JANDA PERAWAN CEO

BRUUUK!

Yara tak sanggup lagi menahan beban tubuhnya, Yara ambruk. Di dalam ketidakberdayaannya Yara masih bisa merasakan seseorang mengangkat tubuhnya. Yara mendengar suara Farrel memanggil-manggil namanya. Yara juga mendengar perkelahian, Yara tidak sanggup membuka mata bahkan mengintip sedikit saja untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

...----------------...

Debur ombak menyapu pasir di pantai. Burung-burung berkicau bersahutan. Sinar mentari malu-malu mengintip dari balik tirai jendela yang tertiup angin laut. Yara perlahan membuka matanya. Tangannya menahan pantulan cahaya yang menyilaukan mata. Yara bangun dari tempat tidurnya.

Yara berdiri di depan kaca besar, dimana nampak begitu indah pemandangan di tepi pantai. Ombak yang saling berkejaran menghampiri tepi laut yang biru. Daun kelapa seolah-olah melambaikan tangannya menyapa Yara. Angin laut berbisik seolah menyampaikan salam pertemuan kepada Yara.

Yara membuka pintu dan melangkahkan kaki ke balkon kamarnya. Yara menikmati hembusan angin yang lembut membelai rambutnya. Yara merasakan nyeri di kepalanya, Yara terduduk tangannya berpegangan pada pagar balkon kamar.

Terdengar suara ketukan pintu. Seseorang memanggil-manggil nama Yara. Ternyata orang itu adalah Andara.

Andara menggendong Yara kembali ke kamarnya. Yara duduk di sofa. Yara mengamati kamarnya yang terasa asing. Sejak kapan dia berada di sini. Dan mengapa Yara bisa bersama Andara.

"Bang An? Aku ada dimana?" Yara bersandar di atas Sofa.

"Yara, setelah melihat foto-foto panas Farrel dan Vilda kamu pingsan. Sebelumnya kamu memutuskan untuk meninggalkan Farrel dan ikut bersama Bang An. Dan di sinilah kita sekarang." Jawab Andara.

"Benarkah? Kok aku tidak ingat ya." Yara mengernyitkan keningnya.

"Kamu beberapa hari ini tidak sehat. Sudahlah Yara lupakan semua. Minum obat ini untuk meredakan sakit kepala mu." Andara memberikan obat berbentuk pil dan segelas air untuk Yara.

Setelah meminum obat yang diberikan Andara, sakit kepala Yara berangsur hilang. Kembali Yara berdiri di depan kaca besar kamarnya memandangi lautan. Yara sangat suka pantai. Dan tempat ini sangat indah.

"Kamu suka tempat ini? Bang An ingat, dulu kamu sering menangis ingin pergi ke pantai."

"Bang An ingat semua yang aku suka. Terima kasih Bang An," ucap Yara.

"Ayo Bang An ajak kamu berkeliling rumah Bang An." Andara meraih tangan Yara dan membawanya keluar dari kamar.

Yara sangat menyukai rumah Andara yang mempunyai dua lantai. Lantai atas terdapat dua kamar tidur, kamar Andara dan kamar yang ditempati Yara. Kamar yang menghadap ke laut. Di lantai bawah, ada ruang tamu, ruang keluarga dan juga dapur. Di samping rumah ada kolam renang.

Andara mengajak Yara berjalan di tepi pantai. Betapa senangnya Yara, Yara berlari mengejar ombak di pinggiran pantai. Sudah lama Yara tidak santai seperti ini. Yara juga mengumpulkan kerang yang banyak dia dapatkan.

"Bang An, ini dimana?" tanya Yara.

"Kota B. Pusat kota tidak jauh dari sini," jawab Andara.

"Bagaimana ceritanya aku sampai di sini? Bukannya terakhir kali aku berbulan madu ke Kota M?"

Andara duduk di pasir putih, "Setelah kamu mendapatkan foto-foto panas Farrel dan Vilda, kamu sakit hati. Kamu masih ingat kita bertemu di pantai Kota M?" tanya Andara.

Yara mencoba mengingat dan mengangguk.

"Kamu memutuskan meninggalkan Farrel dan ikut bersama ku. Aku juga memutuskan pertunangan dengan Vilda. Mama dan Papa menyetujuinya dan meminta maaf karena pernah menjodohkan kami." Andara menghela napas.

