Dear A

Tahun 2005

Waktu itu sudah bermunculan Handphone. Walaupun di sekolahku hanya beberapa orang yang punya HP, tapi aku tidak tertarik dengan smart phone itu. Aku sadar diri dengan kondisi keluargaku yang tidak mungkin memiliki benda mungil yang canggih itu.

Suatu hari aku tidak ingat tanggalnya, karena catatan tentang HP ini ada di diary keseharianku yang semuanya telah dijual ke tukang rongsokan oleh ibuku setelah aku menikah.

Ketika aku pulang dan bertanya dimana diary diaryku, bapak bilang masih di rumah yang lama. Ketika aku kesana semuanya hilang. Aku tanya ibuku, dia dengan mudahnya menjawab "untuk apa kamu menyimpan buku buku yang sudah tidak ada gunanya lagi". Hatiku sakit, kehilangan buku buku diaryku seperti kehilangan sebagian dari hidupku. Aku menulisnya dengan tanganku setiap hari tanpa ada yang terlewat. Suka duka dan perjalanan hidupku ada disana. Masa ketika aku melihat kedua orang tuaku bertengkar, masa disaat aku dibelikan baju baru oleh bapak. Kenangan ketika aku bercerita kepada nenekku, kenangan ketika aku mulai merasakan jatuh cinta. Dan sekali lagi aku harus ikhlas untuk melepaskan kenangan masa kecilku.

Aku menulis diary A, dari usiaku 10 tahun. Aku menulis yang ingin aku ceritakan pada orang lain. Tetapi sifat dan kepribadianku adalah tertutup dengan orang lain, bahkan orang tuaku sekalipun tidak pernah tau perasaanku yang sesungguhnya.

Mereka tidak tau kapan aku benar benar bahagia, mereka tidak tau ketika aku menangis. Mereka tidak peduli dengan perasaanku dan bagaimana aku tumbuh dan berkembang. Lalu bagaimana bisa aku menceritakan kisahku pada mereka? Apakah mereka akan peduli jika aku bilang aku menyukaimu? Apakah mereka akan merestui hubungan kita?

Entahlah A aku sudah percaya kalau ini adalah takdirku.

Nah cerita tentang HP A, siang itu aku ingat. Aku masih lelap dengan tidur siangku. Untuk pertama kalinya bapak membangunkan ku dengan lembut.

"Bangun D lihat apa yang bapak bawa"

aku menggeliat dan merubah posisi tidur ku. Aku curiga bapak akan mengajakku ke kebun lagi, atau mencari makanan kambing. Aku lelah dengan sekolahku persiapan ujian. Karena menjelang ujian semester depan mulai sekarang aku harus sekolah sampai sore. Dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore. Belum lagi banyak ekstra kurikuler yang harus aku ikuti. Sungguh hari hari yang melelahkan.

Lagi lagi aku mendengar suara bapak membangunkan ku.

"D kamu nggak mau hadiah? Liat apa yang pak bawa"

Aku membuka mataku perlahan, sekali lagi aku mengusap mataku. Aku usap sekali lagi

"Waaaaah HP....." aku memeluk bapak senang. Untuk pertama kalinya aku sebahagia ini.

"Ssssttt.... " kata bapak menyuruhku diam.

"kenapa? Tanyaku heran

"Ibumu akan marah kalau tau kita punya HP"

Aku mengangguk setuju, ya pastinya ibu akan marah karena dia tidak akan pernah setuju kita hidup mengikuti jaman. Pikirannya tetap berada di masa lalu. Akan banyak omelan nggak jelas yang harus kita dengarkan kalau cerita ke ibu.

"Bapak dapat uang darimana? Pasti mahal"

"Ini hadiah dari bos bapak, katanya supaya dia gampang menghubungi bapak."

"Waaah baik banget bosnya pak, pak tau cara pakai hp ini?"

Kami saling pandang dan tertawa, 🤣🤣🤣 entah bagaimana cara mengoperasikan benda ini.

Tiba tiba berdering.....

Aku dan bapak tertawa terbahak bahak

"Pencet pak yang hijau"

" Halo..."

Yang menelepon adalah bos bapak. Memastikan bapak bisa menjawab telponnya.

Aku di masa itu

bukan penulis 2005