NovelToon NovelToon
Di Tepi Senja

Di Tepi Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Anggi Febriani

Kebanyakan orang-orang berpikir bahwa tidak ada cinta yang akan bertahan, apalagi di usia remaja, dan aku juga sependapat dengan mereka. Namun, dia membuktikan bahwa cinta itu benar-benar ada, bahkan anak remaja sekalipun bisa mendapatkan cinta yang akan menjadi pasangan hidupnya. Semua itu tergantung siapa orangnya.

Dari pengalaman ini aku juga banyak belajar tentang cinta. Cinta itu memang menyakitkan, tapi di balik semua itu pasti ada jalannya. Dia selalu mengajari ku banyak hal, yang paling aku ingat dia pernah mengatakan "rasa suka tidak harus dibalas dengan rasa suka." Dia lelaki yang dewasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Febriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 10

Mama dan Papa menyambut kedatangan Kevin. Sesampainya di rumah, Kevin langsung turun dari mobil, dia langsung menghampiri Mama dan Papa, dia tidak menurunkan barang-barang terlebih dahulu. Menurut Kevin ketika datang kerumah orang lebih baik memberi salam terlebih dahulu, lalu kembali mengambil barang-barang yang ada di mobil, sikapnya ini diajarkan oleh kedua orangtuanya. Kevin dan orangtuanya memang sangat suka sopan santun.

Kevin kembali lagi ke mobil, dia membantuku menurunkan barang-barang kami, termasuk hadiah ku. Mama dan Papa senang ketika tahu kalau Kevin memberiku buket. Mereka langsung memberi aku kode yang aku sama sekali tidak tahu artinya. Aku hanya menggaruk-garuk kepala seperti orang bodoh.

"Buku kamu kenapa diturunkan juga Kev?"

"Buku ini untuk kamu kok Tar. Disimpan baik-baik ya. Tadi aku sengaja beli novel banyak, kamu kan suka baca novel."

"Tapi ini terlalu banyak Kev."

"Belum seberapa kok. Diterima ya?"

Untung Mama dan Papa masih di dapur menyiapkan teh. Kalau tidak, mereka akan melihat sikap Kevin yang begitu lembut. Nanti mereka berpikir yang aneh-aneh (takutnya begitu), mereka akan berpikir kalau kami pacaran, padahal tidak! Kevin seperti ini karena kami sudah lama berteman!

"Kenapa masih berdiri? Kalian berdua ayo duduk sini." Mama mengajak kami.

Aku dan Kevin duduk berdampingan. Kami meminum teh yang disajikan oleh Mama. Walaupun tehnya sederhana, tapi tetap terasa lezat.

"Sudah puas jalan-jalannya?" Tanya Papa. Mungkin orang-orang akan berpikir kalau Papa sedang marah, aslinya tidak kok, papa memang seperti ini ngomongnya.

"Pastilah, apalagi Tarasya dapat banyak hadiah dari pacarnya, iyakan nak?" Goda mama.

"Pacar? Ma, aku tidak punya pacar. Itu semua dari Kevin ma. Mama jangan nambah-nambahin deh."

"Pacar kamu kan Kevin."

"Mama!" Aku menahan rasa malu. Mungkinkah Kevin akan marah? Dia kan tidak suka dijodoh-jodohkan dengan cewek yang tidak disukainya.

"Kami belum pacaran kok Tan, masih lama proses nya."

Aku melihat Kevin dengan penuh keheranan. "Proses apa?" Memang cowok-cowok zaman sekarang kalau ngomong tidak pernah jelas, selalu tanggung-tanggung.

"Proses membeli hatimu."

"Nah, mama dan papa lihat kan, Kevin nyuruh aku jual hati ku kepada orang, terus dia mau beli dari orang itu lagi. Curangkan, dia pasti meminta harga yang murah kepada orang itu. Lalu aku jadi apa? Jadi tape?"

