Salma menikah dengan Hendra dengan harapan akan mendapatkan kebahagiaan. Tetapi suami yang ia pilih memberikan luka yang mendalam.
Di saat Salma Elvira tengah melakukan aksi balas dendam, dia di pertemukan dengan Davin Mahendra duda beranak satu. " Menikahlah denganku, kalau kau tidak mau ?, jangan harap bisa bertemu putriku !."
Akankah seorang Salma Elvira meneruskan aksi balas dendam nya atau dia memilih hidup bahagia bersama Davin Mahendra membina rumah tangga yang sesungguhnya ?.
Yuk ikuti cerita selengkapnya!!!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kamsia Heriyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hendra Mulai Berubah
Sore harinya, Salma menunggu Hendra menjemputnya. Tetapi Salma sudah menunggu selama tiga puluh menit, tetapi batang hidung Hendra belum juga kelihatan.
Salma mulai khawatir, mau menghubungi sang suami dia lupa meminta nomor telepon milik sang suami.
" Belum di jemput juga?" Melihat bos nya berjalan mondar mandir, Boy orang kepercayaan Salma menegurnya.
Salma melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan nya yang putih bersih dan mulus. Jarum jam sudah menunjukan jam lima sore. " Menurut Boy, lebih baik kakak naik angkutan umum saja!. Dari pada menunggu tanpa kepastian."
Salma menurut pendapat orang kepercayaan nya. Mereka berdua berjalan ke luar dari pintu rumah makan. Tidak lupa Salma mengambil tas nya yang ada di dalam ruangan kerja miliknya. Saat Salma akan menghadang mobil angkutan umum, Hendra datang dengan mobil miliknya.
Melihat sang suami sudah datang, Salma meminta maaf dengan sopir angkutan. Karena dia tidak jadi naik angkutan umum. " Boy, kakak duluan ."
Dijawab anggukan kepala oleh orang kepercayaan Salma. Setelah berpamitan dengan Boy, Salma berjalan menuju mobil suaminya berhenti. Salma berdiri di samping pintu mobi, biasanya Hendra akan keluar dari mobil untuk membuka kan pintu.
Lama Salma berdiri tetapi belum ada tanda tanda Hendra akan membukakan pintu mobil untuk nya. Hendra juga belum melajukan mobi miliknya, yang artinya Hendra menunggu sang istri.
" Cepat naik !, saya buru buru." Hendra berbicara dengan nada tinggi setengah membentak. " Deg" , jantung Salma ingin ke luar dari tempat nya. Salma sangat terkejut melihat perubahan sikap Hendra dalam sekejap mata.
Baru kemaren menikah, apa salah keputusan Salma menerima lamaran Hendra. Mau mundur pun percuma, mereka sudah menikah. Apa kata para tetangga melihat Salma sudah janda dalam dua hari. Salma menarik nafas panjang, untuk menenangkan hati nya yang begitu banyak pertanyaan dan kekecewaan.
Salma masuk ke dalam mobil, dia duduk di depan di kursi damping Hendra. " Pasang sabuk pengaman!, nanti kena tilang." Lagi lagi hati Salma berdetak lebih kencang mendengar bentakan yang Hendra lakukan.
Salma melakukan apa yang diminta suaminya , tanpa bicara. Di dalam mobil terjadi keheningan, tanpa ada yang mau buka suara.
Salma bingung memikirkan sikap dan tingkah laku suaminya. Sedangkan Hendra dia serba salah, ingin berbuat baik seperti biasanya. Dia takut dengan ancaman teman nya.
Jadi ini lah yang terbaik menurut Hendra, supaya istri nya yang meminta sendiri berpisah dengan nya. Tanpa Hendra melakukan banyak drama ataupun usaha .
Salma hanya menoleh ke samping kiri, sedangkan Hendra fokus dengan kemudi . Di lampu merah mobil berhenti, Salma yang menoleh ke kiri melihat keluarga bahagia menurut nya.
Seorang pria dewasa tangan sebelah kiri mengendong bocah laki-laki menggemaskan, sedang tangan kanan mengandeng istrinya dengan begitu mesra dan perhatian. Mereka ber tiga berjalan di jalan setapak Pinggir jalan raya.
Melihat perilaku pria dewasa tersebut ke pada istri nya Salma tersenyum miris, memikirkan nasib pernikahan nya yang tak semanis dan tak seindah harapan nya.
