Nisa Juliana, gadis berusia 19 tahun terpaksa dinikahkan oleh ayahnya untuk membayar hutang. Tapi sayangnya gadis cantik itu harus menjadi istri dari kakek tua yg usianya sudah 75 tahun.
Pria sepuh yang harusnya menjadi kakeknya justru malah menjadi suaminya. Mau tak mau Nisa pun harus menerimanya. Bagaimanakah Nisa mampu bertahan demi keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hunny24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.15 Status Janda-ku
Nisa memulai hidup sederhana, dan kini di rumahnya sudah tidak ada lagi ART. Bukan tanpa alasan, Nisa merasa sudah tidak lagi seperti dulu. Nisa harus berhemat dan menabung untuk keadaan darurat. Apalagi menggaji 3 ART sekaligus bukan hal yang mudah.
Nisa hanya akan membersihkan rumahnya seminggu sekali, bisa memanggil jasa kebersihan atau mengerjakannya sendiri. Apalagi kehidupan kuliahnya harus bersosialisai dengan gadis seumurannya. Alangkah tidak normalnya jika Nisa yg hidup sendirian dan memiliki 3 ART di rumahnya. Dan Nisa juga tak bekerja pasti akan menimbulkan rumor buruk.
Setelah memutuskan melakukan semuanya sendiri, Nisa mulai terbiasa melakukan segalanya sendirian. Clara pun kaget akan keputusan Nisa tapi hanya bisa kagum pada gadis itu.
"Kau yakin bisa melakukannya sendirian?" tanya Clara.
"Clara sekarang usiaku sudah 20 tahun, kalau aku tak sempat aku bisa memanggil jasa kebersihan." ucap Nisa.
"Baiklah, tapi kau harus hati-hati saat orang asing masuk ke rumahmu." ucap Clara memperingatkan.
"Oke.."
"Lalu bagaimana kuliahmu.?." tanya Clara.
"Semua berjalan normal dan lancar.." ucap Nisa.
"Aku tak mengharapkan kejadian buruk terjadi padamu, tapi kau harus bersiap jika suatu saat teman-temanmu tahu statusmu." ucap Clara mengingatkan.
"Walau aku tak siap, tapi aku sudah punya rencana." ucap Nisa.
"Ya. Berhati-hatilah, bullying lebih mengerikan dari pembunuhan." ucap Clara.
"Iya.." balas Nisa.
Begitulah Clara menasehati Nisa agar hati-hati karena hati dan pikiran manusia tidak ada yang tahu. Orang yang terlihat baik di depan kita belum tentu baik di belakang kita. Bahkan mereka bisa menusuk kita dari belakang.
.....
Beberapa hari kemudian, Nisa pun pergi ke kampusnya seperti biasa. Dan tiba-tiba Mariana menelponnya. Adik tirinya itu meminta uang untuk jalan-jalan ke luar negeri bersama teman-temannya tanpa malu. Nisa pun mengabaikan semua panggilan telepon dan pesannya.
"Nis, hape mu bunyi tuh.." ucap Luna.
"Biarin aja, dia adik tiriku yang tak tahu diri." ucap Nisa kesal.
"Ya, blokir saja nomornya." ucap Luna santai.
"Ide bagus." balas Nisa.
"Ayo kita gabung sama mawar ke kantin." ajak Luna.
"Oke." balas Nisa.
Nisa pun terkenal sebagai mahasiswi yang cantik dan pendiam di kampusnya. Semua laki-laki sering menitip salam pada Luna atau temannya yang lain. Bahkan kadang Nisa sering mendapat hadiah yang tak dikenal.
Nisa mendapat julukan putri kampus dan semua orang memuji serta mengakui kepintarannya. Hingga banyak yang mau bergaul dengannya di kampus.
"Nisa.. Duduk sini, boby mencarimu tuh.." ucap Mawar.
"Boby siapa lagi?" tanya Nisa.
"Hmm.. Nisa peka dikit lah, jangan terlalu mengabaikan orang sekitarmu." ucap Mawar.
"Kayaknya dia yang ngasih coklat kemarin." ucap Luna.
"Oh, nanti coba aku tanya." ucap Nisa.
"Nisa, apa kabar?" tanya Boby.
"Baik, maaf kamu Boby yang ngasih coklat kemarin?" tanya Nisa.
"Iya, kamu suka?" balasnya.
"Terimakasih coklatnya." balas Nisa.
"Pulang kampus mau kemana?" tanya Boby.
"Pulang ke rumah, mau ngerjain tugas." ucap Nisa.
"Hmm.. Kalau Weekend??" tanya Boby.
"Weekend, aku ada jadwal pulang kampung." ucap Nisa.
"Mau aku antar?" tanya Boby.
"Tidak usah.. Aku bisa sendiri." ucap Nisa.
"Nisa, Boby udah coba effort, tolonglah setidaknya temani dia jalan." ucap Mawar.
"Mawar, jangan paksa Nisa." ucap Luna.
"Kalau Nisa gak mau gapapa kok." ucap Boby karena mereka mulai berdebat.
"Oke.. aku bisa meluangkan waktu dua jam." ucap Nisa.
