"Bagaimana rasanya jatuh cinta dengan wali yang ditugaskan oleh ayah saya?"
Amara yang muda dan cantik memiliki kehidupan yang bahagia dan sempurna; ia dicintai oleh orang tuanya, sukses dalam studinya, dan telah menjadi direktur perusahaan sejak usia sembilan belas tahun.
Namun, di balik permukaan yang di irikan semua orang itu, ada sesuatu yang membuatnya sedih. Melihat pria yang dikaguminya sejak kecil menikah dengan wanita lain, Amara yang sombong hampir tidak bisa menyembunyikan rasa sakit dan kesedihan di hatinya.
Di sisi lain, Akmal yang tahu dirinya tidak boleh jatuh cinta, namun tanpa sadar dirinya terus memperhatikan Amara. Saat melihat Amara bersama pria lain, ia peduli dan cemburu...
Akankah roda takdir menuntun keduanya untuk saling mencintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buket
Hari yang ditunggu datang juga, Amara tersenyum lebar saat melihat kedua orangtuanya yang berdiri menunggu dirinya di halaman kampus. Gadis itu berjalan cepat masih menggunakan pakaian khas wisuda dan toga.
"Mama! ayah!" Pekiknya girang dan menghambur kepelukan sang Mama.
"Selamat sayang, atas kelulusan mu." Arabella sampai terharu hingga matanya ikut basah, putrinya bisa menyelesaikan pendidikan dengan baik, gelar cumlaude yang tentu membuat kedua orang tuanya bangga.
"Selamat sayang." kini giliran Maher yang memeluk putrinya kecilnya yang ternyata sangat sudah besar dan bahkan sudah memutuskan kehidupan masa depannya.
"Terima kasih ayah," Amara begitu senang ia bisa membuat kedua orang tuanya bangga.
"Kursi mu sudah menunggu, siap untuk bertarung!" Ucap Maher dengan kekehan.
"Siap dong! anak tuan Maher pantang mundur!"
Hahaha
mereka tertawa bersama hingga tawa mereka berhenti saat ponsel Amara berdering.
"Akmal," Ucap Amara dengan senyum yang berseri-seri.
Arabella mengusap rambut putrinya dengan sayang, "Angkat pasti dia menunggu."
Amara mengangguk, dengan cepat Amara menggeser tombol untuk mengangkat panggilan Vidio call.
"Congrations sayang, kau berhasil." ucap Akmal di sebrang sana degan bibir mengulas senyum.
"Terima kasih," Balas Amara tak kalah senang.
"Maaf tidak bisa datang, pekerjaan di kantor banyak."
Akmal mengalihkan kameranya pada meja kerjanya yang berserakan kertas.
Amara tersenyum, "Bentar lagi aku bantu, kita akan kerja sama."
Akmal mengangguk. "Ya, aku tunggu, hadiahnya tunggu pulang oke!"
Amara tersenyum sambil mengangkat tangannya membuat simbol ibu jari dan jari telunjuk membentuk lingkaran.
"Oke,"
"Miss you, cepat pulang." ucap Akmal sebelum panggilan terputus.
Amara senyum-senyum sambil memasukkan ponselnya, dan saat berbalik ia cukup kaget melihat Evan berdiri sambil membawa buket bunga uang yang cukup besar.
"Evan! bikin aku kaget!" seru Amara yang kesal.
"Congrations Bu bos, ini dapat kiriman." Evan mengulurkan tangannya menyodorkan buket bunga uang itu.
Amara mengerutkan keningnya, "Kiriman? bukan dari kamu?" Tanya Amara menatap Evan penuh selidik.
Evan tersenyum sambil menggaruk kepalanya, "Nominal sebanyak itu mending buat aku modal nikah, bos kan sudah banyak uang mubazir kalau di kasih."
Amara mengerucutkan bibirnya, "Kau itu pria pelit," Gumam Amara meledek Evan.