Andara menangkap keingin tahuan dari wajah Yara. Andara akhirnya bercerita. Dulu sewaktu di Kota A, Andara menyukai seorang gadis. Gadis itu sangat berarti baginya. Andara sangat menyayanginya. Andara ingin sekali mengikat gadis itu agar hanya menjadi miliknya.

Andara dengan penuh keberanian mengutarakan perasaannya kepada orang tuanya. Andara untuk pertama kalinya mengakui bahwa dia sangat menyukai gadis itu dan Andara ingin orang tuanya melamarkan gadis itu untuk Andara.

Tapi entah kenapa kedua orang tuanya tidak merestui hati Andara. Mereka bilang akan mencarikan gadis yang lebih baik untuk Andara. Alasan mereka tidak merestui karena gadis itu tidak mempunyai orang tua. Orang tua Andara tidak ingin Andara menikah dengan orang yang mempunyai keturunan tidak jelas.

Andara sakit hati dan memutuskan pergi ke luar negeri. Setelah bekerja dan mapan, orang tuanya mengenalkannya kepada Vilda. Andara menerima Vilda dan mencoba mencintainya sepenuh hati. Karena hanya dengan mencintai Vilda, Andara bisa melupakan gadis yang selama ini tidak pernah hilang dari ingatan Andara.

"Sungguh beruntung gadis itu Bang An. Apa gadis itu tahu Bang An suka padanya?" Yara duduk di samping Andara.

"Tidak, dia belum mengetahuinya. Tapi jika aku bertemu dengannya, aku tidak akan melepaskannya." Andara menatap ke dalam netra coklat Yara.

"Apa Bang An sudah bertemu dengan gadis itu?" Yara juga menatap ke arah Andara.

"Sudah. Dan seandainya gadis itu adalah kamu. Apa yang kamu lakukan jika bertemu dengan Bang An?"

"Aku gak bisa jawab Bang. Karena gadis itu bukan aku. Tapi kalau menurut ku sebaiknya Bang An jujur dan utarakan perasaan Bang An kepadanya" kata Yara.

"Baiklah, Bang An akan mengutarakan perasaan kepadanya. Yara apa kamu ingin naik motor seperti mereka. Ayo." Andara menarik tangan Yara.

Yara dan Andara naik motor ATV memutari pantai. Mereka juga naik banana boat berbaur dengan pengunjung pantai. Andara juga mengajak Yara berkeliling membelah gelombang lautan dengan jet ski. Mereka sangat menikmati hari ini.

"Kamu cape?" Andara memberikan handuk kepada Yara.

"A ... ku lapar Bang," jawab Yara dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Kamu mau pesan makanan di sini apa kita balik ke rumah?" tanya Andara.

"Aku pengen cobain makanan yang ada di sini Bang," Yara melihat beberapa pondokan di ujung sana yang menjual makanan.

"Kamu tunggu sebentar, Bang An pesankan." Andara berjalan keujung jalan.

Yara berdiri melepaskan jaket pelampung yang masih melekat dibadannya. Tiba-tiba saja seseorang menghampiri memegang pundak dan membisikkan sesuatu kepadanya. Tidak berapa lama orang itu tersenyum dan berlalu.

Yara setelah melepaskan jaket pelampung berjalan sendiri menuju pinggir pantai. Air laut menyentuh kakinya. Yara terus berjalan masuk ke dalam air sampai tidak merasakan pijakan pasir bibir pantai. Langkahnya semakin lambat karena airnya semakin dalam. Yara tenggelam, tenggorokannya terasa tercekik. Tubuh Yara terasa dipeluk erat arus laut.

Yara kehabisan oksigen, Yara mulai tersadar dan mencoba naik ke daratan. Tapi apa daya dadanya sudah dipenuhi dengan air laut. Yara hanya bisa pasrah. Yara teringat dengan Farrel.

Sayang, maafkan aku yang pergi meninggalkan mu. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu, ucap Yara dalam hati.

Yara berharap dalam dinginnya air laut Farrel datang menyelamatkannya. Yara tersenyum rupanya Tuhan mengabulkan keinginan terakhirnya. Yara melihat Farrel berenang menghampiri memeluk erat dirinya dan memberikan oksigen lewat mulutnya.

Terima kasih Ya Allah, Engkau memberikan halusinasi kepada ku sebelum napas terakhir ku.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...