NovelToon NovelToon
Satu Hati Yang Kuberi Cinta

Satu Hati Yang Kuberi Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta pada Pandangan Pertama / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa / Slice of Life
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Queen Dee

Magika dan Azzrafiq tak sengaja bertemu di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya.
Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka melakukan hal-hal gila yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka melakukannya atas dasar kesenangan belaka.
Keduanya berpikir tak akan pernah berjumpa lagi dan hanya malam ini saja mereka bertemu untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Namun takdir berkata lain, Magika dan Azzrafiq dipertemukan lagi, karena mereka diterima di kampus yang sama dan lebih tak disangka lagi mereka satu jurusan, tapi keduanya tidak saling mengenali karena saat pertemuan malam itu, mereka dalam pengaruh alkohol yang membuat keduanya tak ingat apa yang telah terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lihat Dalam Mataku kaulah Lamunan Itu

Di kelas Magika masih memikirkan mimpinya, dia coba mengingat lagi siapa lelaki yang dia temui di malam perpisahan bersama teman-teman SMA nya.

Namun yang terlintas dalam pikirannya hanya wajah Azzrafiq, Magika berdecak sambil melempar pulpennya ke atas meja, dia tak bisa fokus dengan ujiannya.

"Kenapa wajah Azzrafiq lagi yang ada di pikiran aku?" Gerutu Magika pada dirinya sendiri.

Jikalau Azzrafiq itu adalah Edward yang dia cari selama ini, mengapa lelaki itu tak mengenalnya? Itu berarti Azzrafiq bukanlah Edward, pikir Magika. Lalu dia kembali fokus pada soal UTS nya.

Selesai UTS, Magika berniat pergi ke perpustakaan untuk mengalihkan pikirannya yang sedari tadi dipenuhi oleh bayangan Azzrafiq, banyak mahasiswa yang berlalu lalang di lobby, di dalam keramaian Magika malah merasa kosong.

Hanya karena sebuah mimpi, perasaannya menjadi tak karuan, hingga tak sadar dirinya menabrak Azzrafiq yang berjalan ke arahnya.

"Gee?" Sapa Azzrafiq.

Magika menabrak bahu Azzrafiq yang sejajar dengan keningnya dan mencium aroma parfumnya, wangi ini terasa familiar, dan bukan parfum yang biasa lelaki itu pakai, dia mendongakkan kepalanya.

"Edward?" Ucap Magika dengan suara yang sangat pelan.

Azzrafiq memegang kening Magika, memastikan bahwa wanita itu baik-baik saja, karena Magika tampak sayu dan tak ceria seperti biasanya.

"Kamu baik-baik aja Gee?" Tanya Azzrafiq.

Magika hanya terdiam menatap lelaki itu, dia coba mengingat lagi malam itu namun tetap tak mengetahui pasti siapa itu Edward, dia melanjutkan lagi langkahnya dan tak berkata apapun.

Tadinya ingin menenangkan diri agar tak memikirkan Azzrafiq terus, tapi kini orangnya ada di dekatnya, seolah semesta tak mendukung mereka untuk saling menjauh.

"Mau kemana Gee?" Seru Azzrafiq seraya meraih tangannya.

Magika seketika menghentikan langkahnya, dan menoleh pada Azzrafiq. "Aku mau ke perpus Azz."

"Aku temenin ya."

Magika mengangguk, dia hanya pasrah, lelaki itu pasti tetap akan mengikutinya walaupun dia berkata tidak.

"Gimana tangan kamu Gee?" Tanya Azzrafiq.

Magika melihatkan pergelangan tangannya yang memar dan terlihat sangat jelas.

"Dia jadi membiru." Tunjuk Magika.

"Maafin aku ya Gee." Kata Azzrafiq lirih.

"It's ok Azz, ayo lanjut jalan."

Mereka berdua pergi menuju perpustakaan, Azzrafiq duduk di meja sambil memainkan ponselnya, sementara Magika mencari buku yang akan dibacanya, dia melihat Azzrafiq yang duduk memunggunginya.

"Aku bakalan mastiin apakah benar kamu lelaki yang mengaku bernama Edward itu?" Gumam Magika seraya memperhatikan Azzrafiq.

Setelah menemukan buku yang dicarinya, Magika kembali ke meja, namun ketika melangkahkan kakinya, dia mendengar obrolan Azzrafiq di telepon.

"Iya Bi I love you too." Ucap Azzrafiq terpaksa agar dapat mengakhiri obrolan nya dengan Bianca di telepon.

