RAFDELIA

Rafdelia tertawa senang sambil memamerkan gigi putihnya yang rapi, gadis itu terkadang terlihat sangat dewasa namun disisi lain, sisi kekanakannya sering muncul dan itu bisa terjadi jika bersama Zein, sehingga mengobrak-abrik hati pria itu. Zein menyugar rambutnya ke belakang, menenangkan dirinya sejenak. Tiba-tiba ide jahil muncul di otaknya. "Del, by the way, gede juga ya... Ummmph!" Zein menahan tawanya.

"Apa yang gede?" tanya Rafdelia polos menoleh ke arah Zein.

"Ya itu..." Zein menaik turunkan alisnya sembari melihat ke arah dada Rafdelia, senyum usil tersungging di wajahnya.

"Hah????" mata Rafdelia membelalak terkejut setengah mati atas ucapan Zein barusan.

"Size 38 apa 40 an itu? Apa itu size import ya? Di tanganku aja Masi berlebih tadi rasanya..." Zein memperagakan kedua telapak tangannya seperti sedang mencengkram.

"klepak!!! Sebuah bantal sofa melayang di udara menghantam wajah Zein.

"Zeinn....!!!!" Rafdelia mengamuk, dan terus melempari Zein dengan bantal-bantal. Zein menghindari setiap hantaman bantal-bantal tersebut. Ia berlari sambil terus tertawa terbahak-bahak semakin membuat Rafdelia mengamuk.

"Ampun Del.. Ampun.. Aku cuma bercanda, biar suasana cair aja.. Del.. Udah!!" Zein terus berlari menghindari lemparan Rafdelia yang terus mengejarnya bagaikan seorang monster yang siap menghabisi mangsanya.

"Del Del... Apaan itu Del!?? Panggil namaku yang benar" Rafdelia " jangan disingkat singkat gitu!!! Emang aku KEDEL!!!!" Rafdelia terus mengejar sampai kedapur.

"buahahahahahahahah..... Kedel... Iya cocok juga kamu dipanggil kedel.." Zein terpingkal-pingkal memegang perutnya. Antara mereka terpisah oleh meja yang membuat Rafdelia sulit menggapainya.

"Zein..." teriak Rafdelia lagi berhasil menarik kerah baju Zein, ia langsung mencubit kuat perut Zein membuat pria itu berteriak kesakitan.

"Aaaaa sakit.... Iya ampun ampun... Aku gak gitu lagi. Lepasin dong sakit cubitan kamu, please.." pinta Zein kesakitan.

""Awas kamu ulang lagi ya... Aku udah tau satu kelemahan kamu sekarang, yaitu cubit kuat di perut!" ancam Rafdelia.

"Gak gak... Aku nyesel Del... Eh Rafdelia..." Zein mengoreksi ucapannya karena Rafdelia melotot kepadanya.

"Emang apa arti Rafdelia?" tanya Zein setelah Rafdelia melepas cubitannya.

"Rafdelia itu artinya seseorang yang tekun... Jadi jangan disingkat disingkat nanti berubah arti." jelas Rafdelia.

"O.. gitu kamu aja ga tekun orang suka belepotan wkwkwk" kabuurr..." Zein melarikan diri dan masuk ke kamarnya.

"Zein..." Rafdelia kesal bukan kepalang. Laki-laki itu suka sekali mengganggu nya.

********

Malam hari pukul 20.15 wib Rafdelia keluar dari lift apartemen. Ini adalah malam kedua ia jaga di rumah sakit.

"Rafdelia..." seseorang memanggilnya dari arah belakang, yaitu Zein.

"Huh mau ngapain lagi dia!" Rafdelia memutar kedua bola matanya dan terus saja berjalan keluar gedung apartemen itu.

"Kamu kok main pergi aja, tungguin dong." Zein menyamakan langkahnya dengan Rafdelia.

"Ngapain sih mas... Aku buru-buru mau berangkat kerja nih. Jangan ganggu lagi!" Hentak Rafdelia.

"Aku antar ya... Yok bareng, aku sekalian mau keluar."

"Aku sama pak Arman, udah bilang tadi!"

"Yah pak Arman udah Aku suruh pulang barusan. Kasian udah tua kalau masih kerja malam-malam begini." jelas Zein.

"CK, ngapa gak bilang dari tadi?! Aku pesan taxi online aja!" Rafdelia segera membuka aplikasi di ponselnya.

"Udah ayokk.. jangan membantah terus, nanti kamu telat!" Zein mengalungkan lengannya ke leher Rafdelia sambil terus menyeret Rafdelia ikut bersamanya.

"Iaaa mas lepas... Nanti diliat orang.." Rafdelia berusaha melepas tangan Zein sambil celingak-celinguk kesemua arah takut ada yang melihat mereka berdua.

"Tenang aja, gak bakal ada yang liat...." Zein terus membawa Rafdelia.

"mas... Kamu ini maksa banget orangnya!!" akhirnya Rafdelia pasrah saja karena sulit menolak Zein.

**********

Mobil berhenti di tepi jalan yang tak terlalu jauh dari area rumah sakit tempat Rafdelia bertugas.

"Kalau berhenti disini, kamu jadi agak jauh juga nanti jalannya..." tanya Zein pada gadis disampingnya. Yang meminta untuk diturunkan di tempat itu.

"Gak juga mas, jalan dikit aja kok. Kalau berhenti terlalu dekat dengan rumah sakit nanti ada yang lihat." jawab Rafdelia.

"Malam begini gak akan ada yang lihat juga..."

"Siapa bilang? Kita gak pernah tau kan. Siap tau disini ada paparazi yang melihat kita. Tiba-tiba besok pagi heboh di berita kalau kamu bersama seorang perempuan. Lalu mereka mencari tau tentang aku, ternyata dari hasil penelusuran mereka, perempuan yang bersama kamu malam ini adalah seorang dokter muda yang bekerja di rumah sakit ini. Belum puas, nanti mereka akan selalu ngikutin aku dimana pun aku berada sampai akhirnya mereka melihat aku keluar masuk apartemen kamu. Akhirnya mereka menyimpulkan kalau aku adalah wanita simpanan kamu dan aku bisa di juluki " pelakor" karena rebut kamu dari model cantik Gina Alexander... unceh gak mauuu... Nanti bisa rusak reputasi aku, karir aku sebagai dokter baru aja dimulai mas, masak langsung hancur...." Rafdelia bicara panjang lebar sambil membayangkan.