"Nah gitu dong." ucap Mawar.
"Yakin?" tanya Luna.
"Iya, aku gapapa Lun." ucap Nisa.
"Baiklah.. Kau boleh menelponku jika butuh teman." ucap Luna.
"Iya.."
Nisa pun pergi bersama Boby ke sebuah resto dan mereka akan makan dan mengobrol disana. Nisa pun berbicara santai dan seperlunya. Sementara Boby mulai banyak bertanya soal kehidupan Nisa.
"Nisa kamu punya pacar?" tanya Boby.
"Tidak, aku berencana untuk fokus kuliah dan mengurus beberapa hal di kampung." ucap Nisa.
"Beberapa hal itu apa?" tanya Boby tersenyum.
"Ternyata kamu kepo juga ya.. Cuma sawah peninggalan ayah." ucap Nisa.
"Sawah? Pasti disana udaranya bagus. Kapan-kapan ajak aku kesana, aku belum pernah melihat sawah." ucap Boby.
"Seriusan? sama sekali belum pernah?" tanya Nisa.
Boby pun hanya menggeleng dan tersenyum.
"Ya.. Mungkin jika waktunya tepat. Di kampungku sangat sensitif, jadi aku tak bisa membawa orang sembarangan." ucap Nisa.
"Baiklah, satu kali saja aku sudah senang." ucap Boby.
"Iya, tapi aku tak bisa berjanji waktunya ya." ucap Nisa.
Begitulah obrolan mereka menjadi mengalir dan menarik. Hingga tiba waktunya Nisa harus pulang. Nisa juga menolak untuk diantarkan dan memilih pulang naik ojek. Meski begitu Boby bersyukur bisa mengajak Nisa jalan hari ini.
Boby pun bertemu dengan Mawar di rumahnya.
"Gimana kencannya?" tanya Mawar sepupu Boby.
"Menyenangkan." jawab Boby tersenyum.
"Lain kali bilang aja, nanti aku bantu.. Lagipula Nisa itu orangnya terlalu polos. Makanya takut kalau yang deketin orang baj**n.." ucap Mawar.
"Oke, terimakasih sepupuku." ucap Boby.
"Yes.." balas Mawar.
"Btw.. Ngapain disini?" tanya Boby.
"Biasa disuruh bawa makanan sama nyokap." ucap Mawar.
"Tante masih hoby masak ya.." ucap Boby.
"Jangan ditanya, segala macem dimasak sama dia." balas Mawar.
"Oke, thanks ya." ucap Boby.
"Iya, aku balik bob.." balas Mawar.
Begitulah, Mawar membantu Boby sepupunya untuk mendekati Nisa dan melihat sepertinya berjalan baik meski tak tahu endingnya seperti apa.
......
Sesampainya Nisa di rumahnya, sudah ada Mariana yang menunggu di depan pagar rumahnya.
"Mana uangnya?" tanya Mariana.
"Uang apa? Katanya kamu kerja.." balas Nisa.
"Justru itu kak, aku ada kerjaan di luar negeri.. Aku biaya tiket pesawat dan hotel.." ucap Mariana.
"Gak ada Mariana, aku kan gak kerja." balas Nisa.
"Kak, gak banyak kok cuma 10 juta." ucap Mariana.
"10 juta kamu bilang gak banyak?? Gila kamu ya.. Lagian mana ada kerja luar negeri gak ada anggarannya, kamu aja yang bodoh." ucap Nisa.
"Yaudah kalau begitu aku pinjem ya.." ucap Mariana.
"Gak ada Mariana, udah sana pulang minta sama ibu." ucap Nisa.
"Kak.. Kakak ini pelit banget ya padahal sekarang hidupnya udah enak.." ucap Mariana.
"Kamu aja yang gak ngotak, kalau mau uang ya kerja.. Memangnya aku kerja? Sampe kamu bisa minta uang seenaknya." ucap Nisa.
"Halah, padahal dapet warisan dari si tua bangka itu, tapi kakak aja yang pelit." ucap Marian.
"Ya.. Anggap saja kakak pelit.." ucap Nisa.
"Kak..!" teriak Mariana.
Nisa pun merogoh uang di tasnya dan Mariana tersenyum. Tapi Nisa hanya memberinya uang 100 ribu untuknya pulang naik taksi.
"Nih, uang buat taksi jangan bikin keributan kalau gak mau diusir satpam komplek." ucap Nisa geram.
"Dasar pelit..!" teriak Mariana dan beberapa tetangga melihatnya berteriak.
"Kakak pelit, awas saja ya..!!!" teriak Mariana dan Nisa mengabaikannya.
Dan Mariana mulai mencari kelemahan Nisa. Mariana pun esok harinya mengintai Nisa keluar rumah. Hingga Mariana tahu kalau Nisa berkuliah di universitas ternama yang pasti biayanya tak murah. Outfit yang dikenakan Nisa juga cukup bagus meski terlihat sederhana.
"Dasar kakak pelit, padahal kuliah di tempat seperti ini dan memakai baju-baju mahal.. Awas saja kau kak.." gerutu Mariana dalam hati.
...----------------...