Walaupun Azzrafiq sudah berbicara dengan nada yang pelan, namun terdengar sangat jelas di telinga Magika.

Azzrafiq tak menyadari ada Magika di belakangnya, wanita itu seketika terdiam, mengapa harus memastikan bahwa Azzrafiq adalah Edward? Harapannya kembali pupus, kini Magika dapat menyimpulkan bahwa Azzrafiq dan Edward adalah orang yang berbeda.

Magika menghela nafasnya lalu menggelengkan kepalanya. Harus berapa kali di ingetin sih Gee untuk berhenti berharap? Sakit hati lagi kan? Batin Magika.

Lalu dia duduk di hadapan Azzrafiq dan berusaha bersikap tidak terjadi sesuatu meskipun hatinya kecewa untuk yang kesekian kalinya, ponselnya bergetar ada panggilan dari Randy, terlihat jelas oleh Azzrafiq dari layar ponsel Magika, belum sempat diangkat teleponnya sudah mati.

"Kak Randy aneh banget belum sempet diangkat juga udah mati lagi, biasanya dia terus-terusan telepon sampai aku angkat." Ujar Magika berbicara sendiri.

"Kamu sama kak Randy udah jadian?" Tanya Azzrafiq memecahkan keheningan diantara mereka.

"Dibilang jadian sih enggak, cuma kita coba jalanin aja dulu." Jawab Magika seraya kembali membaca buku.

"Ohh."

"Aku ngerasa nyaman aja, entahlah dia sangat mengerti aku."

Azzrafiq tak menanggapi lagi perkataan Magika, raut wajah lelaki itu berubah, sorot matanya menampakkan amarah ketika membicarakan Randy, tak disadarinya Magika memperhatikannya.

"Bukannya udah telponan sama pacar kamu ya, kenapa jadi cemberut gitu?" Tanya Magika sembari membaca bukunya.

"Karena bukan dia penyebabnya." Jawab Azzrafiq seraya beranjak dari tempat duduknya.

"Kamu kenapa sih? Kamu cemburu aku deket sama Kak Randy?" Tanya Magika memberanikan diri.

Suara Magika menggema, untungnya keadaan perpus sedang sepi, hanya ada mereka berdua saja di bagian tempat buku tentang hukum.

Azzrafiq menghentikan langkahnya, lalu menolehkan kepalanya. "Iya aku cemburu, puas kamu?"

"Gak sama sekali, kenapa kamu harus cemburu di saat kamu sendiri udah punya pacar? It's not fair." Pekik Magika.

"Karena itu yang aku rasa." Jawab Azzrafiq.

Magika tertegun mendengar ucapan Azzrafiq, ini tak adil untuknya, mengapa Azzrafiq harus cemburu padanya? Sementara lelaki itu saja sudah memiliki kekasih dan baru saja bertukar kabar sambil mengucapkan kata-kata manis.

"Kamu gak punya hak buat cemburu." Tegas Magika.

Azzrafiq kembali mendekati Magika. "Kamu tahu? Kamu bukan satu-satunya cewek yang dibuat nyaman dan dimengerti sama dia, tapi kamu salah satunya, Randy gak sebaik apa yang kamu kira."

"Terus siapa yang baik untuk aku? Kamu? Cowok yang udah punya pacar tapi masih tebar pesona sama cewek lain." Sahut Magika dengan mata yang berkaca-kaca.

Azzrafiq terdiam menatap sorot mata yang meminta penjelasan, dia melakukan blunder, alih-alih ingin menjauhkan Magika dari lelaki yang tidak baik, tapi dia tak menyadari bahwa dirinya juga tak jauh beda dengan Randy.

Itu semua keluar dari mulutnya, karena Azzrafiq sudah tak bisa menahan perasaannya lagi, bahwa dirinya memang cemburu dan tak rela bila Magika bersama lelaki lain.

Azzrafiq melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Magika, dia tak ingin bertengkar dengan Magika. Apa yang dikatakan gadis itu benar, bahwa dia tak memiliki hak untuk mengaturnya dekat dengan lelaki manapun, dan juga benar bahwa dirinya memang sama-sama brengsek seperti Randy.

......................

Jum'at sore setelah kuliah selesai, Randy menjemput Magika ke rumah Tante Karina, karena hari ini dia sudah janji mengajak Magika menonton konser di acara Kickfest, katanya ada Payung Teduh yang akan tampil hari ini.

Magika sangat bersemangat, dia ingin melupakan kekalutan hatinya terhadap Azzrafiq, untung saja dia memiliki Randy yang selalu ada ketika dia membutuhkannya, meskipun terkadang teringat dalam benaknya ucapan dari Azzrafiq mengenai Randy tempo hari.