Semua orang tertawa, padahal aku berkata serius, aku tidak sedang main-main. Mama dan Papa tidak percaya dengan apa yang aku katakan, sungguh kesal. Mereka tidak tahu kalau Kevin itu berbahaya, dia mau menjual dan membeli hati orang (bercanda).

"Mama dan papa pasti ngedukung Kevin. Kamu udah ngasih hadiah ke Kevin?"

"Belum, ini mau Tarasya ambil ke atas dulu. Bentar ya."

Aku meninggalkan mereka bertiga di bawah. Aku pergi ke kamarku, aku naik ke lantai atas, aku semakin jauh dari mereka, aku tidak bisa mendengar perbincangan mereka lagi.

"Kamu belum pacaran sama Tarasya? Tidak jadi kamu tembak Kev?"

"Rencana nya gitu om, tapi tadi Tasya ngasih cokelat ke orang yang disukai nya, tidak mungkin aku nembak dia sedangkan di hatinya masih ada orang lain om. Aku akan menunggu dia sampai dia tahu kalau aku menyukainya. Tidak apa-apa lama, asalkan kami masih berteman dan selalu bersama."

"Memang anak gadis ini ya, sulit dimengerti. Dia tidak menyukai orang yang menyukai dia, justru sebaliknya, dia menyukai orang yang tidak menyukainya. Benar-benar anak gadis."

"Tante dulu pasti gitu juga."

"Ya sudahlah nak, nikmati saja proses nya. Suatu saat dia akan tahu perasaan kamu yang sesungguhnya."

"Iya om, Kevin selalu sabar menunggu Tarasya."

Aku mendengar Kevin menyebut namaku dalam perbincangan mereka. Aku penasaran apa yang mereka bicarakan sampai-sampai Kevin mengecilkan suaranya. Aku memegang pundak Kevin, aku memberi dia kode untuk menyampaikan apa yang mereka bahas tadi. Langkahku terhalang oleh Papa, papa langsung melarikan topik pembicaraan kami. Aku tahu pasti Papa sengaja melakukan hal itu, mereka bertiga selalu membuatku kesal, mereka tidak pernah memberi tahu apa yang mereka bicarakan.

Aku memberi hadiah kepada Kevin (tidak seistimewa yang dia berikan kepadaku). Aku hanya memberi dia cokelat, gantungan kunci, dan buku pelajaran favoritnya, matematika dan bahasa Inggris. Mungkin dia suka pelajaran yang lain, tapi aku tidak punya banyak uang untuk membeli semuanya, kemarin aku menghabiskan uangku untuk membeli barang-barang yang aku suka, aku tidak tahu Kevin akan memberi ku hadiah yang tak terbalas ini. Aku jadi malu karena hanya sedikit hadiah yang aku beri kepadanya.

"Terimakasih Tasya, kamu memang tahu apa yang aku suka."

Seharusnya Kevin tidak membuka hadiah yang aku beri di depan ku, aku jadi malu, tidak tahu harus berkata apa. "Maaf ya cuma segitu, aku tidak celit kok, hanya saja aku tidak tahu kamu akan memberi aku hadiah sebanyak ini."

"Tidak masalah, sudah menjadi tugas pria memberi wanita barang-barang yang disukainya."

Untung saja reaksi papa dan mama biasa saja. Mereka tersenyum dan tertawa mendengar perbincangan ku dan Kevin. Memangnya ada yang lucu, ya? Kevin ini juga aneh, tiba-tiba dia mengucapkan kata-kata yang aneh, dia tidak biasanya begitu.

...***...

