Dikejar Budak Cinta

Di suatu tempat, suara tamparan beberapa kali terdengar nyaring. Seorang pria nampak tengah marah tak kala mendengar laporan dari dari adik angkatnya.

"Apa maksud kamu Haikal?" Pria itu menatap tajam pada Haikal, dia hendak meminjam uang dalam jumlah yang besar pada sang Kakak. Setahu Haikal, sang Kakak saat ini tinggal di sebuah organisasi rahasia bernama Z.

"Apa Kak? Aku hanya meminta bantuan Kakak agar bisa membunuh anak itu, bila kita berhasil kita gak harua bayar uangnya Kak." Haikal dengan pipi dan sudut bibir yang perih mulai meringis kesakitan.

"Apa kamu tahu siapa dia hah? Berapa harga yang orang itu berikan pada mu? Hanya satu miliar bukan?" Pria itu menggelengkan kepalanya, dia sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa.

"Apa? Kata Kakak hanya? Itu adalah uang dalam jumlah yang besar Kak, bila kita berhasil mendapatkannya kita tidak perlu lagi hidup susah." Haikal menentang sang Kakak.

"Kamu gila Haikal! Neli adalah Putri sari pendiri akademi Z, apa kamu tahu?" Pria bernama Leon itu menarik nafas panjang, sudah sangat keterlaluan adik angkatnya ini sekarang.

"A-apa?" Haikal bertanya dengan suara terbata-bata, dia sama sekali tidak tahu bila Neli memiliki latar belakang yang luar biasa.

"Apa kamu tidak dengar? Padahal aku sudah berencana akan membawa mu ke akademi Z saat kamu lulus SMA, tapi lihat apa yang kamu lakukan sekarang?" Leon merasa sangat kecewa pada Haikal.

Selama ini Haikal dan Leon memang tinggal bersama di sebuah panti asuhan, melakukan banyak hal secara bersama-sama dan menyelesaikan masalah mereka bersama-sama.

Haikal sendiri tumbuh menjadi pria yang cerdas namun selalu dengan pikiran yang picik, meski demikian Haikal selalu setia pada sang Kakak angkatnya. Meaki banyak hal yang telah di lakukan Haikal, namun Leon tetaplah menjadi nomor satu bagi Haikal.

Begitupun dengan Leon, dia dengan susah payah mengikuti banyak ujian demi memasuki akademi Z. Semua itu dia lakukan agar dapat menjamin keselamatan dirinya dan Haikal, namun lihatlah apa yang sudah di lakukan Haikal? Dia justru merusak semua rencana yang di buat oleh Leon.

"K-kak, a-apa yang harus aku lakukan?" Kini rasa kekecewaan mulai menghantui pikiran Haikal, padahal dia juga bermimpi agar dapat masuk pada akademi Z dan membalikkan penghinaan yang sering dia terima selama ini.

"Kamu sebaiknya bertanggung jawab atas apa yang telah kamu lakukan selama ini Haikal," Leon memberi nasihat, selain itu Leon juga menyerahkan uang yang di minta oleh Haikal.

"Ayo Kakak bantu!" Leon tersenyum seraya menepuk pundak adik angkatnya, begitulah Leon dan Haikal. Meski banyak hal yang seolah mempersulit langkah mereka namun keduanya selalu melangkah bersama.

"Terima kasih Kak." Haikal memeluk Leon, sedangkan seorang wanita diam-diam mengigit jari jempolnya dan berdecak kesal.

Wanita itu melangkah pergi dengan cepat, namun langkah terburu-buru wanita itu justru dapat terdeteksi dengan mudah oleh Leon yang telah terlatih di akademi Z.

"Siapa kamu?" Leon menghentikan langkah wanita itu, sedangkan mata Haikal seketika membulat tak kala menangkap sosok yang dia kenali.

"Andin?" Gumam Haikal, sebenarnya apa yang di lakukan kekasihnya di tempat itu? Apa wanita itu mengikutinya?

"Kamu mengenali gadis itu Haikal?" Leon berdecak kesal, karena melihat tatapan gadis itu saja sudah dapat di tafsiran oleh Leon. Gadis itu adalah malapetaka yang selama ini menyeret Haikal dalam masalah.