Randy telah sampai di depan rumah, mendengar suara motor kakak tingkatnya itu, Magika segera keluar untuk menemuinya, penampilannya tampak semakin stunning, membuat Randy terpana ketika melihatnya, Magika memakai kaos turtleneck berwarna coklat polos dibalut dengan jaket kulit berwarna hitam.

"Cantik banget anak orang." Puji Randy.

"Iyalah orang masa aku siluman."

"Aku kira tadi bidadari." Kata Randy seraya memindahkan ranselnya ke depan.

"Duh Karan norak ah, oh ya mau masuk dulu?" Tanya Magika.

Randy menatap langit yang mendung."Langsung aja, takutnya malahan hujan."

"Ok deh." Kata Magika seraya membuka topi fedoranya dan memakai helm yang telah Randy bawa. "Ayo berangkat, katanya nanti keburu hujan tapi malah diem aja."

"Kamunya belum pegangan, motornya otomatis jalan kalo Magika udah pegangan." Ujar Randy modus.

Magika terkekeh sambil menepuk bahu Randy, lalu dia memeluknya dari belakang. "Udah pegangan nih."

"Gitu dong, ayo kita berangkat!" Seru Randy seraya menancapkan gasnya.

Seperti biasa jalanan di Bandung Timur tak pernah terlepas dari kata macet, butuh upaya lebih untuk melintasi jalanan ini, meskipun langit mendung namun udara terasa sangat panas ketika berada di tengah-tengah kendaraan yang padat. Magika sampai berkeringat, padahal dia sudah dandan rapi dan wangi.

Sampainya di Gasibu langit sudah gelap dan lampu-lampu sudah menyala. Keadaan sangat crowded, ditambah gerimis yang membuat suasana semakin dramatis.

Magika meregangkan tubuhnya setelah hampir dua jam menghabiskan waktu di jalan karena macet, dia memakaikan lagi topi fedoranya, Randy memegang tangan Magika untuk menembus lautan manusia yang hadir di acara Kickfest Bandung yang diadakan satu tahun sekali.

"Gila sampe penuh banget, padahal baru hari pertama." Seru Magika.

"Karena pengisi acaranya hari ini keren-keren." Kata Randy.

"Kalo nanti aku ketiduran dengerin lagu Payung Teduh gimana?"

"Hahaha gak mungkinlah kamu tidur disekeliling orang-orang."

"Bisa aja kok." Pekik Magika.

"Iya sih, itu karena Magika, kalo orang lain kayaknya gak akan mungkin."

Randy dan Magika berjalan perlahan membelah kerumunan muda mudi untuk mengantri tiket, karena di depan ribuan orang telah mengantri, mungkin selesai acara mereka baru dapat tiketnya.

Randy yang sudah resah akhirnya membeli tiket dari calo yang berkeliaran menawarkan tiket di tengah-tengah lautan manusia. Walaupun harganya dua kali lipat dari harga normal, dia tetap membelinya agar bisa cepat masuk dan bertemu dengan teman-temannya.

Sepanjang jalan masuk ke arena kickfest Randy tak melepaskan tangan Magika, di sana mereka bertemu dengan Reggy dan Mochtar yang datang bersama pacar mereka.

"Ran, kirain datang sama siapa, beda banget Magika tampilannya." Seru Reggy sambil melihat penampilan Magika.

"Biasa aja lihatinnya." Gerutu Randy pada Reggy.

"Jadi juga nih sama Magika." Kata Mochtar.

"Jadilah, semoga aja." Harap Randy.

"Ngasih pelet apaan sampe dia mau sama kamu?" Tanya Mochtar.

"Urang mah cukup modal ganteng doang." Jawab Randy PD.

"Dih PD banget." Protes Magika.

"Randy mah begitu orangnya, suka gak tahu malu." Ejek Mochtar.

"Gak apa-apa sih, daripada suka marah-marah kayak komdis." Sindir Magika.

Randy dan Reggy tertawa puas, mendengar ucapan Magika yang mengejek Mochtar.

"Itu kan kalo jadi komdis, sekarang kan udah engga Gee." Jelas Mochtar mengeles.

"Iya tetep aja Kak Mochtar masih kelihatan menyebalkan." Sahut Magika.

"Ngalah aja sama dia mah, anaknya gak bisa dilawan." Seru Randy sambil tertawa.

Acara musik sudah di mulai, Randy dan Magika hanyut menikmati lagu yang dibawakan oleh beberapa band lainnya, dan akhirnya yang ditunggu-tunggu mereka, Payung Teduh mulai tampil.