Sebelum Kevin pulang dari rumahku, dia mengajakku makan malam bersama di Restoran Cinta. Aku belum menyetujui permintaannya, aku masih berpikir mengatakan iya atau tidak. Mama masak, tidak mungkin aku makan malam di luar, malahan yang ada mama akan memarahiku. Namun, semua di luar dugaanku, aku belum mengatakan 'iya', tapi suara lain menjawab 'iya, bawa saja dia'. Aku tidak menyangka Mama akan berkata seperti itu. Mama menyetujui permintaan Kevin dan papa juga begitu. Mereka tidak peduli jika aku mengatakan tidak, kalaupun aku menolak, aku akan tetap dipaksa untuk pergi. Awalnya aku tidak mau, cuma karena Kevin sudah sangat baik, ya sudah aku setuju saja, tapi dengan syarat harus aku yang bayar semua. Kevin awalnya keberatan, tapi akhirnya dia setuju. Semoga saja dia tidak membayar diam-diam makanan kami nanti.

Seperi dugaanku, Kevin menyewa ruangan VIP untuk kami berdua. Mungkin orang-orang berpikir kalau kami sangat boros padahal kami masih anak sekolah. Sebenarnya aku juga berpikir seperti itu, tapi apa boleh buat, kedua orangtua kami yang memberi kami banyak uang. Namun, dibalik semua itu kami rajin menabung. Walaupun kami terlihat boros, kami juga pintar untuk menabung. Jika dibandingkan dengan pengeluaran kami, tabungan kami lebih banyak. 70% menabung, 30% uang jajan.

"Aku mau memberitahu kamu sesuatu Tar, tapi janji dulu kamu tidak akan sedih ataupun marah. Apapun yang aku katakan nanti, kamu harus kuat," ucapan Kevin membuatku penasaran dengan hal apa yang mau disampaikan olehnya. Aku siap apapun itu yang mau dia sampaikan. Asalkan Kevin bersamaku semua pasti baik-baik saja.

"Katakan saja."

"Kamu masih ingat kejadian tadi siang di sekolah, kan? Kamu memberi cokelat kepada bang Ray. Di depan kamu dia menerima pemberian kamu dengan baik, iya kan? Kamu juga berharap kalau dia memakan pemberian kamu. Aku memberi tahumu satu hal, dia tidak memakan cokelat kamu. Aku tidak berbohong. Kebetulan temanku dan Ray nongkrong di tempat yang sama, dia melihat Ray memberikan cokelat kamu kepada orang lain. Aku percaya kepada teman ku karena dia mempunyai bukti Tar, dia mem-videokan Ray memberikan cokelat itu kepada adik-adik yang lewat di depannya. Kamu mau lihat videonya?"

"Tidak usah, aku sudah menduga dia tidak akan menerima pemberianku. Biarkan saja dia, kalau dia tidak mau menghargai, ya sudah, aku tidak terlalu peduli tentang dirinya. Anehnya, kenapa kita harus mengingat dia disaat kita sedang bersenang-senang? Dia hanya orang luar, kan? Tidak perlu dimasukkan kedalam hati."

Aku tidak sakit hati sama sekali. Kalaupun bang Ray membuang hadiah yang aku beri, aku tidak peduli. Bodohnya aku, aku sudah tahu sikap dia tidak baik dari lama, tetapi aku tetap saja memberi dia hadiah. Aku pikir itu hanya ilustrasi ku saja, ternyata dia memang tidak memiliki akhlak. Untung saja pria yang di depan ku ini tidak seperti itu, aku masih bisa menilai bahwa tidak semua cowok mempunyai sikap tidak bagus seperti bang Ray. Bahkan, Kevin menerima semua hadiah yang diberikan cewek-cewek kepadanya. Dia juga menyuruh aku untuk membawa beberapa hadiah itu pulang (dia memberikan sebagian kepada ku hadiah yang diberikan cewek-cewek kepadanya, katanya terlalu banyak, tidak habis kalau dimakan sendiri). Memang Kevin mempunyai banyak penggemar, jelas saja, dia tampan dan pintar. Andai kami tidak sahabat, sudah ku kejar dia.

1
Shoot2Kill
Ceritanya luar biasa, author semangat terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!