"Ternyata kamu, Andin?" Leon berdecak kesal, sudah terlambat agaknya bagi Andin untuk melarikan diri, di tambah dia belum begitu terlatih dalam hal melarikan diri.

"A-apa ini Andin?" Haikal bertanya dengan suara serak, sebenarnya apa yang sudah terjadi selama ini. Dan apa saja yang tidak di ketahui oleh Haikal?

Selama ini Haikal memang membangun Geng Merpati Hitam demi mencari uang dan kepuasan, Andin juga bukan satu-satunya wanita yang pernah tidur dengannya selama ini.

"Kamu sangat buta Haikal!" Leon menggelengkan kepalanya, Haikal tertegun bukan main mendengar penuturan sang Kakak.

"Kamu masih mau hidup?" Tanya Leon memainkan sebuah belati di tangannya, di akademi Z memang di ajarkan untuk tidak ragu saat mengambil keputusan.

Memilih membunuh atau di bunuh adalah hal yang pasti, memiliki hati yang lemah hanya akan mengakibatkan keputus asaan setelah melakukan banyak hal. Namun, saat tidak ragu dalam mengambil keputusan, maka kepuasan yang akan di terima setelah menyelesaikan hal yang di yakini.

"Jangan mendekat!" Teriak Andin, Haikal semakin bimbang dengan keadaan yang ada saat ini. Haikal bertemu dengan Andin memang sebuah kebetulan, Andin adalah wanita taruhan saat dirinya bertarung di sirkuit balap liar.

Rasa nikmat dan pengalaman indah yang di berikan Andin membuat Haikal ketagihan, dan membiarkan wanita itu berada di sisinya. Meski hanya sebagai teman ranjang, namun Haikal sudah memutuskan untuk serius dan akan mencintai Andin setelah segalanya usai.

"Apa kamu masih buta Haikal?" Leon tersenyum sinis, dia melemparkan belatinya hingga mengenai tangan Andin, darah nampak keluar dengan deras dan belati itu pada akhirnya menancap di tembok.

"Aku tanya sekali lagi, apa kamu akan menyerah?" Leon mengeluarkan pistol miliknya, Haikal tak dapat berkata apa-apa. Dia memang secara perlahan mencintai Andin, namun dia juga membenci sebuah penghianatan.

"Andin, katakan padaku bila semua ini tidak benar?" Haikal bertanya dengan mata yang berkaca-kaca, usia Haikal memang masih belia untuk mengerti urusan orang dewasa.

"Aku lebih baik mati dari pada menyerah pada kalian!" Teriak Andin dan sontak saja hal itu membuat dada Haikal bergemuruh.

"Apa kamu tahu aku paling benci dengan penghianat!" Haikal merebut pistol dari tangan sang Kakak, namun saat pelakunya di tarian dan mata Andin telah tertutup ternyata pelurunya kosong.

Sebuah tepukan terdengar dari balik tiang besi hingga muncul seorang pria dengan wajah super sangar dan tatapan tajam, Haikal mulai berwaspada. Namun Leon menggelengkan kepalanya dan menunduk di hadapan pria itu.

"Tuan Lay, anda kemari?" Leon memberi hormat, dia memang sudah meminta izin untuk menyelesaikan urusan pribadinya, namun tak dia sangka justru kepala divisi Persenjataan itu mengikutinya.

"Tuan Yuhou meminta ku untuk merekrut anak muda ini, namun ada kejadian yang luar biasa ternyata." Lay terkekeh, dia memang sudah mengabdikan seumur hidupnya pada Z.

"T-tuan Yuhou?" Gugup Haikal, selama ini meski dia bersekolah di akademi Z. Namun dia tak pernah bertemu dengan pendiri akademi itu sama sekali.

"Ya, dia meminta ku untuk membawa anak muda ini sebelum semuanya terlambat. Awalnya orang lain yang akan membawanya, namun dia memilih tidur sekarang." Lay mengangkat bahunya, sedangkan di tempat lain telinga Kayam tiba-tiba saja berdengung.

"Ada yang lagi ngeghibahin gue ni!" Gerutu Kayam yang memang memiliki insting luar biasa tajam.