Tidak lama lampu merah berubah menjadi hijau, Hendra pun melaju kan mobilnya. Mobil berjalan menuju ke rumah Salma. Setelah beberapa menit kemudian mereka sampai dengan selamat tanpa pembicaraan.
Salma turun dari mobil langsung, tanpa menunggu untuk di bukakan pintu mobil seperti biasa nya.
Melihat Salma sudah turun , Hendra pun keluar dari mobil. Hendra berjalan dengan gontai , tidak ada semangat atau kebahagiaan seperti pengantin baru pada umumnya.
Salma masuk ke dalam kamar, setelah membuka pintu yang kunci rumah memang ia bawa. Salma langsung pergi ke dalam kamar mandi, untuk membersihkan diri.
Selesai mandi Salma berpakaian ala rumahan. Pakaian untuk suaminya sudah ia sediakan di atas tempat tidur, seperti biasanya.
Biarlah Hendra berubah, dia akan berusaha bertahan. Selesai dengan kegiatan nya, Salma pergi ke dapur. Salma masak dalam diam, " coba tadi , membawa nasi dan lauk pauk dari rumah makan saja ". Salma berbicara dalam hati.
Sebenarnya Salma lagi malas untuk masak, otak dan pikiran nya di penuhi oleh perubahan sikap suaminya.
Hendra masuk ke dalam kamar istri nya, setelah melihat sang istri keluar dari kamar yang mereka tempati. " Buk " , Hendra menjatuhkan tubuh tinggi gagah perkasa miliknya, ke atas tempat tidur. Hendra menoleh ke kanan ternyata sudah ada pakaian bersih yang istri nya siapkan.
Sebagai pakaian ganti untuk dirinya setelah mandi. " Apa salahku yang belum juga bisa bahagia ?." Dia tidak menyadari apa yang ia lakukan selama ini. Apalagi niat sedari awal menikah dengan Salma sudah tidak benar, bukan untuk menyempurnakan ibadah nya kepada sang pencipta.
Selesai acara memasak asal asalan menurut Salma, karena dia masak dalam keadaan hati tak tenang. Dia masak tidak pakai perasaan.
" Yang penting jadi", itulah yang Salma katakan dengan dirinya sendiri.
Sama menghidangkan hasil masakan nya, di atas meja makan. Setelah semuanya siap , Salma berjalan ke arah kamar. Salma membuka pintu dengan begitu perlahan, takut menggangu suaminya di dalam.
Salma melihat Hendra sudah mandi, suaminya memakai pakaian yang sudah ia siapkan. Hendra tidur dengan menutup mata menggunakan ke dua tangan miliknya. " Bang bangun !, ayo kita makan !." Salma mencoba memberanikan diri, menyentuh bahu sang suami. " Apa ha?". Bentak Hendra.
" Tes", air mata Salma menetes tanpa ia minta. Sakit hati tentu saja, kecewa sudah pasti. " Ayo kita makan!, Salma sudah masak."
Salma mengulang perkataan nya tadi.
Hendra bangun dari tidurannya dengan tingkah ugal ugalan. Salma dan Hendra berdua berjalan menuju meja makan .
Di meja makan, Salma melayani suaminya. Dia berusaha tetap melakukan tugas nya sebagai istri yang harus berbakti kepada suami. Seperti pesan dari kedua orang tua nya sebelum mereka meninggal. Tetapi sampai saat ini jasad dan kuburan belum juga di temukan.
Di meja makan mereka makan dalam diam, hanya suara sendok beradu dengan piring.
Sementara di tempat lain. " ha ha ha, rasakan kau Hendra . Dan kau Salma wanita sok suci dan sok kecantikan." Seorang pemuda berbicara di dalam kamar nya.
Dia memanah foto Hendra dan Salma, yang ia letakan di dinding kamar pribadi nya.
Foto Hendra terkena mata nya, sedangkan Salma terkena oleh anak panah tepat di gigi putih bersih.
Flashback on
" Halo cewek boleh kenalan?." Seorang pemuda mengulurkan tangan nya ke arah Salma yang duduk di bangku taman sendirian. Pemuda tersebut sudah sering melihat Salma duduk di kursi yang sama di taman tersebut.
Salma hanya diam, tidak menerima uluran tangan sang pemuda. Karena pada saat itu, hati Salma sedang kacau dan sedih.
Dia sedih , karena kedua orang yang tua yang ia anggap kedua orang tuanya, belum juga di temukan. Salma malas berbicara dengan siapapun. Dia hanya ingin sendiri, tidak ingin diganggu ataupun mengganggu orang lain.
Flashback off
Bersambung...