Randy dengan berani memeluk Magika dari belakang, meskipun belum memiliki status yang jelas, Magika membiarkannya dan semakin menyandarkan tubuhnya di dada kakak tingkatnya itu.

"Aku ingin berdua denganmu, tapi aku hanya melihat keresahanmu." Randy menyanyikan lirik lagu Resah yang dibawakan Payung Teduh tepat di telinga Magika.

Magika tersenyum sambil mengusap pipi Randy yang menempel pada wajahnya, dia benar-benar lupa dengan kesedihan hatinya karena sebuah harapan.

"I'm deeply attracted to you." Bisik Randy lagi.

Magika hanya menatap Randy ketika mendengar bisikkan yang menyenangkan itu.

Hari sudah larut malam, acara masih belum selesai tapi Randy mengajak Magika pulang karena khawatir wanita itu terlalu malam sampai rumah.

Mereka berdua pulang menembus angin malam yang semakin dingin, sepanjang jalan Magika memeluk erat tubuh Randy.

Jalanan yang tampak sepi, menghasut Randy untuk menaikan kecepatan laju motornya.

Tak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai rumah, Magika turun dari motor Randy, dia melihat jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul 23.10.

"Kak Randy mau masuk dulu?" Tanya Magika basa-basi.

Randy melihat jam tangannya. "Nanti lagi deh, udah malem kasian Om dan Tante kamu nanti keganggu."

Magika melihat keadaan lampu rumah di dalam sudah mati, pertanda Tante dan Om nya sudah tidur, tumben biasanya kalo weekend mereka selalu begadang untuk menghabiskan waktu bersama.

"Iya juga sih." Kata Magika.

Randy turun dari motornya, dan melepaskan helmnya, dia perlahan melangkah mendekati Magika dan membelai lembut pipi adik tingkatnya itu

"Boleh aku cium?" Tanya Randy meminta izin pada Magika.

Magika terkekeh. "Harus bilang dulu ya?"

"Harus dong, nanti disangka melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan, kalo dituntut gimana?"

"Hahaha palingan dituntut harus nikahin."

"Kalo itu sih aku bersedia tapi nunggu beberapa tahun lagi."

"Lama banget." Protes Magika.

"Si tukang protes." Ucap Randy seraya mencubit hidung Magika."Baru juga kamu masuk kuliah masa udah mau nikah."

Magika hanya tersenyum sambil menunggu lelaki itu melanjutkan aksinya, Randy membelai pipi Magika dan mulai mendekatkan wajahnya pada wajah adik tingkatnya itu, lalu mengecupnya. Bibir Magika terasa lembut, kenyal dan wangi strawberry aroma dari lipstik yang dipakainya. Magika membalas ciuman kakak tingkatnya itu.

Randy yang mendapatkan sinyal balasan dari Magika, semakin semangat melumat bibir adik tingkatnya itu, rasanya seperti melayang, dan tak ingin diakhiri. Namun mengingat malam yang semakin larut keduanya menghentikan ciuman yang menyenangkan ini.

"Udah malem, lain kali kita lanjutin lagi ya." Kata Randy.

Magika hanya mengangguk, dengan berat hati Randy melangkah untuk pulang, tapi dia menarik tangan lelaki itu dan mencium kembali bibirnya.

"Hati-hati di jalan ya." Kata Magika.

"Pasti, selamat malam Princess, cuci kaki dan tangan ya sebelum tidur."

"Banyak yang masih harus aku lakuin sebelum tidur."

"Oh ya, apa aja?"

"Cuci muka, sikat gigi, pakai krim malam, baru deh tidur."

"Banyak banget ritual sebelum tidurnya, keburu shubuh."

"Ya gak selama itu juga kali, Kak Randy jangan lupa sikat gigi ya."

"Hahaha iya-iya."

Randy memakaikan kembali helmnya, dan menaiki motornya bersiap untuk pulang. Magika masih menunggunya.

"Kamu masuk duluan aja udah malem banget."

"Aku mau lihatin Kak Randy, kan udah nganterin aku, masa aku langsung masuk."

"Gak apa-apa udah larut gini. Ayo aku lihatin kamu masuk." Ujar Randy galak.

"Iya-iya, aku masuk nih, dah Kak Randy." Kata Magika sambil melambaikan tangannya.

Setelah memastikan adik tingkatnya masuk, Randy menyalakan motornya dan melesat pergi dengan kecepatan tinggi.

1
Cevineine
luar biasa👍
rizki fadhilah
ayo thor lanjut/Sweat/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!