"Ngak papa, demi masa depan." Balas Evan santai.
Amara menerima bunga yang Evan beri, gadis itu mengambil kertas ucapan di sana.
"Congrations Amara, selamat atas pencapaian mu, jangan lupa untuk terus tersenyum, karena bahagia mu adalah bahagia ku."
Bibir Amara mengulas senyum, meskipun tidak ada namanya namun ia tahu dari siapa.
"Kenapa dia mengirim banyak uang begini," katanya sambil melihat buket uang yang tersusun rapi, bahkan uang itu dibentuk sedemikian rupa menyerupai bunga.
"Kalau ngak mau, buat aku saja." Celetuk Evan.
Amara mendelikkan matanya, "Bilang sama dia kenapa harus mengirim uang begini, kenapa tidak deposit atau kartu limitednya, kalau begini aku kan harus lembur membukanya, kan sayang." Gumam Amara yang didengar untuk Evan.
"Sudah terkirim." Evan menunjukan ponselnya pada Amara, membuat gadis itu mendelikkan matanya melihat Evan mengirim pesan rekaman suara tadi.
"Evan! aku hanya bercanda!" pekik Amara yang merasa malu dan sebal pada Evan.
"Lihatlah!" Evan menunjukan ponselnya yang tertera panggilan dari Jonas membuat Amara semakin sebal dan malu jika bicara dengan Jonas.
"Aku mau kesana." Amara hendak melipir pergi menghampiri orang tuanya, tapi Evan justru menahannya.
"Dia hanya ingin bicara," Evan memberikan ponselnya yang ternyata sudah tersambung dengan panggilan Vidio call.
"Evan," lirih Amara dengan wajah mengiba.
Evan hanya tertawa meledek, sebelum akhirnya meninggalkan Amara yang masih gugup dan malu.
"Ya," Ucap Amara namun tak memperlihatkan wajahnya, ia mengarahkan kamera pada buket bunga uang yang Jonas beri.
"Jadi kamu menolak pemberian ku?" Tanya Jonas.
Amara bisa melihat wajah Jonas yang semakin tampan jika terus di pandang.
"Tidak, aku berterima kasih." Balas Amara.
"Ada suara? sejak kapan wajahmu berganti dengan uang."
Amara yang mendengar mengerucutkan bibirnya, "Ini terlalu banyak, kenapa memberikan ku buket uang?" Katanya setelah mengarahkan kamera pada wajahnya.
Jonas tersenyum, ia bisa melihat wajah cemberut Amara yang sangat menggemaskan.
"Bunga cepat layu, kalau uang tidak akan layu." Jawabnya logis.
Amara membuang napas kasar, "Kenapa tidak datang," Katanya lagi.
Kali ini keduanya saling menatap, menyimpan bentuk wajah yang mungkin akan mereka rindukan.
"Nanti kalau dapat undangan wedding."
Amara menunduk, entah kenapa ia merasa seperti ada jarum yang tak kasat mata menancap di hatinya.
"Bukanya sebentar lagi kamu menikah, aku usaha untuk datang, itupun kalau diundang."
Amara mendongakkan wajahnya, bibirnya cemberut.
"Hmm, aku tunggu." Ucapnya dengan senyum yang tak biasa.
Ada rasan yang harus di jelaskan, ini rasanya aneh Amara pernah merasakan seperti ini, namun rasa seperti ini untuk Akmal, dan sekarang kenapa rasanya seperti ini terjadi untuk Jonas apakah dia menyukai dua pria sekaligus? rasanya mustahil, namun inilah yang dia rasakan.
"Ini tidak boleh, aku tidak mungkin mencintai Om Jonas."
*
*
Sebelum janur kuning melengkung masih milik bersama 😅
menunggu lama ternyata dpt bekas siapa tuh
akhirnya jika org yg berjuang tk mu menyerah maka kamu sendiri yg mengalami penyesalan