3
Daffa Alfano Dirgantara, laki laki matang berusia 28 tahun. Di usianya yang hampir menginjak kepala tiga, ia sama sekali belum berkeinginan untuk mencari pendamping hidup. Semua ini terjadi karena ibunya meninggal saat dulu melahirkan dirinya dan saudara kembarnya ke dunia ini.
Setelah ibunya meninggal, ia diasuh oleh ayahnya, tapi setelah ia dan saudara kembarnya berusia tiga tahun, ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang Daffa tahu berasal dari masa lalu ayahnya. Daffa sangat membenci wanita itu, bahkan jika bisa Daffa ingin menyingkirkan wanita itu, karena ia yakin wanita seperti ibu sambungnya itu hanya ingin mengincar harta kekayaan keluarganya. Hingga akhirnya ditengah kebenciannya yang kian memuncak pada ibu sambungnya itu, ayahnya justru meminta dirinya untuk menikah dengan wanita pilihan mereka, dan hal ini justru membuat Daffa semakin tidak menyukai ibu sambungnya, karena wanita yang akan di jodohkan dengannya, merupakan keponakan jauh dari ibu sambungnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Daffa dan Ardan menuju mushala rumah sakit, yang letaknya di bagian depan rumah sakit tersebut. Ardan menaruh jas dokter miliknya pada tempat yang tersedia, lalu dengan segera mengambil wudhu untuk shalat. Sedangkan Daffa tampak menghembuskan nafasnya, dengan bacaan Bismillah yang ia lafalkan berulang kali dalam hatinya.
Daffa melangkahkan kaki kanannya, dan berdiri di samping Ardan. Ia lantas mengambil wudhu untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun berlalu. Daffa dan Ardan masuk kedalam mushala, terlihat beberapa orang sudah mengatur shaf shalat didepan sana. Mereka mengambil tempat, dan shalat berjamaah bersama orang orang tersebut.
Selesai shalat, Ardan lebih dulu keluar bersama beberapa jamaah lain. Sedangkan Daffa tampak mengubah posisi duduknya menjadi bersila. Ia menadahkan kedua tangannya, dengan pandangan menatap langit langit mushala
"Ya Allah, hamba sudah terlalu jauh dari jalan-Mu. Kebencian hamba, terhadap manusia, membuat hamba menjauh dari pencipta. Tuntun dan bimbing hamba untuk tetap berada di jalanmu Ya Allah. Aamiin" Daffa mengusap wajahnya, setelah selesai dengan do'a singkatnya
Daffa keluar dari mushala, dan mendapati Ardan yang tampak menunggunya di teras mushala. Ia lantas ikut duduk, dan memandang jauh ke depan sana. Hatinya terasa damai setelah menunaikan shalat, hanya saja ada yang kosong disana, dan ia tidak tahu apa
"Bagaimana?" tanya Ardan ambigu. Namun Daffa bisa dengan jelas mengetahui maksud perkataan Ardan
"Aku benar benar sudah berjalan terlalu jauh, Dan. Terimakasih kau sudah mengingatkanku jalan pulang" tutur Daffa tulus
"Itulah sahabat bro, aku tahu bagaimana keluargamu dan masa lalumu. Se-berapa jauh langkahmu pergi, kau harus bisa untuk kembali. Bukankah kau pernah bercerita jika Ibumu adalah seorang muslimah yang begitu tekun? Lalu bagaimana aku bisa membiarkan anaknya berjalan dan melupakan titik kembali" ucap Ardan dengan tersenyum
Daffa lantas menepuk bahu Ardan. Keduanya jauh lebih dekat daripada kedekatannya dengan Arga dan Lion. Karena Ardan adalah anak dari Tante Sonia, mantan sekretaris Daddy-nya, dan hal itu membuat keduanya jauh lebih mengenal satu dan yang lainnya. Setelah cukup berinteraksi dan sedikit membagi keluh kesah, akhirnya Ardan dan Daffa berpisah didepan mushala. Jika Ardan kembali ke ruangannya, maka Daffa kembali ke ruang perawatan istrinya
Daffa masuk kedalam ruangan Sekar. Tampak Mama Carissa sedang khusuk dalam shalatnya, sedangkan Daffina sedang duduk di sofa dengan ponsel di tangannya. Daffa ikut duduk disamping Daffina, tanpa menghiraukan Sekar yang tampak menatap kedatangannya
"Kakak darimana?" tanya Daffina tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel di depannya.
"Dari luar" jawab Daffa
"Sudah shalat?" tanya Daffina lagi, kali ini ia menaruh ponselnya keatas meja yang ada didepannya
"Sudah, bersama Ardan"
Daffina tidak lagi bersuara, ia hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia lantas melirik Mama Carissa yang sudah tampak selesai dari shalatnya, ia menghampiri sang mama dan mencium punggung tangannya. Setelah itu ia menggandeng tangan Mamanya untuk mendekat pada Daffa
"Salam pada Mama Kak"
Daffina mengulurkan tangan Mama Carissa. Namun tidak ada pergerakan sama sekali dari Daffa untuk menyambutnya, yang membuat Nyonya Carissa akhirnya menarik tangannya, tentunya dengan senyum yang masih menghiasi wajah tuanya. Namun tiba tiba, tangannya merasakan kehangatan saat tangan Daffa menarik tangannya, dan menciumnya sesaat. Nyonya Carissa tidak menyia nyiakan kesempatan, ia mengusap puncak kepala putra sambungnya dengan mata berkaca kaca. Sedangkan Sekar yang ada di atas brankar, sama terharunya, saat melihat bagaimana suaminya untuk pertama kali mencium punggung tangan Mama Mertuanya