakasih. Tapi Barra tetaplah Barra rasa kecurigaannya masih tinggi apalagi menyangkut Arlleta.

'Gue tetap harus waspada pada Edward, kalau sampai ia jatuh hati pada Arlleta bisa bahaya' ungkap Barra dalam hatinya.

Tidak membutuhkan waktu lama semua orang sudah sampai di rumah sakit. Meraka sedang di parkiran sebelum masuk kedalam rumah sakit.

Kali ini Barra menggenggam tangan Arlleta tanpa ingin melepaskannya. Ia bahkan berpesan kepada Arlleta untuk tetap berada di jarak yang dekat dengannya.

" Ingat ya apapun yang terjadi jangan pernah Lo lepasin tangan gue" Ucap Barra pada Arlleta.